Mau tau apa yang lebih capek dari lari marathon? Jawabannya, penantian yang ga pasti. Dan sekarang Echi ngalamin hal itu. Seminggu setelah pengesahan logo dilakukan. Echi kehilangan Koordinatornya, bukan hanya Echi melainkan seluruh anggota Sie Pubdok.
Mulya yang sampai sekarang belum ada kabar, bahkan dikelas pun sering absen. Pertanyaannya, Mulya kemana?
Echi dibantu Pyvin dan Budi udah nyoba nanya ke temen-temen terdekatnya, tapi yang mereka dapat hanya gelengan kepala tanda tak tahu.
.
.
."Rin, kamu gamungkin gatau. Kamu temen terdekat Mulya dari SD. Kalian selalu bareng, dia bahkan sering kerumah kamu. Mustahil kalo kamu gatau keberadaan dia sekarang" Rini, teman terdekat Mulya sedang diwawancarai sekarang. Mereka ada didepan kelas A8.
"Gw bilang gw gatau. Lo kira gw nyokap nya yang selalu tau kabar dia?"
"Dia gamungkin sama sekali ga ngabarin lo. Ga profesional banget hilang di masa dia jadi panitia, lepas tanggung jawab banget" Ini jam istirahat, koridor lagi rame. Pantes aja sekarang mereka seakan menjadi pusat perhatian karena suara Pyvin yang menggema mengalahkan kebisingan koridor siang ini.
"Lo tau apa sih tentang Mulya? Lo mending diem kalo gatau kondisi dia kayak gimana, lo gasalah ngata-ngatain dia kalo semisal dia emang lagi ada masalah? Ga waras lo Pin" Rini yang memang beneran badmood, memutuskan buat ga membahas lebih lanjut dan memilih untuk masuk ke dalam kelas, duduk di kursinya sendiri dan menelungkupkan wajahnya pada tangan yang ia lipat di meja. Meninggalkan Echi dan Pyvin yang berdiam diri didepan kelas.
.
.
.Echi pasrah. Echi tau kalo kedepannya akan seperti ini. Tapi mau bagaimana lagi? hal itu sudah terjadi. Jujur, Echi ngerasa kecewa berat. Echi bahkan gatau permasalahannya apa, tapi ujungnya dia juga yang kena dampaknya dengan menjadi koordinator pengganti sesuai arahan Budi.
Disinilah Echi sekarang, di Perpustakaan bersama Tasha. Keduanya dihadapkan dengan laptop masing-masing karena awalnya berencana kerja bareng.
Sebelumnya, ia sempat bertemu dengan Amar yang menanyakan proses terkait Spanduk yang akan digunakan untuk baksos besok. Itu seharusnya menjadi tugas dari Mulya, bahkan twibbon juga. Namun akhirnya ia sendiri yang harus mengambil alih tugas karena hanya ia yang bisa melakukan editting. Sedangkan Tasha dan Bagus hanya dapat membantu mengambil tugas edit yang sekiranya bisa mereka ambil. Namun tidak sedikit juga.
Helaan napas terus terdengar dari mulut Echi yang malah membuat Tasha merasa lelah dan memutuskan untuk berhenti dan menutup laptopnya sendiri.
"Echi" panggil Tasha
"Gw tau ini pasti berat banget buat lo, dan jujur gw sebagai anggota lo ga bisa bantu banyak karena lo tau sendiri kemampuan gw sampe mana. Tapi gw tetep berusaha buat kerjain apa yang gw bisa Chi" Ucap Tasha, menyalurkan semangat melalui kedua tangannya yang tengah memegang kedua pundak Echi.
"Iya, thank you ya Tas. Aku beneran ga habis pikir aja dan aku juga bingung, aku gabisa ngapa-ngapain selain nerima apapun dampak yang dia kasih. Kalo boleh jujur, aku juga capek banget Tas, tapi aku gabisa kayak dia yang lepas tanggung jawab gitu aja tanpa tau apa alasannya. Coba aja dia cerita ke kita, mungkin aja kita bisa bantu kan? Masalahnya ini udah h-3 Tas, baksos aja bakal kita jalanin besok. Belum lagi aku harus upload feed ucapan ditengah-tengah event nanti. Sekarang pun aku harusnya upload feed tema HUT. Saking banyaknya yang harus aku kerjain, aku sampe bingung harus mulai darimana. Tas, aku nangis boleh ga si?" Dan bener aja, sekarang Echi nangis di pelukan Tasha
Emang seberat ini yang Echi rasain. Semua tugas Mulya dipegang sama Echi karena Echi ga enak buat ngebebanin rekan nya yang udah punya tugasnya masing-masing.
KAMU SEDANG MEMBACA
Let the Time Answerin'
Teen Fictionbased on true love story with a litle bit fiction.