Aku masih belum dapat sepenuhnya mempercayai apa yang ada di hadapanku ini. Orang yang selma ini sudah aku hilangkan dari dari setiap sudut ingatanku, orang yang tidak sanggup aku temui, sekarang ada di sampingku dan tengah menatapku.
"Assalamu'alaikum Aisyah, lama tak bertemu." Kak Hanan mulai membuka pembicaraan diantara kami. Aku benar benar tidak sanggup bertatapan langsung dengannya.
"Wa'alaikumsalam." jawabku tanpa menatapnya sama sekali.
"Sudah lama ya! Saya turut berduka cita atas kepergian abi, Syah."
Aku hanya diam tak menanggapi ucapan dari kak Hanan. Dia mengingatkanku kembali kepada semua kejadian pahit yang aku alami.
"Aisyah.." panggilnya.
"Aisyah.." panggilnya sekali lagi. Aku hanya diam memandang lurus kedepan. Tiba tiba kak hanan menjatuhkan dirinya di lantai dan bersimpuah. Aku langsung terperanjat melihat kearahnya.
"Kak Hanan ada apa kak?" tanya ku dengan panik karena melihat reaksinya.
"Maafkan kakak, Syah" wajahnya benar benar sendu membuatku tak tega melihatnya seperti itu. Aku mencoba membuatnya kembali bangkit, akan tetapi, tetap tak membuahkan hasil.
" Apa yang terjadi Kak?" Air mata kembali membanjiri pipiku. Entah kenapa dunia seakan terus menerus membebaniku.
"Maaf sudah membuatmu menderita selama ini."
"Maksud kakak apa?"
"Kakak tahu semuanya. Semua kejadian pada malam itu."
"Maksud kakak? Malam apa?"
"Fitnah yang ditujukan ayah padamu,"
"Pasti Om Surya sudah menceritakannya pada kakak. Tolong, Ais lagi tidak ingin membahas itu kak. Terserah Om Surya mau mengatakan apa tentang Ais. Pokoknya.." ucapanku terhenti.
"Bukan itu yang kakak maksud."
"Jadi?"
"Kebenarannya." Kata kata kak hanan membuat duniaku seakanberhenti sejenak.
"Ba..bagaima..mana Ka...Ka" tubuh gemetar hebat, hingga aku tak dapat mengucapkan kata kata ku dengan benar.
"Kakak ada di sana. Kakak menyaksikan semuanya." ungkapnya.
Jantungku berdetak kencang, aku merasa seperti kembali berada pada masa itu. Jika kak Hanan melihatnya, kenapa dia diam saja? Diam dalam waktu yang lama. Aku terpaku beberapa saat. Sampai tiba tiba..
Brak!
Pintu ruangnku dibanting denagn keras. Mata ku yang awalnya tertuju pada kak Hanan kini beralih kepada wanita yang menyebabkan keributan itu. Dia adalah saudariku, Zahra.
"Dari mana saja kamu? Apa hidupmu hanya untuk menyusahkan orang lain hah?!" aku hanya diammenatap Zahra dengan tatapan kosong. Dengan emosiu yang membar, ia menghampiriku dan hendak menarik tanganku. Kak Hanan dengan cepat menepis tangan Zahra.
"Apa anda tau ini adalah rumah sakit? Anda tidak diizinkan untuk bertindak seenaknya disini." tegas Kak Hanan kepada Zahra.
"Kak Hanan ngapain sih kamu mementingkan wanita penggooda seperti dia yang bahkan sudah menggoda ayah kakak sendiri?! Ooo. Apa kak Hanan juga sudah termakan oleh rayuan Kak Aisyah,ya?"
Mendengar itu, aku langsung bangkit dari kasur tempatku berada dan hendak menampar Zahra. Namun aku menahan janganku yang sudah berada dekat dengan pipi Zahra.
KAMU SEDANG MEMBACA
Syahnan ( Revisi )
Romance" Kamu bukan kehilangan cinta, justru Allah telah menganugrahimu keabadian cinta." -Aisyah- "Jika ujung dari percintaan ini adalah airmata, akan kuhabiskan untukmu." -Adnan- "Bahkan, jika dunia tidak mentakdirkan kita bersama, aku akan tetap menun...