Bab 9

189 16 2
                                    

Langit menyendu, awan hitam bergerumul di beberapa bagian. Gemuruh saling bersahutan, seakan berlomba mana yang berteriak paling keras. Perlahan, awan mulai meneteskan air dari atas sana.

Terkadang, Jaehyuk sangat menyukai hujan. Tapi terkadang juga dia tidak menyukai hujan. Ada beberapa memori yang sangat menyakitkan disaat hujan mengguyur bumi, dan juga ada memori yang sangat ia sukai saat hujan sudah membasahi bumi.

Ada yang bilang, aroma petrichor yang dikeluarkan hujan adalah aroma paling menenangkan yang pernah dihirup manusia. Bak aroma therapy yang begitu menyenangkan untuk dihirup dan begitu candu.

Tapi, petrichor adalah salah satu aroma yang sangat tidak disuka oleh Jaehyuk. Setelah aroma wood yang selalu menempel ditubuh maskulin Jihoon, dan aroma vanilla yang selalu menguar tanpa malu setiap Hyunsuk berpapasan dengannya.

Ada beberapa hal yang sangat Jaehyuk benci sekaligus suka. Hal-hal yang mungkin terlihat sederhana dan tidak penting bagi sebagian orang, namun sangat dalam tertanam diingatan Jaehyuk.

Jas hujan kuning, dan payung bening.

Dulu, Jaehyuk akan berlari keluar menerobos hujan dengan jas hujan kuning dan sepatu boot kuning miliknya. Berlari menuju halaman rumah Jihoon dan bermain bersama Jihoon yang sudah menunggu nya dengan jas hujan dan sepatu boot sewarna dengan miliknya. Mereka berlari dengan tawa yang teredam bisingnya suara hujan yang jatuh ke bumi, saling mengejar tanpa peduli jika tudung jas hujan tidak melindungi kepala mereka lagi.

Dulu, bahagia Jaehyuk sederhana, melihat senyum Jihoon yang dengan mudah terbit dari belah bibir tipis itu sudah mampu membuatnya begitu bahagia. Namun, kini semua itu hanya kenangan yang akan ikut terkubur dengan tubuhnya nanti. Ia hanya mampu memutar rekaman tentang mereka diotak mungilnya.

Tapi kini, ingin tersenyum saja ia harus pura-pura bahagia dan mengikuti prosedur yang ditetapkan. Itu benar-benar menyakitkan.

Payung bening adalah benda yang selalu Jihoon bawa saat menjemputnya dikala hujan melanda. Jaehyuk ingat, kala itu, Jihoon dengan leather jaketnya berjalan santai sambil memegang payung bening di tangannya. Tak peduli hujan mengguyur dengan begitu derasnya, kaki jenjang pemuda itu akan terus berjalan
menghampirinya. Senyum Jihoon terus tersungging membuat hati Jaehyuk menghangat walau tubuhnya menggigil dingin.

Jihoon akan melepas leather jaketnya, dan menyampirkan di bahu sempit Jaehyuk. Mendekap Jaehyuk erat seakan membagi kehangatan yang bahkan membuat pemuda itu merasa dingin.

Mungkin Jaehyuk akan merasa rindu dengan harinya bersama Jihoon.

Sudah beberapa hari terlewat semenjak ia menyaksikan Jihoon yang menyatakan cinta pada Hyunsuk, dan kini ia sedang menyaksikan kembali keduanya berbincang mesra tanpa sadar akan dunia yang ikut memperhatikan. Tanpa sadar jika ada hati lain yang merasakan perih.

Jaehyuk tertawa sumbang, menahan sesak di dada yang selalu berdenyut nyeri.

Diluar sana hujan, tapi Jaehyuk dapat mendengar jelas tawa Jihoon yang mengalun di telinganya. Bahkan suara ocehan berisik Hyunsuk mengganggu rungunya.

Miris, ini benar-benar miris. Tidak seharusnya seperti ini, mereka berdiri di ujung sana, berdiri dipelataran teras rumah Jihoon dan saling berhadapan. Dan itu lumayan jauh dari rumah Jaehyuk, apalagi ia yang kini berdiri dibalik kaca balkon kamarnya. Juga, suara hujan yang bertabrak bising dengan bumi, tidak seharusnya suara mereka terdengar.

Percakapan mereka terdengar nyaring dalam kepalanya, senyum Jihoon juga terlihat jelas di matanya. Padahal kaca berkabut dan hujan mengurangi jarak pandangnya. Tapi sepertinya hal itu sia-sia, apapun halangannya, hati dengkinya akan terus memproyektor otaknya untuk melihat hal-hal yang semakin menyakitkan.

Sekali lagi, Jaehyuk hanya tertawa miris mengasihani dirinya.

°°°
Ada yang bilang, cinta pertama belum tentu bisa dimiliki. Cinta pertama hanya angan dan akan terlupakan. Cinta pertama adalah sakit yang tak bisa dibiaskan.

Nyatanya, pernyataan itu benar adanya, tapi ia belum bisa melupakan bahkan merelakan cinta fana nya itu.

Sampai saat ini ia masih terus berharap, berharap dan berharap bahwa suatu saat takdir berbaik hati padanya dan memberikan cinta pertamanya pada peluknya.

Jaehyuk sadar. Ia sangat-sangat sadar, bahwa ada hati lain yang harus terluka karena nya. Ia sadar jika ia terlalu jahat. Ia sadar, ia tak mensyukuri pemberian takdir padanya, bahwa ada manusia yang mencintainya dengan sangat tulus, dan akan selalu menerimanya.

Pada akhirnya Jaehyuk sadar jika ia hanya akan terus membawa sakit pada hati yang lain.

°°°

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Aug 18, 2023 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Thank You || JeongHyukTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang