5

203 14 1
                                    

"Nak sanji. Ikutlah bersamanya."

"Aa.. I.. Iya.. Baik pak mihawk. Saya permisi. Ayah aku kesana dulu" ujar sanji kemudian beranjak dari sofa tersebut. Mengikuti langkah Zoro yang masuk ke dalam mainsion.

(◍•ᴗ•◍)

Sanji mengikuti langkah kaki zoro yang sudah jauh meninggalkan dirinya memasuki mansion. Sejenak ia merasa heran dengan lumut satu ini. Kok dia mau aja?

"Hei.. Hei.. Apa kau bisa pelan-pelan? Aku tidak bisa mensejajarkan langkah ku." ujar sanji yang mulai terengah-engah.

Mendengar hal itu pun lantas zoro berhenti dan membalikkan badannya.

"Cih. Lambat. Kau ini pria atau bagaimana?"

"Tch sialan! Kau tidak bisa lihat dengan mata bodoh mu itu ha?! Aku ini apa?! Kau saja yang macam monster berjalan terlalu cepat!" ujar sanji mulai mendekati zoro dan mencebikkan bibirnya.

"Alis keriting aneh. Itulah kau!" ujarnya kembali berlalu.

"Ha apa?! Marimo kurang ajar! Ujar nya sedikit berlari"
.
.
.
.
.
.
.
.

Cukup lama rasanya sanji  mengikuti zoro yang  maunya entah kemana. Mulai merasa cape. Sanji mulai bersuara.

"Oi.. Marimo.. Kita mau kemana?"

"Tch! Jangan panggil aku marimo! Namaku zoro, dan kau itu lebih kecil dari ku... Sopanlah sedikit. Apa kau tidak lupa dengan siapa kau berbicara?"

"Tch... Ini diluar ga ada kaitannya dengan ketos yang kau banggakan itu" ujar sanji yang berada di belakangnya.

Zoro sedikit terhenti. Sanji yang dibelakangnya merasa kaget dan menabrak Zoro. Ia memegang hidungnya.

"Tch! Ngapain kau berhenti mendadak?!" ujar sanji memegang hidungnya. Berhenti mendadaknya zoro membuat hidungnya bertubrukan dengan punggung zoro. Itu jelas membuat dirinya sakit.

"Kau ngapain dibelakangku?"

"Gua ikuti lu lah.. Sebenarnya kita mau kemana?"

Zoro mendribble bola basketnya ke lantai. Seraya berjalan. "Ke lapangan. Gua mau lanjutin permainan gua yang tadi." ujarnya.

"Ho... Jadi lu punya dua lapangan di rumah lu ya? Waw.. Keren siii....." ujar sanji mensejajarkan langkahnya dengan Zoro.

"Hanya satu."

Sanji sedikit bingung. 'Satu?'

"Jadi yang di depan tadi itu bukan lapangan?" tanya sanji

"Depan yang mana?"

"Lah? Lu pikun kah ha?! Gua ketemu lu tadi kan lu lagi main basket."

Zoro terhenti. Ia menggaruk tengkuknya.

"Ngapain lu?"

Mendadak sanji sadar.

'Sebenarnya bisa lewat pintu itu aja ga si.. Ngapain ke dalam?'

Oke sanji esmosi.

"Dasar ketos tolol! Bisa-bisa nya lu lupa dengan denah di mansion lu sendiri! Anjing! Gua cape-cape jalan ikutin lu.. Dan lu lupa arah ke lapangan?!" ujar sanji dengan napas memburu. Esmosi sanji tu say..

Zoro menggaruk tengkuknya

"Tak usah menggurui gua.. Kau juga bakalan seperti itu.. Mansion gua itu besar.. Mungkin ga sebesar rumah lu.. Lu juga pasti kek gini kali.." ujarnya berjalan kembali, memutar arah.  Sejenak ada semburat merah di pipinya. Untungnya sanji tak tahu hal itu.

"Lu nggak ngotak anjing.. Padahal dari tempat lu ketemu ayah gua dan ayah lu kita dah sampe.. Ngapain jalan masuk kedalam?!"

"Masa itu lu ga tau?!"

"Gua aja yang baru disini aja Langsung sadar anjing. Lah lu tuan rumahnya kok malah pikun?!"

Ujar sanji nyerocos sambil berjalan mengikuti arah zoro yang berbalik arah ke ruang tamu mungkin?.

Cukup lama rasanya sanji berjalan tapi daerah yang ingin mereka tuju tak kunjung ditemui. Sanji akui, mansion Zoro, sangat luas. dan terlihat seperti labirin besar.

"Oi.. Kita ke ruang tamu tadi kan?"  ujar sanji mulai terengah-engah. Jujur ia dah mulai capek.

Zoro diam. Ia tetap berjalan. Sudah 3 menit mereka mungkin berjalan. Lucunya, ia kembali di tempat tadi. Tempat sanji sadar bahwa lapangan berada dekat ruang tamu.

"Kok kesini lagi?! Oi kita ga salah jalan kan?" ujar sanji. Jujur, sanji  juga lupa arah ke ruang tamu. Dikarenakan mansion ini terlalu besar dan berlorong.

"Dari mana lu tau?! Kita balik ke sini?!"

"Lu liat figura itu anjing.. Itu sama persis dengan yang gua temui tadi." ujarnya menunjuk satu figura di dinding.

"Ga ada tu" ujarnya berjalan kembali.

"Tsk... Oi... Tsk... Kalo emang gua salah liat gua coba aja kali naruh jam tangan gua di sana... Sebagai petunjuk." ujarnya berjalan ke arah nakas dan menaruh jam tangan nya disana.

"Yosh..."

"Oi.. Alis keriting.. Lu kalo mau ditinggal ya udah." ujar zoro.

"Siapa yang kau panggil alias keriting ha?! Marimo sialan!" ujarnya mengejar zoro.

Sudah 5 menit berputar-putar dan hasilnya sama.. Sanji balik lagi ke tempat tadi.

"Kan bener.. Gua blg juga apa.. Marimo goblok! Dasar ga guna.. Nyasar di rumah sendiri. Marimo bodoh! Aaaakkkhhhh.." ujarnya menarik-narik rambutnya.

"Siapa yang lu bilang marimo?! Siapa yang lu bilang nyasar di rumah ha?!" ujar zoro mendekatkan keningnya ke sanji.

"Lu liat itu.. Itu jam tangan gua yang gua taruh tadi.. Dan lu liat.. Kita balik lagi... Si bodoh! Otak lu ada apa si?! Mansion sendiri ga hapal?!" ujar sanji menatap tajam ke arah zoro.

Zoro yang ditatap hanya melirik ke sembarang arah.

"Ma.. Maaf.. Aku emang buta arah jika perihal itu..." ujar nya memalingkan wajahnya.

"Ha apa?!"

"Maap"

"Ha?!"

Oke sanji bingung.

.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.

"Gua emang suka nyasar.. Gua  jujur.. Gua buta arah.. Sorry, Hehehheh....Gua bakal nelpon pelayan gua buat jemput" ujar zoro menggaruk tengkuknya. Sanji cengo

"GOBLOK!!"

"Ngomong kek dari tadi anjingggg!!!"







TBC
Kependekan ya? Dah pendek.. Gaje pula.. 🙂

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Aug 19, 2023 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Zosan  (boyfriend ketos) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang