***
“Maksud dan tujuan kami datang ke sini yaitu dengan niat yang baik, saya ingin menyampaikan ketulusan hati bahwa kami selaku orangtua Dimas sangat berharap jika Tiara menjadi menantu kami nantinya, Insha Allah, Dimas bisa menjaganya sebaik kalian menjaga Tiara.” Tiara memejamkan kedua matanya saat mendengar penuturan Ibu Dimas, ia menggenggam kedua tangannya dan sesekali menatap Dimas yang tersenyum lembut kearah Umi dan juga Abi-nya Tiara. Ia tak pernah menyangka kalau Dimas benar-benar datang untuk melamarnya.
“Syukur Alhamdulillah, saya sebagai Abi-nya Tiara sangat-sangat bahagia dengan kabar bahagia ini. Sudah dari awal saya memang ingin menyatukan anak gadis saya dengan Dimas, tapi selalu terhalang sesuatu. Dan, mungkin ini saatnya kita menyatukan mereka daripada terjadi fitnah dan omongan yang tidak-tidak tentang mereka?” ujar Abi Tiara.
“Bagaimana, Dim? Kamu mau melalui sebagian hidup kamu bersama Tiara?” tanya Ayah-nya.
Langsung Dimas menatap Tiara, sedangkan yang ditatap hanya mampu menelan salivanya dengan susah payah. Bohong kalau Tiara mengatakan tidak gugup, justru dia sangat gugup, bahkan kedua telapak tangannya berkeringat. Umi yang ada disampingnya menahan tawa melihat ekspresi anak gadisnya ini.“Dimas mau, Yah. Tapi, izinkan Dimas bertanya pada Tiara dulu,” ucap Dimas dan diangguki oleh para orang dewasa.
Kini suasana hening, mereka hanya membiarkan Dimas dan Tiara memutuskan apa yang mereka inginkan. Haikal pun yang sedaritadi duduk disamping Abi-nya ikut penasaran, dia hanya berharap kalau kakak-nya ini tidak menyia-nyiakan Dimas. Itu saja.
“Tanpa ada unsur paksaan, saya izin menyampaikan niat untuk melamar kamu, Tiara. Saya ingin menjalani hidup bersama kamu, wanita yang saya cintai. Jika tidak keberatan, saya ingin kamu menjadi makmum shalat saya dan yang mencium tangan saya setelah selesai shalat, serta menginginkan kamu sebagai istri dan Ibu dari anak-anak saya kelak. Tiara, apa kamu bersedia menjalani itu semua bersama saya?” jelas Dimas.
Dengan satu tarikan nafas, Dimas akhirnya menyelesaikan ucapannya yang sudah hampir empat hari ia menghafalnya dan ia berhasil melontarkannya tanpa ada kesalahan sedikitpun. Sang Ayah yang ada disamping kanannya tersenyum bangga, anak tunggalnya ini benar-benar harta bagi mereka. Tak sia-sia ia membesarkan Dimas, anaknya tumbuh menjadi pria yang sopan.
Sedangkan Tiara menatap Umi dan Abi-nya secara bergantian, seakan meminta pendapat, apa yang harus ia jawab. Namun, ia hanya mendapati sebuah senyuman tulus dari sang Umi pertanda bahwa Tiara mendapat restu dari mereka berdua jika ingin hidup bersama Dimas.
Tiara pun kembali menatap Dimas dan memejamkan sejenak kedua matanya sebelum menjawab keinginan pria itu. Menunggu hal seperti ini benar-benar membuat Dimas sesak nafas, ia tak bisa membayangkan jika Tiara menolak lamarannya. Ya, sebenarnya dia sudah mempersiapkan hal itu, di hati Tiara masih ada Jeffrey, mana mau Tiara menerima lamarannya?
KAMU SEDANG MEMBACA
Jung Jaehyun : Langit Yang Sama
FanfictionHubungan asmara antara Jeffrey dan Tiara tidak berjalan normal seperti orang-orang pada umumnya, mereka harus dihadapkan dengan kenyataan bahwa mereka dibatasi oleh tiang tinggi yang menghalangi, yaitu perbedaan agama. Dari awal hubungan ini dimulai...