03. Perihal Musuh

237 49 22
                                    

SMA 325 atau sering disebut TADAMA benar-benar menyimpan perpecahan di dalamnya. Kedua jurusan mengoyak habis lambang persatuan yang terjahit di lengan kanan seragam. Selama 6 angkatan lewat, kata damai tidak pernah ada dalam sejarah IPA dan IPS.

Keduanya saling beradu, haus akan validasi siapa yang lebih unggul. Ditambah dengan bumbu-bumbu ketidak adilan dan timpang kasih sayang semakin menambah pertarungan di antara mereka. Baik IPA atau pun IPS, baik Orion atau pun Warior, baik Kapten atau pun Panglima, mereka tidak akan pernah mundur.

Sama-sama penganut, harga diri dijunjung sampai mati.

"Anak setan lo!" Kapten meneriaki Panglima di depan muka. Ia membanting tubuh musuhnya itu, lalu menendanginya tanpa ampun.

Merasa Kapten seperti kesetanan, Panglima buru-buru menjegal kaki Kapten dan menariknya hingga Kapten terjatuh. Tidak ingin kalah gesit, Panglima lebih dulu menduduki tubuh Kapten agar pria itu tidak dapat menghantamnya lagi

"Lo ada masalah apa anjing?"

Tidak. Pertanyaan Panglima bukan kalimat retoris. Dia sama sekali tidak tau kenapa pria yang beberapa jam lalu dia temui di markasnya itu, tiba-tiba datang menariknya ke belakang sekolah bak kerasukan setan.

"Masih nanya ada masalah apa? emang ga ada otak ya lo bangsat!" dengan sengaja Kapten meludahi Panglima yang langsung membuat emosi pria itu meluap.

Sorot gelapnya memandang Kapten dengan tajam. Ah, sungguh! Kapten sangat menikmati ekspresi marah musuhnya itu. Ia tertawa sinis, membalas tatapan Panglima dengan penuh kebencian.

"Sampah lo!" Panglima hendak melayangkan pukulan ke arah Kapten, namun segera ditangkis oleh Jaehyuk.

"Berani lo nyakitin Kapten, gue patahin leher lo." ujar Jaehyuk dingin.

Melihat ada kesempatan, Kapten berusaha meloloskan diri. Tubuhnya terasa remuk setelah dihempaskan Panglima tadi. Susah payah dia menggeliat, sialnya Panglima lebih dulu terpancing emosi.

Dengan mudah Panglima memelintir tangan Jaehyuk hingga anggota Orion itu berteriak kesakitan.

"Mana yang katanya mau patahin leher gue?" Panglima mengejek. Wajahnya yang datar membuat orang-orang di sana merinding sebadan-badan.

Tidak cukup sampai disitu, Panglima melayangkan tinjuannya hingga Jaehyuk terhempas beberapa meter dari tempat semula. Bak titik beku. Panglima bisa menghilangkan segala perasaan jika urusannya dengan Kapten diganggu.

Baru saja kakinya akan mendekat ke arah Jaehyuk, satu pukulan tepat mengenai bahu Panglima.

"Langkahin mayat gue dulu, sebelum lo nyentuh temen-temen gue." Kapten berujar tegas. Dia berdiri di depan Jaehyuk, menghalangi Panglima yang akan membalas anggotanya. Selain menjunjung harga diri, Kapten juga menyanjung solid yang tinggi.

Remaja itu selalu menjaga teman-temannya meski harus mengobarkan nyawanya sekali pun.

"LO SEMUA MAU BUBAR APA GUE SERET KE RUANG OSIS SEKARANG?!" Soobin, ketua OSIS datang di waktu yang tepat.

Baik Panglima mau pun Kapten, keduanya memandangi pria tinggi yang berada di pinggir lapangan dengan malas. Amarah Kapten yang masih menggebu-gebu terpaksa diredam agar teman-temannya tidak semakin terkena masalah. Bukan apa, Kapten hanya terlampau tau betapa liciknya para kacung guru itu.

Pancaroba • HyunjeongTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang