Richard Drake hanya bisa berdiri di balik jendela besar itu. Salah satu tangannya menempel pada kaca, satu lagi mengusap pipi kanannya yang memiliki bekas luka panjang. Di seberang sana ada anak remaja yang terduduk di hadapan seorang dokter. Mereka saling berbicara, Richard tidak tahu apa yang mereka bicarakan, tetapi pembicaraan itu sudah berlangsung hampir sejam.
Ketika dokter tersebut keluar, Richard bergegas mendekati pintu. "Tuan Richard."
"Dokter Rim, bagaimana kabarnya?"
Terdengar helaan napas yang panjang dari Dokter Rim. Richard tahu itu berarti berita buruk. Sebenarnya dia sudah dapat menduga akan ada kabar yang buruk, tetapi pria itu masih mengharapkan ada sebuah keajaiban.
"Dia sudah berada di sini selama empat bulan, tetapi kami sudah tidak dapat melakukan pemeriksaan lebih lanjut. Meski diagnosa kami terkait Intermittent Explosive Disorder itu bisa dipastikan benar. Belum lagi kesaksianmu di mana Oliver menunjukkan perilaku agresif, tempramental, dan termasuk melukai wajah Anda," jelas Dokter Rim singkat.
"Jadi bagaimana? Apa yang harus aku lakukan?" tanya lagi Richard tidak ingin menyerah.
"Kami sarankan agar Oliver dipindahkan. Ada sebuah tempat di mana putramu mungkin bisa disembuhkan. Harmony Mental Health Care. Hanya saja, rumah sakit itu berada jauh di Portland."
"Portland? Maksudmu Oregon?" Dokter tersebut mengangguk.
"Aku tahu itu sangat jauh, tetapi demi kebaikan Oliver, hanya itu yang bisa dilakukan."
Richard kembali melihat ke balik kaca. Di sana putranya masih duduk menunduk. Entah sebenarnya sedang memikirkan apa.
Lalu Dokter Rim memanggil seseorang di belakang Richard, pria itu tak tahu kalau ada yang sejak tadi berdiri di sana. Dua orang tepatnya. "David Parker dan Walter Campbell. Mereka petugas admisi di Institut Kesehatan Mental Solace. Kedua pria ini yang akan mengantarkan putramu ke Portland dengan aman dan selamat."
Salah satu dari mereka menjabat datang Richard dan memperkenalkan diri kembali. "Jangan khawatir, Tuan Richard. Putramu akan sampai di Portland dengan selamat," ucap yang bernama Walter.
"Kami sudah berpengalaman sebagai petugas admisi." Kemudian David, dia punya suara yang lebih halus. "Kami juga sudah membaca seluruh berkas tentang Oliver. Dengan sangat aku turut menyesal atas semua yang terjadi padanya."
Namun, Richard terdiam setelahnya. Dia tengah berpikir. Jika Portland memang tempat terbaik untuk saat ini, maka tidak ada pilihan lain. Meski tempat itu sangat jauh. Meski itu berarti Richard tak akan bisa lagi bertemu dengan putranya sendiri entah sampai kapan.
Dia teringat berbulan-bulan sebelumnya, saat ini semua belum terjadi. Anak itu adalah laki-laki yang normal sebagaimana adanya. Putranya yang punya senyum manis, memiliki banyak teman, tertarik pada baseball, dan nilai yang sempurna. Namun, entah mengapa semua itu berubah.
Richard menyesal karena telah membuatnya jadi lebih buruk. Pria itu malah menyalahkan Oliver dan tak pernah ingin membantunya menjadi baik kembali. Lalu makan malam bulan Maret adalah akhir segalanya. Richard sangat menyesal telah mengatakan itu semua. Malah mungkin apa yang Oliver telah katakan kebenaran sebenarnya.
Hanya ibunya lah yang menyayangi Oliver, dan Richard tidak. Richard gagal.
Namun, Richard tidak ingin benar-benar mengakhiri ini dengan kegagalan. Jikalau Portland adalah jalan terakhir, maka Richard ingin ada di sana sebelum itu semua terjadi.
"Tidak," katanya. Dokter Rim lantas tak mengerti. "Aku yang akan mengantarnya ke rumah sakit itu."
"Anda yakin? Perjalanan ke Portland memakan waktu dua puluh empat jam."
KAMU SEDANG MEMBACA
Black Forest (A Mystery Novel)
Mystery / ThrillerSeorang remaja terbangun di sebuah bus kota Portland tanpa mengetahui atau mengingat apapun sebelumnya. Tak ada informasi tentang dirinya selain sebuah kertas yang menunjukkan alamat di Minneapolis. Nash, detektif yang baru saja diskorsing karena me...