1|Nanda After Marriage

91 38 16
                                    

1. Prolog

Satu pagi yang sejuk dan menenangkan datang, membuat beberapa orang merasa nyaman dan damai. Tak terkecuali seorang wanita muda nan cantik yang kini tengah menyapu halaman rumahnya, ia juga merasakan perasaan yang tentram dan bahagia.

Perkenalkan, dia adalah Nanda Nora Irene Miranda Mei Ling-Ling Xie, seorang wanita keturunan Jawa-Melayu dengan sedikit darah Hui berusia 36 tahun. Disamping memiliki wajah yang sangat cantik seperti aktris Tiongkok yang selalu legendaris, ia juga berkulit putih seperti susu serta punya tubuh yang mungil seperti boneka. Maka dari itu, tak usah heran jika pernah ada puluhan orang pria ganteng nan gagah serta mapan yang saling berlomba-lomba dan bersaing untuk mendapatkan cintanya.

Namun sayangnya, cinta dari semua pria yang tampaknya tulus itu tak pernah diterima oleh Nanda walaupun hanya sekali saja. Ibarat kata, semua laki-laki jentelmen tersebut akhirnya gugur dimedan pertempuran yang tujuan akhirnya adalah mendapatkan hati dari seorang Nanda yang menurut mereka sangat cantik tak tertandingi. Iya, soal kecantikan Nanda, mereka semua benar sebab konon katanya jika Nanda sedang berjalan keluar dari rumahnya, kawanan burung-burung yang bertengger disekitaran akan terpaku diam lalu terjatuh saking takjubnya mengamati kecantikan wanita itu. Apalagi rambutnya yang hitam, lurus dan panjang sepunggung, membuat dirinya terlihat seorang bidadari yang baru turun dari langit.

Namun, walaupun fisiknya secantik dan sesempurna itu, tak bisa dibantah kalau Nanda itu memiliki sifat dan karakter asli yang cukup buruk yakni angkuh, jutek dan kejam. Bahkan yang paling membuatnya dikenal adalah julukan "Ratu Kecantikan Yang Angkuh Dan Kejam" yang biasanya disematkan untuknya oleh ibu-ibu yang tak bukan merupakan tetangganya sendiri. Selain dingin dan angkuh, Nanda bahkan memiliki sifat lain yang tak kalah buruk seperti judes. Terlebih saat ia merasa tak nyaman dan tak puas, seringkali si jelita ini akan mengucapkan kata-kata atau jawaban yang judes dan ketus atau terkesan melukai perasaan orang yang jadi lawan bicaranya.

Sekarang, Nanda masih menjadi favorit para angin yang berhembus sepoi-sepoi. Sambil masih bersenandung kecil, Nanda terus menyapu sampah dan dedaunan kecil yang berserakan dihadapannya. Sabar dan lembut, gerakannya sungguh anggun dan halus. Pemandangan indah yang tidak pantas dilewatkan begitu saja.

Iya, begitulah kiranya kehidupan sederhana dari seorang janda cantik yang merupakan cucu pertama dari seorang pedagang Muslim asal Guangdong ini, ia tidak pernah bermacam-macam dan neko-neko. Semua ala kadarnya saja. Disamping statusnya sebagai seorang single mom yang hanya punya satu anak, Nanda tidak pernah mau lagi memikirkan tentang pengganti mendiang kapten anumerta Arjuna Pangestu-suaminya yang berprofesi sebagai tentara namun telah lama gugur dimedan pertempuran tepatnya perbatasan Lebanon dan Suriah.

Disamping semua sifat buruknya tersebut, konon katanya Nanda merupakan seorang yang dermawan dan penyayang. Dirinya tidak akan segan untuk membantu dan menyayangi orang-orang yang sekiranya kurang bernasib baik atau membutuhkan. Dirinya bahkan tidak segan untuk memanggil orang-orang tersebut dengan kata sayang.

Hah, sejenak Nanda menghela nafas, menyudahi kegiatan menyapu. Diapun meletakkan sapu lidi dan serokan sampahnya pada tempat semula. Setelah itu, Nanda langsung memutar lehernya, melempar pandangannya pada sebuah rumah mewah modern minimalis yang di dominasi panel kaca mirip gedung pencakar langit, sebuah mobil SUV sport merek Lamborghini Urus, sebuah mobil SUV merek Hyundai edisi terbaru dan juga sebuah motor matic yang terparkir didepannya. Tak usah diragukan lagi, semua aset kekayaan tersebut adalah miliknya pribadi tanpa campur tangan dari pihak manapun bahkan kedua orang tuanya kandungnya sendiri.

Sambil menghela nafas, Nanda merintih dalam hatinya. Jiwanya bergejolak. "Ya tuhan, apakah ini ujungnya? Keinginanku untuk menjadi sesukses ini akhirnya terkabul. Aku punya anak lucu, aku punya segalanya...-"

"Nyonya! Nyonya! Ini gawat!"desahan nafas Nanda terhenyak oleh teriakan seorang perempuan berusia 40 tahunan, yang langsung berdiri diteras rumah. Ya, orang itu adalah bi Riri, seorang yang Nanda pekerjakan menjadi asisten rumah tangganya.

Sejenak tersadar, Nanda menoleh pada bi Riri. Si cantik ini lantas memanyunkan bibirnya sambil menghujamkan alisnya. "Apa sih bi, kenapa? Gawat apa!?"

"Tandon air kita bocor nyonya, airnya jadi kosong!"jawab bi Riri masih panik, menggetarkan kakinya dengan intens.

Nanda pun memutar bola matanya, menghela nafas jutek. Berjalan mendekati teras, menghampiri bi Riri. "Astaga, itu doang! Kok heboh banget sih bi!"ketusnya.

Lantas, bi Riri seketika tersenyum geli. Ia yang semula tampak panik, tiba-tiba menjadi tertawa cekikikan. "Haha iya, sebenarnya saya hanya bercanda, nyonya. Saya sengaja bikin nyonya marah-marah biar cantiknya makin terpancar, haha."

"Dihh, bibi apaan sih! Jahil banget!"desis Nanda mulai kesal, tatapannya kian sinis. Apalagi jika mengetahui jika ia baru saja dikerjai oleh pembantunya sendiri.

Iya, bi Riri memang usil. Walaupun ia sayang pada Nanda sebagai majikannya, tapi terkadang jiwa jahilnya keterlaluan mendarah daging. Tapi tak pelak, itu jugalah yang membuat Nanda juga sayang padanya bahkan sudah menganggapnya sebagai kakak sendiri. Ya, hitung-hitung mewujudkan keinginan Nanda untuk punya kakak perempuan. Kenapa seperti itu? Sebab Nanda sendiri memang merupakan kakak pertama yang mempunyai dua adik kandung dan tiga adik sepupu. Hal itu sudah pasti membuat dirinya tidak mempunyai kakak laki-laki maupun perempuan.

Saat baru saja masuk ke ruang keluarga, Nanda segera mencari putra kesayangan dan sematawayangnya yaitu Junio Al Haikal Aldebaran, seorang bayi laki-laki berusia 22 bulan yang kini sedang pada masa menggemaskan alias lucu-lucunya. Dengan ciri-ciri rambut sedikit botak dan pipi yang kelewat tembam memerah bak kue pao, bocah itu selalu bisa membuat Nanda selaku sang mama selalu gemas padanya.

"Junio, kamu dimana sayangku? Kita mandi dulu yuk, abis ini kita mau jalan."

"Ndaa, aaa... bunda!"terdengar gelak suara Junio dari arah sudut sofa dekat tembok, disusul wujudnya yang segera muncul dan langsung tertatih-tatih berlari ke arah Nanda.

Nanda mengambil posisi berlutut, membuka kedua depa lalu menerima tubuh Junio dan memeluknya. Iya, kurang lebih seperti itulah. Kasih sayang seorang ibunda kepada anak kandungnya memang tiada pernah ada habisnya. Saking sayangnya pada Junio, Nanda bahkan pernah berkata ia akan memilih mati saja jika buah hati tercintanya tersebut tidak berumur panjang.

Puas mendekap Junio dengan hangat, Nanda menyeka kedua sisi pipi Junio yang kini penuh sisa remahan biskuit cokelat. Dengan penuh cinta kasih sayang, wanita yang juga menyandang gelar dokter bedah estetika ini mencium lagi ceruk leher jagoannya itu. "Em, anak bunda bau bucuk! Ayo kita mandi ya sayang."

Junio sendiri semakin senang, ia pun kembali tergelak. Sungguh menggemaskan dia, giginya yang baru tumbuh dua biji digusi atasnya membuatnya terlihat seperti anak kelinci yang lucu. Dan untuk Nanda sendiri, ia tentu saja sangat mencintai momen seperti ini, momen-momen bahagia karena melihat putranya tersebut ceria dan bahagia tanpa rasa sakit dan sedih.

Nanda After MarriageTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang