Hah! Di Lamar?

4 1 0
                                    

"Sayang, bangun dong. Udah sore ini." Terdengar suara bunda memanggilku di balik pintu kamar.

Dengan malas aku bangun untuk membuka pintu. Badanku terasa sakit semua karena terlalu lama menempuh perjalanan yang sangat jauh.

"Iya, Bund."

"Capek banget ya?" tanya Bunda lembut ia mengelus pucuk kepalaku.

Aku mengangguk tanda iya.

"Aku mandi dulu ya, Bund. Setelah itu aku turun ke bawah," kataku sembari menutup pintu kembali.

Jam delapan pagi tadi kami sampai. Karena terlalu kelelahan aku memilih untuk tidur di kamar sepanjang hari.

Segera aku melangkahkan kaki menuju kamar mandi. Sejenak aku terdiam menatap diri di depan cermin kamar mandi.

Tidak terlalu lama aku telah selesai membersihkan tubuhku ini. Aku keluar dari kamar mandi. Duduk sebentar di meja rias kemudian aku memoleskan sedikit pelembab bibir.

Hanya menggunakan baju santai dan celana kulot terus di padukan dengan jilbab spot warna coklat susu aku melangkah turun ke bawah untuk menemui bunda.

"Makan dulu, Sayang. Dari tadi pagi kamu belom makan loh," ucap Bunda ketika melihat aku sedang membuka kulkas di dapur.

"Nanti aja, Bund. Kan bentar lagi ayah pulang sekalian aja nunggu makan malamnya Bund." Aku mengambil air mineral kemasan di kulkas lalu duduk di meja makan untuk minum.

"Sekarang aja, nanti sakit lo," ucap Bunda sembari menghampiriku duduk di meja makan.

"Nanti aja ya, Bund. Sekarang aku mau jalan-jalan sore dulu."

"Kemana?"

"Mutar-mutar kompleks doang Bunda, cari angin seger aja," ucapku menyalami tangannya dan mencium pipi kanannya.

"Eh, Nak Aliesa, udah pulang ya dari Bali," ucap bu maya saat aku sedang melewatinya rumahnya.

"Udah Bu, tadi pagi." Aku tersenyum ke arahnya kemudian aku pamit untuk melanjutkan jalan lagi.

Capek juga ya, padahal belum juga terlalu jauh aku berjalan. Komplek perumahan yang aku tempati memanglah sangat luas.

Di sini juga ada taman yang lumayan luas. Biasanya setiap sore begini orang tua yang tidak sibuk selalu membawa anaknya bermain bersama di taman kompleks.

"Kak Aliesa!" teriak seorang anak laki-laki memanggilku ketika baru sampai di taman.

"Aaaa ... Gimana kabar kamu boy?"

"Baik, Kaka gimana?"

"Sangat baik," jawabku tersenyum.

"Kak Aliesa kemana aja seminggu ini, kok gak pernah keliatan sih?" tanya anak perempuan cantik yang berusia kira-kira tujuh tahun.

"Kaka kemaren ada tugas kuliah di luar kota," jawabku lembut ia berlari memeluk tubuhku.

"Gak asyik tau, setiap sore ke sini gak ada Kaka. Gak ada yang ceritain kisah hidupnya para Nabi," ucap Luna dalam pelukanku.

"Iya, betul itu," timpal Aldi anak laki-laki yang barusan teriak memanggilku.

"Kak Aliesa, aku kangen tau," ujar Nadia anak bu Maya yang baru sampai di taman.

"Masak sih?" tanyaku mencolek pipi gembulnya.

"Ayok dong Kak, ceritain kisah Nabi lagi," rengek Nadia dan di ikuti anggukan oleh Aldi dan Luna.

"Besok sore ya anak-anak, hari ini udah telat. Pasti gak akan selesai ceritanya."

Tersirat sedikit kekecewaan di wajah ke tiga anak itu. Namun apa boleh buat hari hampir menjelang magrib. Aku pamit pada mereka ingin pulang dan mereka pun sudah di panggil oleh orangtuanya masing-masing untuk pulang.

Cinta Di Ujung TakdirTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang