O.5 | Kembali Ke Masa Lalu?

189 42 15
                                    

"Kak Bin, bisa dateng ke rumah sakit? Sunoo bingung gimana caranya nenangin kak Gyu

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Kak Bin, bisa dateng ke rumah sakit? Sunoo bingung gimana caranya nenangin kak Gyu." Setelah tiba di rumah sakit, Sunoo memutuskan untuk menelpon Soobin.

"Kalian ngapain ke rumah sakit? Beomgyu kenapa?!" tanya Soobin panik.

"Aduh, Sunoo lupa," ucapnya menepuk pelan dahinya.

"Rumah tadi kerampokan, tante Jena kritis, kak."

"Hah?! Lo share location, gue otw kesana!"

Telepon dimatikan oleh Soobin, Sunoo kembali menghampiri kakak sepupunya itu. Mencoba kembali untuk menenangkan Beomgyu yang masih terus terisak. Sunoo telah mencoba berbagai cara. Namun, Beomgyu sama sekali tak mau merespon.

Berdasarkan rekaman CCTV, Jena saat itu tengah bersantai sambil menonton televisi. Perampok dengan mudah masuk ke dalam rumah karena kebetulan pintu tidak dikunci. Awalnya Jena tidak sadar, namun sang perampok tanpa sengaja menyenggol sebuah gelas yang berada di atas meja.

Menyadari Jena yang akan berteriak, sang perampok dengan cepat membekap mulut Jena lalu menusuk perut serta leher Jena. Kemudian naik ke lantai atas dan menggambil semua perhiasan serta uang tunai.

Soobin akhirnya tiba di rumah sakit, bertepatan dengan keluarnya dokter yang menangani Jena.

"Bagaimana keadaan bunda saya, Dok?" tanya Soobin mewakili.

"Akibat tusukan yang membabi buta, pasien kehilangan banyak darah. Dengan ini saya nyatakan pasien atas nama Lee Jena meninggal dunia. Saya benar-benar minta maaf karena tidak bisa menyelamatkannya, saya permisi."

Tak perlu ditanya lagi, betapa chaos-nya lorong rumah sakit itu. Sunoo tak kuasa menahan air matanya, Soobin berkali-kali memukul tembok, dan Beomgyu berteriak sebelum akhirnya jatuh pingsan.

[ 📷 C A M E R A 📷 ]

Jumat, 01 Oktober 2027━━━━

Selesai dari pemakaman bundanya, Beomgyu kembali masuk ke dalam kamar. Termenung sejenak sambil memegang foto Jena. Sekilas melihat kamera yang ada di atas meja. Mengambilnya, lalu dengan sekuat tenaga membanting kamera itu.

Namun sedetik kemudian ia teringat dengan perkataan kakek kemarin.

"Api, Satu foto, satu kesempatan."

"Kak, Sunoo mana?" tanya Beomgyu sejak tadi tak menemukan keberadaan Sunoo.

Soobin yang sedang membuat roti bakar menoleh lalu berucap, "Sunoo balik lagi ke Ansan buat ambil baju lebih sama mau minta ijin buat tinggal sini sebulan buat nemenin kita."

Beomgyu yang sedang mengunyah roti bakar buatan Soobin seketika terbatuk. Melempar asal roti tersebut keatas piring, kemudian menarik Soobin.

"Lo ngapain narik gue?" tanya Soobin.

"Ayo, susulin Sunoo."

"Hah? Gila, ya, lo?! Rumah mereka jauh. Lo kenapa, sih?" tanya Soobin menghempaskan cekalan tangan Beomgyu.

"Lo inget bayangan hitam di-polaroid yang pernah gue ceritain? Sunoo sama kak Yeonjun pun──." Ucapan Beomgyu terpotong karena ponsel Soobin yang tiba-tiba berdering.

"Halo?"

"Astaga! Soobin sama Beomgyu kesana sekarang."

"Kok bisa-bisanya tante ngomong gitu?"

"Baik, kalo itu mau tante. Soobin sama Beomgyu gak bakalan ke sana."

Soobin menutup telepon sepihak, lalu memijat dahinya. Seketika merasa pusing.

"Kenapa, Kak? Siapa tadi yang nelpon?" tanya Beomgyu mengekori Soobin yang masuk ke dalam rumah.

"Sunoo sama Yeonjun meninggal, mereka kecelakaan. Gak terlalu jelas apa yang dibilang sama tante Hana, dia terlanjur emosi dan nyalahin kita atas meninggalnya mereka," jelas Soobin.

"Bener, 'kan, apa yang gue bilang?! Kenapa gue ceroboh banget gak nyegah Sunoo? Kenapa gue bisa lupa tanggalnya hari ini?! Ayo, kita kesana, Kak!"

Soobin mencekal tangan sang Adik. Lantas menggelengkan kepalanya. Beomgyu menoleh seolah bertanya 'kenapa'.

"Percuma, kita bakalan diusir. Tante Hana bilang, kalo kita berdua pembawa sial. Seandainya Sunoo sama Yeonjun gak akan tinggal di sini, mereka gak bakalan kecelakaan."

Karena tak diijinkan untuk datang ke kediaman tante Hana, Beomgyu akhirnya memilih untuk mengajak Soobin ke kamarnya. Saat ini, sudah ada lima polaroid yang tersusun rapih dihadapan mereka.

Diurutkan dari Winter, Minhee, bundanya, Yeonjun dan yang terakhir Sunoo. Dengan kata lain urutan tanggal kematian mereka.

"Bayangan hitam itu juga ada difoto bunda? Berarti bunda meninggal karena kamera itu juga?" tanya Soobin menunjuk kamera yang ada di pojok kamar.

Ya, kamera yang tadinya ia banting kembali utuh dengan sendirinya. Bahkan tanpa lecet sama sekali. Lucu sekali memang. Dibakar saja bisa kembali lagi, apalagi jika hanya dibanting?

Beomgyu mengangguk, "Waktu gue ke toko bareng Sunoo, sebelum pulang si kakek bisikin gue sesuatu. 'Api, Satu foto, satu kesempatan', kira-kira apa maksudnya?"

"Api, satu foto, satu kesempatan," gumam Soobin berkali-kali memutarbalikkan kelima polaroid tersebut.

"GUE TAU!" teriak Soobin, mengagetkan Beomgyu yang hampir tertidur karena terlalu lama menunggu Soobin berpikir.

"Bakar foto ini terus selametin mereka!"

Beomgyu menggaruk tengkuknya yang tak gatal. Masih memproses kalimat Soobin.

"Maksudnya? Nyelametin mereka gimana?" tanya Beomgyu bingung.

Pemuda itu menghela napas, "Dengerin baik-baik!"

"Api yang dimaksud si kakek itu, berarti lo harus bakar polaroid itu satu persatu. Dan lo bisa cegah mereka semua dari kematian. Dengan kata lain lo bisa balik ke masa lalu. 'Satu foto, satu kesempatan', itu berarti lo cuma punya satu kesempatan. Mungkin karena lo cuma punya satu foto, jadi lo harus ekstra hati-hati."

"Tapi, Kak, gimana kalo polaroid itu balik semula kayak kamera itu?" tanya Beomgyu khawatir.

"Coba aja dulu. Gak ada salahnya, 'kan?" ujar Soobin meyakinkan adiknya.

Menuruti semua perkataan Soobin, Beomgyu membutuhkan waktu lebih dari 2 jam untuk mempersiapkan diri. Jujur, dirinya masih bimbang. Ia takut, takut jika kamera itu semakin merenggut orang yang ia sayang.

Bisa saja, 'kan, ada resiko yang akan diterima oleh Beomgyu? Bagaimana jika itu adalah nyawanya sendiri? Bahkan mungkin akan ada nyawa lain yang melayang akibat ulah kamera itu.

Kini, kedua pemuda itu berada di ruang tengah. Duduk dilantai mengelilingi polaroid Winter dan satu lilin yang sedang menyala. Keduanya saling menatap satu sama lain, kemudian mengangguk bersama. Beomgyu meraih polaroid Winter kemudian membakar polaroid itu hingga habis menjadi abu.

Tiba-tiba kepalanya terasa sangat sakit, telinganya mulai berdengung hebat. Beomgyu sempat merintih kesakitan sebelum berakhir pingsan.

"Beomgyu! Choi Beomgyu, bangun!"



- T O   B E   C O N T I N U E D -

Camera
©bbamcel2_
2023

[✓] Camera | BeomgyuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang