Chapter 08

187 19 12
                                    

Bola basket terpantul-pantul di atas lantai.

Satu... dua... tiga... empat... lima... enam... tujuh...

Jieun terus menghitung tanpa henti dengan pikiran yang tertuju pada kejadian di perpustakaan.

Jungkook menciumnya.

Jungkook menciumnya.

Jungkook menciumnya.

Ia tidak bisa berhenti memikirkan itu.

Apa yang harus ia lakukan untuk menghapus ingatan itu? Bagaimana caranya?

Jieun memperhatikan Jungkook yang menggiring bola ke sana ke mari, melewati Taehyung dan Jimin, lalu dengan semangat melompat ke ring untuk memasukkan bolanya.

Jungkook bersorak dengan suara keras, senyum merekah di bibirnya. Tangannya mengusap rambutnya yang basah ke belakang, kemudian dia menggunakan ujung kaosnya untuk mengelap keringat di wajahnya.

Jieun hanya terpaku memperhatikan dari lantai dua dekat ruang seni. Ia menyentuh dadanya, tempat di mana jantungnya masih berdebar tidak karuan.

Jungkook menciumnya, tapi...

... dia bilang itu adalah ketidaksengajaan.

Meskipun begitu, bibir Jieun masih terasa lembab. Aroma Jungkook masih tertinggal di pakaiannya ketika dia merangkul tubuhnya ke dalam dekapan.

Jieun tidak mengerti apa yang sebenarnya terjadi, atau apa yang sebenarnya Jungkook lakukan.

Mungkin itu memang ketidaksengajan, tapi pikirannya enggan menerima hal tersebut.

Cara Jungkook menghisap bibirnya sebelum menjauh...

Darahnya berdesir hanya dengan memikirkannya. Ia bertanya-tanya apakah Jungkook sedang mabuk? Tapi, tidak ada aroma alkohol.

Helaan napas berat berembus dari mulutnya. Jieun meremat tangannya dan berbalik pergi. Mungkin ia hanya butuh mandi air hangat untuk menghapus semua ingatan itu.

***

Seseorang mengulurkan tangan padanya.

Jieun terhenyak dan segera bangun dari tempat tidur yang berbau antiseptik. Begitu menyengat. Hidungnya berkerut dan seseorang terdengar tertawa.

Jieun menoleh dan mendapati sepasang mata rusa yang menawan, tengah menatapnya dalam diam.

"Hei, apa kau ketiduran lagi? Aish karenamu, aku jadi harus mencuri kunci dari penjaga lagi."

"Apa?"

"Ayo keluar."

Pergelangan Jieun ditarik dengan cepat.

Jieun berkedip ketika pemandangan berubah dan ia mendadak telah berada di ruang temaram yang sempit. Sebuah sapu dan alat pel menggantung tepat di sampingnya.

Lemari penyimpanan.

"Kenapa aku—"

"Shhhh diam, atau suster itu akan menemukan kita," bisik Jungkook, entah sejak kapan sudah berada di sampingnya.

Jieun membelalak dan spontan menjauh. Tangannya tidak sengaja mendorong pintu lemari hingga terbuka. Perawat yang berada di ruang itu sontak menoleh, wajahnya memerah murka saat menghampiri Jieun.

"Kau? Apa yang kau lakukan di sana, huh?"

"Aku—aku—"

"Diam!"

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: May 22 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Burn the RoseTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang