5. Menuju Hari H

1 0 0
                                    

Adnan kembali memasuki ruangannya dan langsung merebahkan badannya di atas sofa. Baru saja hendak memejamkan mata, Octavia sudah datang mengusik ketenangannya. Octavia adalah asisten Adnan yang bertanggung jawab atas jadwal kerja Adnan. hanya saja, Octavia cenderung sealu ingin mengerjakan hal yang diluar tugas kewajibannya.

" Pak Adnan, mau saya buatkan minum?" tanya Octavia dengan memasang nada suara selembut mungkin.

"Untuk kali ini, jangan ganggu saya! Saya benar-benar lelah." jawab Adnan dengan menutup wajahnya dengan kedua tangannya.

"Kalau Pak Adnan lelah, saya bersedia kok memijat Bapak, banyak loh yang memuji hasil pijatan saya. Katanya mantep." Octavia bergerak seakan mengambil posisi di sisi kursi seperti hendak memijit Adnan.

"jangan coba-coba menyentuh saya! menjauh sana! Belum lagi bau parfummu ini." Adnan menjepit hidugnya dengan kedua jarinya. 

"Kenapa pak? Harum kan? saya baru beli ini di.. " 

"terlalu menyengat membuat saya ingin muntah . kamu harus tau sebagai perempuan."

"Baik pak. Ada hal lain yang bisa saya bantu?" tanya Octavia dengan wajah kesalnya kepada Adnan.

" Tidak. Lakukan saja pekerjaan mu yang lainnya."

Octavia pun meninggalkan ruangan Adnan setelahnya.

'Padahal udh dandan cantik begini, malah diusir. Dasar Bos Batu!' gerutunya di sepanjang lorong hingga ia berpapasan dengan Hanan.

"Bagaimana?" tanya Hanan yang dibalas gelengan plus wajah cemberut dari Oktavia. Mereka berdua pergi kesalah satu sisi lorong untuk berbincang.

"Saya rasa kamu harus mencari orang lain. banyak orang diluar sana yang tertari padamu. Tapi untuk Pak Adnan, dia memang terlalu sulit . Mana tadi Pak Adnan bilang kalau dia berencana untuk mengkhitbah seseorang. Jum'at ini."

"Uhuk, uhuk. Apa?!" Octavia sangat terkejut hingga dia tersedak oleh salivanya sendiri.

"darimana lo tau?!Gak mungkin lah!"

"Kok gak mungkin? Tadi saya kan sudah bilang, Pak Adnan sendiri yang ngomong ke saya."

Octavia diam sejenak.

"Jadi bagaimana Nan? Gue gak tau lagi mau gimana."

"Oke. Saya akan bantu kamu sebisa mungkin. Tapi tetap saja menurut saya mencari orang lain lebih baik untukmu."

"Gimana kalau kita nyerah aja?" tanya Octavia dengan suara lirih.

"Maksud kamu menerima gitu aja perjodohan kita? Aku gak akan biarkan kamu harus menghabiskan sisa hidup berkorban atas kesalahanku dengan orang yang tak kau inginkan. Pokoknya Aku gak akan menerima perjodohan itu."

"Kenapa lo seyakin itu kalau gue gk mau sama lo." tanya Octavia kembali.

"Emang kamu mau?" Octavia terdiam. "Orang saya cintai itu Aisyah. Saya gak akan memaksamu mencintaiku. Dan saya juga tak akan bisa memaksa hati saya mencintai sembarang orang. Saya tidak mau menjalani pernikahan yang terpaksa, dan kamu..." 

"Tapi gue capek Nan. Gue udah kaya cewe murahan tau. Gue gak bisa gini terus" entah mengapa air mata sudah berkumpul di pelupuk mata Octavia. Nyatanya, perkataan Hanan jauh lebih menyakitkan dibandingkan dengan berita pernikahan Adnan. Kenyataan bahwa Hanan yang tidak mungkin menerima dirinya. Bahkan Octavia tidak dapat menjelaskan apa yang dirasakannya saat ini.

Hanan pun mengusap lembut puncak kepala Octavia untuk menenangkannya yang sudah terlanjur meneteskan air mata.

"Saya akan cari cara lain. Saya tidak akan membiarkan orang sembarangan yang mendampingimu. Karna Bagaimana pun, kamu satu-satunya teman yang kupunya, Drey" 

Syahnan ( Revisi )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang