Tingkah Felysia Memalukan

12 4 0
                                    


Kita adalah dua orang yang saling mendoakan, tetapi tidak bisa dipersatukan oleh Tuhan. Terasa begitu menyedihkan dan menyakitkan.

Namun aku percaya tidak ada yang mustahil. Jika memang cinta kami ditakdirkan untuk menyatu. Pasti kami bisa melewatinya. Walaupun pada dasarnya seperti tidak memungkinkan.

Hari ini aku memutuskan untuk bertemu dengan Melvin. Setelah pertemuan kami kemarin. Dia meminta agar aku datang menemuinya di Restoran yang tidak terlalu jauh dari Hotel tempat aku menginap.

Aku tidak ingin menemuinya seorang diri. Ya, terpaksalah aku harus mengajak Felysia. Tidak masalah, dia pandai menjaga rahasia. Felysia sedang bersiap-siap sedangkan aku telah siap sejak tadi.

"Berapa jam lagi, dandannya Fely?" tanyaku jengah karena sudah terlalu lama menunggu.

"Eh, apa sih, Maira. Tunggu aja, nih udah kelar," tukas Felysia sedikit kesal.

"Ya udah, ayok," ajak ku tidak ingin menunggu lebih lama lagi.

"Foto dulu dong," sela Felysia menarik tangannku. Terpaksa aku harus menurut, jikalau tidak bisa-bisanya dia ngambek dan tidak ingin pergi lagi.

Beberapa kali felysia mengambil foto, tetapi masih terlihat dari raut wajahnya tidak puas dengan hasilnya.

Setelah itu kami turun ke bawah bersiap untuk pergi. Tibanya kami di bawah, tepatnya di tempat pakiran terlihat sebuah mobil mewah. Dan tak lama kemudian turun seorang lelaki berpakaian serba hitam. Sepertinya dia sopir pribadi seseorang atau bodyguardnya, mungkin?

Apa perduli kami siapa dia, yang jelas kami sedang sibuk mencari taksi. Anehnya tidak ada satu pun taksi yang lewat. Hal itu membuat Felysia kesal. Padahal ini jelas-jelas kesalahannya karena katanya tadi, 'tak usah pesan Taksi online, Maira. Nunggu aja di depan.'

"Permisi, benar ini dengan Nona Aliesa Humaira Atmaja," ucap lelaki berseragam serba hitam yang tadi kami lihat.

"Iya, ada apa ya pak?" tanyaku spontan.

"Saya di tugaskan oleh Tuan Melvin untuk menjemput Nona Aliesa," jawabnya formal.

"Oh begitu, ya Pak. Kebetulan sekali," sahut Felysia kegirangan.

Tidak ada pilihan lain, selain mengikuti sopirnya Melvin. Apalagi Felysia telah masuk duluan ke dalam mobil. Sebenarnya aku merasa risih. Mengapa Melvin melakukan ini. Bukankah ini terlalu berlebihan. Padahal Restorannya pun tidak terlalu jauh.

Ya sudahlah, tidak usah dipikirin. Mungkin karena tidak terlalu jauh makanya dijemput. Dalam perjalanan menuju Restoran Felysia terus saja menggoda diriku. Sungguh menjengkelkan, kelakuan Felysia memang selalu membuat diriku harus memperbanyak stok sabar.

"Cieee, Nona Aliesa nih ye," kata Felysia menggodaku.

"Apaan sih, Fely," tukasku cepat.

"Enak ya, dapat Bapak CEO tampan," katanya lagi terus menggodaku. Tidak ku perdulikan, biarlah ia mengoceh sesukanya.

Enak dari mananya? Seandainya Felysia tau, kalau Melvin itu non muslim pastinya ia tidak akan menggodaku seperti tadi.

Kini kami telah sampai di Restoran, setelah mengucapkan terima kasih kepada pak sopir. Kami berjalan beriringan masuk ke dalam Restoran tersebut.

"Nona Aliesa," panggil seorang pelayan wanita berjalan menghampiriku.

Banyak sekali pertanyaan yang timbul dipikiranku. Aku baru pertama kali ke sini, mengapa pelayan wanita ini bisa mengetahui namaku. Apakah ini ada hubungannya dengan Melvin. Dasar orang kaya, bisa berbuat sesuka hati.

"Iya, kenapa?" tanyaku bingung.

"Anda sudah di tunggu oleh Tuan Muda di atas lantai dua ruang VVIP," ucap pelayan tersebut.

Cinta Di Ujung TakdirTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang