25 : Kalung Asing.

16.9K 1.1K 18
                                    

Vote yok Vote, tinggal pencet aja loh. Komennya juga jangan lupa ya! Btw kalo ada typo, tandai. Okay? (*n'ω'n*)

Sekian terimakasii, selamat membaca bubb😋

...

Viona memandang ngeri mansion yang sudah terasa asing baginya. Percikan darah menghiasi dinding mansion, menjadi bukti bahwa beberapa waktu yang lalu ... Terjadi hal mengerikan.

Penjaga yang biasanya menjaga mansion itu, lenyap. Mansion tersebut seolah-olah tak berpenghuni. Keadaan yang senyap serta hening, semakin menguatkan praduga aneh yang ada di dalam benak Viona.

"Apa mungkin Aland sama Darel abis bunuh orang?" gumamnya lirih.

Ya, ia sedang berada di depan mansion Tuan Muda Alexandro. Bisa berada di sini bukanlah hal yang mudah, Viona harus memaksa Sistem agar bisa berteleportasi tanpa menunggu waktu jeda.

Viona melangkah ragu memasuki mansion. Bau amis dan busuk langsung menyeruak masuk ke dalam indra penciumannya. Seraya menahan napas supaya tak menghirup bau aneh itu, Viona berteriak memanggil nama kedua pria yang ia cari.

Sedangkan di sisi lain, Aland dan darel yang tengah meminum minuman keras di ruang kerja masih tidak perduli pada teriakan Viona.

Mereka kira, semunya hanyalah halusinasi disebabkan oleh alkohol yang menggerogoti pikiran mereka.

Darel menggeram kesal, gelas dengan isian alkohol tersebut ia banting ke lantai. "Udah nggak guna. Bukannya nenangin, malah buat gue makin gila," ketusnya.

Manik hitam yang terlihat lelah itu melirik Darel sekilas. "Menurutmu, apa yang sebenarnya terjadi pada kita? Bukankah kita terlalu gila hanya karena seorang gadis?" lontar Aland sembari memutar gelas yang berada di tangannya.

Kian merasa kesal, Darel menggapai gelas di tangan Aland kemudian membantingnya ke lantai lagi.

Viona yang masih tidak tahu di mana keduanya berada bergegas menaiki anak tangga kala suara pecahan gelas kembali terdengar.

Brak!

"Lo berdua ngapain mabuk-mabukan di ruang kerja anjing?!" pekik Viona kaget. Setahu ia, Aland dan darel bukanlah pria lemah yang melampiaskan segalanya dengan meminum alkohol.

Pupil mata Aland membesar, ia menoleh ke arah Darel. "Apa kau melihat dia?"

Darel tersentak. "L-lo juga liat?"

Sepertinya kedua pria ini sudah hampir terbiasa akan bayangan Viona yang mengitari mereka, sehingga keduanya tetap mengira bahwa ini semua sebatas halusinasi belaka.

Viona memutar bola matanya malas. Netra kecoklatan tersebut menatap Aland dan Darel secara bergantian. "Bisa lepasin nggak?" celetuk Viona.

Kini, kedua pria yang hampir menginjak usia 25 tahun itu bergelayutan manja di lengan Viona bak seorang anak kecil.

Rasa rindu yang telah tertahan beberapa hari lamanya, berhasil mereka lampiaskan. Bukannya marah dan bertanya ke mana Viona pergi selama ini, Aland dan Darel lebih memilih diam.

Seakan-akan tak terjadi apa-apa. Mereka takut, jika pertanyaan itu terlontar, Viona akan kembali menghilang dari pandangan mereka.

"Bercak darah di tembok mansion punya siapa?"

Aland dan Darel mendadak mematung. Mereka saling melirik satu sama lain. Hingga pada akhirnya, Aland bersuara.

"Mansion ini akan direnovasi, dan bercak merah yang kau lihat hanyalah cat berwarna merah," alibi Aland yang tentu saja mendapatkan delikan sinis dari Viona.

Problematic Soul [Revisi]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang