Empat

970 248 55
                                    

"Pertama, jangan membahas uang di depan Sakura. Bicarakan hal-hal ringan saja seperti makan malam apa yang Sakura sukai. Akan lebih bagus jika kau mengajaknya untuk makan malam bersama, secara sederhana."

Makan malam yang sederhana. Kalimat itu memenuhi kepala Sasuke untuk seharian ini. Ia mencari beberapa restoran sederhana terdekat secara daring, melihat reviews dan bintangnya sekalian. Kemudian menelepon Itachi untuk meminta pendapat lagi dan lagi.

Kakak lelakinya itu mengomelinya setiap kalinya, mengatakan kalau sederhana yang kakaknya itu maksud artinya benar-benar sederhana, bukan minimalis sederhana dengan harga makanan yang tak ada bedanya dengan restoran yang biasanya sering ia datangi.

Setelah beberapa kali menunjuk nama restoran yang ia pilih dan mengirimkan linknya kepada Itachi, kakak lelakinya itu akhirnya menyerah dan memilihkan sebuah restoran yang tak pernah ia tahu ada di kota ini saking tak terkenalnya, menurutnya.

Begitu Sasuke mendatangi restoran itu untuk membuat reservasi, ia sangat terkejut karena bangunan itu ternyata sangat kecil namun juga sangat ramai. Karena terletak di tempat yang cukup strategis tapi hanya berupa petakan kecil yang tak lebih besar dari ruang showernya di rumah, udara di dalamnya sangat sumpek. Dipenuhi oleh bau keringat serta bau parfum menyengat yang menjadi satu, membuatnya agak mual dan batal mengajak Sakura ke sana.

Ia lalu menelepon Itachi lagi untuk yang kesekian kalinya. Mendengar helaan napas kakak lelakinya itu tepat setelah panggilan dijawab di seberang sana.

"Itu bukan restoran," kata Sasuke dengan nada menuduh. "Mana mungkin aku membawa Sakura ke tempat seperti itu. Ia akan segera kehilangan selera makannya."

"Ia tidak akan," balas Itachi tegas. "Bukan Sakura yang akan kehilangan selera makannya, tapi kau adikku tersayang. Begitulah berbedanya kau dengan orang-orang di luar sana."

Sasuke memikirkan perkataan Itachi dengan muram. Rasa putus asa membuatnya memutus panggilan mereka begitu saja. Karena bukan hanya Itachi yang mengatakan kalimat-kalimat semacam itu, Sakura juga pernah mengatakan itu padanya. Menegaskan padanya lagi dan lagi betapa berbedanya kehidupan mereka.

Ia akhirnya pulang ke rumah sewaan Sakura, duduk di atas matras tipisnya sembari memperhatikan matras Sakura yang masih terlipat dan ditumpuk di satu sudut secara rapi.

Sakura sering pulang terlambat akhir-akhir ini. Ia mulai berpikir apakah Sakura dengan sengaja pulang terlambat karena ingin menghindari dirinya atau Sakura memang sedang sangat sibuk di tempat kerjanya.

Sasuke memikirkan itu semua sampai ia melewatkan makan malamnya. Ia tak pernah merasa begini putus asanya untuk seumur hidupnya kecuali yang berkaitan dengan Sakura. Dulu dan sekarang, pada akhirnya ia gagal untuk mendekatkan jarak di antara mereka.

Sakura baru pulang pada pukul sembilan lewat sepuluh menit. Sedangkan Sasuke masih duduk di tempat semula dengan pakaian kerja lengkap yang belum ia ganti sejak tadi. Padahal ia selalu mengganti pakaian kerjanya di tengah hari dan akan langsung mandi serta berganti pakaian lagi begitu sudah sampai rumah. Mungkin sebentar lagi Sakura akan membencinya karena bau keringatnya yang memuakkan.

"Kau baru pulang?" tanya Sakura sambil menggantung tasnya di gantungan di sebelah pintu masuk.

Sama seperti yang biasanya Sakura lakukan setelah pulang kerja, gadis itu akan berjalan ke kamar mandi setelah sebelumnya menyiapkan pakaian tidur. Sasuke memperhatikan itu semua tanpa menjawab pertanyaan Sakura tadi. Dan gadis itu terlihat agak terkejut ketika mendapatinya masih berada di tempat semula, tak bergerak satu senti pun, bahkan setelah gadis itu terlihat segar karena sudah mandi.

"Ada apa sekarang?" Sakura belum membentang tempat tidurnya. Sekarang duduk menghadapnya dengan raut wajah bingung. "Seseorang mengganggumu?"

"Apa aku terlihat seperti orang yang mudah diganggu?" tanya Sasuke balik.

Debt Trap (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang