Impressive Meeting

47 13 52
                                    

Cinta tidak bisa di pungkiri, ia bisa tumbuh kapan saja. Dan tidak tau pada siapa ia melabuhkan cintanya. Maka dari itu jangan salahkan cinta apabila ia bisa memberi luka dan bahagia dalam waktu bersamaan.

Tidak terasa waktu berlalu begitu cepat, sehingga tanpa terasa sudah lima hari kami di Bali. Tinggal dua hari lagi kami akan meninggalkan Bali. Namun, aku seperti enggan untuk pulang.

Masih ada satu hal lain yang membuatku harus menyelidikinya. Pikiranku selalu tertuju pada perkataan Felysia kemarin. Tentang seorang laki-laki yang selalu mengikutiku. Siapa dia? Kenapa terus mengikutiku?

"Ria, kau tau Felysia di mana?" tanyaku mendudukkan bokongku di sofa.

"Tidak, tadi dia pergi tanpa bilang apa-apa," jawab Riana sembari berjalan keluar kamar.

Drett!!!

Suara ponselku bergetar, tanda ada yang menelpon. Secepatnya aku mengangkatnya. Karena sungguh saat ini aku khawatir dengan Felysia. Dia pergi tidak memberi tau ku. Padahal itu tidak pernah ia lakukan sebelumya.

"Assalamu'alaikum, Maira," ucap Felysia ditelpon.

"Waalaikum salam, Fely. Kau di mana?"

"Aku ada di Cafe, bisa kah kau ke sini. Aku sudah menemukan laki-laki itu."

Aku sempat terdiam sejenak, tidak menjawab apa pun. Sampai Felysia mengulangi perkataannya kembali. Aish! Dasar dia selalu bisa membuatku serangan jantung. Akan tetapi, tanpa kusadari terukir senyuman manis di bibirku.

"Iya, aku akan kesana."

"Oke, alamatnya aku sharlock sekarang," ucapnya langsung mematikan telponnya sepihak.

Berhubung di luar cuacanya panas. Aku memutuskan untuk mandi. Setelah itu baru aku akan menemui Felysia di Cafe. Bukannya aku tidak menghargai Felysia yang pastinya harus menungguku sedikit lama, hanya saja badan ku terasa gerah, butuh air untuk mengguyur tubuhku agar menjadi fresh kembali.

Tidak lama kemudian, aku telah selesai dengan ritual mandiku. Segera aku bersiap-siap memakai jilbab yang senada dengan warna bajuku. Di cermin aku melihat pantulan diriku sendiri, tidak ada yang kurang. Sama saja, aku terlihat seperti biasanya, Biasa saja!

Setelah merasa siap, aku langsung turun ke bawah. Di sana taksi online yang aku pesan tadi, sedang menunggu. Dua puluh lima menit dalam perjalanan, akhirnya aku sampai di Cafe yang Felysia sharlock tadi.

Langkah kakiku memasuki Cafe. Mencari keberadaan Felysia. Di bangku mana pun aku melihatnya, akan tetapi tetap aku tidak menemukan keberadaannya. Aku mengambil ponselku di dalam tas. Lalu mencoba mengetik pesan untuknya.

Felysia imut😘

Di mana kau?
Aku sudah sampai.

duduklah dulu di
bangku mana pun
yang kau inginkan.
Aku akan segera ke
sana.

Aku menghela nafas pelan tanpa membalas pesannya lagi. Aku langsung mencari tempat duduk yang ku rasa nyaman. Beberapa menit telah berlalu, akan tetapi Felysia belum juga datang.

Ditelpon tidak dijawab. Di WhatsApp centang dua namun tidak dibalas. Di read aja tidak, apalagi untuk dibalas. Sungguh mengesalkan, diriku menunggu sudah terlalu lama.

"Hai! Bolehkah saya duduk di sini?" tanya seseorang mengangetkanku. Sungguh terkejut ketika aku melihatnya. Betapa tidak? Dia adalah laki-laki yang sempat membuat jantungnya berdebar hebat hanya dengan tidak sengaja menatap matanya.

"I-iya, boleh," kataku sedikit gugup, pasalnya aku sudah beberapa hari ini memikirkannya. Entah kenapa?

"Hanya sendiri?" tanyanya dengan wajah dingin, namun begitu teduh ketika dipandang.

Cinta Di Ujung TakdirTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang