03. Steph Sister

5.6K 52 5
                                    

Seorang pria berusia delapan belas tahun bertubuh tegap dengan tinggi 180cm melangkah memasuki apartemen miliknya dengan wajah yang kusut, pria tampan itu mendesah lelah, lantas melempar tas sekolahnya sembarang arah lalu merebahkan tubuhnya di atas sofa sembari tangannya membuka satu persatu kancing kemeja sekolah, memperlihatkan tubuh atletisnya yang putih.

Zio Abraham sudah menghabiskan waktu tinggal di apartemen selama dua tahun belakangan ini. Memilih hidup mandiri, yang artinya dia bekerja sambil bersekolah. Ayahnya sudah menikah lagi tiga tahun yang lalu dengan janda memiliki anak dua.

Tentu saja Zio muak, muak dengan kehadiran orang baru. Jika di tanyakan apakah Zio membenci Ibu tirinya? Jawabannya tidak, pasalnya wanita itu begitu baik dan rasanya Zio tidak pantas membencinya karena ia tahu Ayahnya dan Ibu tirinya memang saling mencintai. Meskipun Zio tidak pernah berpacaran, Zio tidak akan mengekang Ayahnya untuk tidak menikah lagi.

Zio sudah dewasa, yah.. terserah Ayahnya saja, Zio tak ambil pusing. Yang terpenting jangan pernah mengacaukan hidupnya, dan Zio juga tidak akan mengganggu hidupmu.

Disinilah Zio, pria tampan itu memasuki bathup setelah menanggalkan seluruh pakaiannya. Kedua matanya terpejam menikmati air dingin yang berhasil membuat tubuhnya rileks.

Hari ini Zio sengaja tidak bekerja. Zio bekerja di bagian mesin sesuai jurusan yang ia ambil, dia bisa memperbaiki apapun yang berhubungan dengan mesin, setidaknya bisa di andalkan. Kembali lagi, di karenakan hari ini kedua adik kembarnya yang cantik jelita akan datang ke apartemennya, karena Ayah dan Ibunya sedang melakukan perjalanan bisnis di luar negeri.

Sebenarnya Zio sudah menolak, bukan dia benci dengan kedua adiknya itu, tapi menurut Zio keduanya cukup polos, dan Zio takut nantinya akan kehilangan kendali. Tapi jika keduanya bersikukuh, mau bagaimana lagi? Hana dan Nana mengatakan jika mereka takut hanya berdua di rumah, padahal disana ada banyak pelayan.

Sial, sudahlah.. Zio tak ambil pusing.

Omong-omong, kenapa mereka lama sekali? Dan tidak menghubungi Zio, padahal Ayahnya mengatakan jika kedua adiknya akan datang pagi..

"Kakak!"

Sontak saja Zio terkejut setengah mati. Jika saja ia memiliki riwayat jantung, pasti saat ini dia sudah merenggang nyawa. Oh god, Zio menarik napasnya pelan, memejamkan kedua matanya sekilas lantas menatap gadis tujuh belas tahun di depannya ini dengan tatapan tajam!

Lihatlah.. Di depannya Hana dan Nana sudah berdiri bersama wajah yang polos, tidak.. maksudnya Hana saja yang berwajah sok jutex, berbeda dengan Nana, gadis itu malah senyum malu-malu.

"Hana! Nana! Kalian gak bisa ngetuk dulu sebelum masuk?! Kakak lagi mandi! Astaga!!" Zio berteriak marah, kedua tangannya menutup bagian asetnya saat menyadari tatapan Nana padanya.

Bukannya merasa bersalah, Nana malah tertawa dan Hana hanya terdiam.
"Kakak! Kami juga mau mandi! Gerah banget ih."

"Yaudah tunggu Kakak selesai mandi, kalian keluar dulu."

Nana menggeleng. "Gak. Nana dan Hana mau mandi sekarang!"

Zio mendesah kasar. "Na.. Sebentar lagi Kakak selesai, sekarang kalian keluar dulu."

"Gak mau." Nana bersedekap dada, memperlihatkan wajah merajuknya, dan itu terlihat sangat menggemaskan di mata Zio!

Zio mengusap wajahnya kasar, Nana yang keras kepala dan Hana yang pendiam namun juga keras kepala, intinya kedua adiknya itu sama-sama menggemaskan!
"Yaudah kenapa kalian gak gabung disini aja?" goda Zio bercanda. "Kan masih muat bertiga.."

Kedua mata Nana melebar sementara wajah Hana sudah memerah.
"Aaa Nana mauu." Nana berbinar.

What the fuck! Bisa-bisanya langsung ia in aja, inilah yang gue takutin selama ini, apa gue bisa nahan libido gue nantinya?! Batin Zio berteriak geram.

Short Story Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang