Chapter 07

228 31 20
                                    

Jungkook meneguk habis minumannya dan menghela napas panjang. Suara dentuman musik yang Taehyung putar terasa menggetarkan rumah. Cahaya lampu menyilaukan matanya. Ia menatap sekeliling ruangan yang dipenuhi oleh kumpulan bajingan.

Taehyung suka mengadakan pesta dan hampir tiap malam dia menjadikan rumahnya sebagai tempat pembuangan. Jungkook sejujurnya lebih suka berkumpul di sini dibanding kembali ke apartemennya yang kosong—hanya jika, Lisie menghilang dari pandangannya.

Kenapa pula gadis itu harus datang ke sini?

Lisie beringsut lebih dekat ke arah Jungkook, kemudian duduk di pangkuan pemuda itu dengan santainya. Dia memakai dress yang sangat ketat, payudaranya terlihat hampir melompat keluar. Lisie tersenyum manis, dan Jungkook dengan sengaja menurunkan tali dress gadis itu.

"Bagaimana kalau kau buka pakaianmu saja?" Katanya dengan suara rendah menggoda, kontan saja membuat pipi Lisie memerah.

Lisie menunduk dan berusaha tersenyum malu-malu, tapi ekspresinya hanya membuat Jungkook ingin muntah. Lisie berdehem. "Apa kau ... ingin aku membukanya?"

Jungkook mengangguk dan tersenyum miring. "Ya, buka pakaianmu di ruang tengah lantai dansa dan beri aku pertunjukkan? Bagaimana?"

"Oke. Kalau itu yang kau inginkan."

Jungkook ingin mendengus keras.

Tapi Lisie yang bodoh malah tersenyum menggoda. Satu tangannya meraba dada Jungkook yang dibalut kemeja, gerakannya lambat dan sensual. Lisie mungkin berpikir kalau Jungkook ingin mengajaknya bercinta.

Dia mengira Jungkook tergila-gila padanya.

Sungguh sinting.

Jungkook tersenyum tipis. Dengan sangat lihai mengikuti permainan Lisie dengan meraba pinggang gadis itu. "Sayang, kau sangat seksi. Coba lihat tubuhmu ini," bisiknya. Bahkan dengan kata-kata klise, Lisie sudah terpengaruh. Tubuhnya bergetar di atas pangkuannya, sementara wajahnya dipenuhi kebahagiaan.

Akan sangat menyenangkan untuk mencekik Lisie saat dia tersenyum bahagia seperti itu.

"Hoi, Bung!"

Taehyung datang dari ruangan sebelah dan membawa beberapa botol vodka. Ia menyerahkan satu pada Jungkook, lalu mengedipkan matanya pada Lisie yang pura-pura mengibaskan rambutnya agar terlihat seksi.

"Gaun yang bagus," sahut Taehyung.

Lisie tersenyum angkuh. "Gaun apa pun selalu terlihat bagus untukku."

Taehyung terkekeh dan mengangguk sebelum berlalu pergi.

"Ngomong-ngomong, aku tidak sengaja mendengar cerita Taehyung mengenai murid baru itu," ucap Lisie, mengalungkan lengannya pada leher Jungkook. Kemudian, ia mendengus. "Dia bilang gadis miskin itu manis, yang benar saja."

"Dia bilang Jieun manis?"

"Ya. Dia memanggilnya 'si Manis' saat bercerita dengan Jimin. Apa menurutmu juga begitu? Dibanding denganku, siapa yang lebih manis?"

Taehyung sialan. Dia masih saja memakai panggilan itu.

"Kenapa kau menanyakan hal tidak penting itu. Jawabannya sudah jelas." Jungkook menghela napas.

"Katakan saja. Aku ingin mendengarnya dari mulutmu."

"Tentu saja dia tidak sebanding denganmu."

"Benarkah?"

Jungkook mengangguk mantap. "Hmm. Perbedaan kalian sangat-sangat jauh."

Lisie tersenyum senang. "Kau benar. Dia tidak akan pernah sebanding denganku. Sampai kapan pun."

Burn the RoseTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang