KEBENARAN [1] : KE SEMBILAN

110 11 4
                                    

      •••••••••📖 Happy Reading 📖•••••••

Suga terus saja menetaskan air mata, ia memegangi tangan hoseok yang sedikit terasa dingin. Sesekali suga ingin melampiaskan kemarahannya di dalam ruangan, ia tidak tega melihat adiknya terbaring di ranjang rumah sakit.

"Hoseok bangun atau kau akan menerima pukulan dariku jika kau tidak segera bangun!" ucap suga sembari memegangi tangan hoseok dengan erat.

"Hoseok bangun!" ulang suga yang masih terisak.

"Apa yang harus aku lakukan hoseok agar kau bangun, ayolah hoseok bangun. Apakah mimpi mu teralu indah untuk kau lewatkan?" suga melihat sekitaran, ia melihat dua orang sedang melihat suga dari balik pintu.

"Apakah dia akan menjadi gila karena adiknya? bisik salah satu orang di balik pintu. " Mungkin saja" sahutnya.

"Bukankah itu bagus untuk kita?" ucapnya pelan. "Benar juga, aku malah tidak kepikiran" memegang daun pintu dan membukanya.

Mata suga terfokus ke hoseok, genggamannya masih erat. Di dalam hati kecil suga ia berharap jika hoseok akan segera membuka matanya. Karena jika hoseok tidak membuka matanya maka tidak ada harapan lagi untuk hoseok hidup.

"Hoseok, aku tidak menyangka jika kau akan seperti ini" ucap seokjin yang juga memegangi tangan hoseok.

"Apakah ada perkembangan?" tanya ayahnya mendekati suga. Suga hanya menggelengkan kepala sebagai jawaban.

"Suga, istirahatlah dulu kau juga butuh istirahat. Biarkan aku dan ayahmu yang menjaga hoseok di sini" pinta seokjin yang menatapnya dengan penuh kasih sayang.

"Tidak, aku ingin tetap bersama dengan adikku" tolak suga. "Apa yang seokjin katakan itu benar, jadi kau istirahat saja. Percayakan hoseok pada kami!" bujuk ayahnya.

Membuang nafas kasar suga berdiri dan melepaskan genggaman tangannya pada hoseok. Suga meninggalkan ruangan dan pergi ke taman untuk menenangkan pikiran nya yang sedang kacau.

"Kenapa harus kau yang mengalami hal itu, kenapa?" gumam suga yang sudah sedikit emosi. Ia memukul-mukul kursi taman hingga tangan nya berdarah.

"Hoseok!, ayolah kenapa harus kau kenapa bukan aku" kali ini suga memukul kursi taman dengan sangat keras, darahnya mulai mengalir, rasa perih suga rasakan namun ia mengabaikannya. Rasa sakit nya tidak sebanding dengan apa yang hoseok rasakan. Suga kembali memukul kursi taman lagi dan lagi.

Mendadak ayahnya datang dan  menghentikan suga kemudian memeluknya. "Suga hentikan, ayah mohon hentikan. Tidak ada gunanya menyakiti diri sendiri itu tidak akan merubah kondisi hoseok!" bisiknya yang membuat suga sedikit luluh.

"Kenapa menghentikan ku, ini tidak setimpal dengan apa yang hoseok rasakan saat ini. Aku bukan kakak yang baik untuk hoseok." Di dalam pelukan sang ayah suga menangis, ia merasa kecewa pada dirinya sendiri.

"Dengarkan ayah suga!, kau kakak yang baik aku tau itu. Percayalah, hoseok akan baik-baik saja" ucapan ayahnya yang sedikit membuat hati suga tenang. "Tapi memang aku bukan kakak yang baik!" tegas suga.

"Jika kau bukan kakak yang baik lalu apa yang kau lakukan musim dingin lalu bersama hoseok?, kau membuatnya bahagia bukan?" lirih ayahnya. suga terdiam, ia mengingat kembali momen waktu itu.

"Sekarang dengarkan ayah, ayo kembali temui hoseok. Semoga saja kali ini hoseok akan membuka matanya. Hoseok membutuhkan mu, butuh semangat mu untuk kembali membuka matanya" bujuk ayahnya. Suga menuruti perkataan ayahnya dan ia kembali ke ruangan hoseok.

Suga dan ayahnya mendekati pintu dan akan memegang daun pintu namun dari dalam terdengar sebuah perkataan yang membuat mata suga terbelalak.

"Harusnya kau sudah mati di gudang tadi, tetapi kenapa kau masih hidup ,huh!. Jika kau mati maka hutang kakak mu padaku akan lunas, suga akan merasakan apa yang aku rasakan" perkataan nya yang di dengar jelas oleh suga.

Tanpa pikir panjang suga membuka daun pintu dan melihat jika seokjin sedang berusaha membunuh hoseok dengan cara mencekiknya. Seokjin yang tertangkap basah langsung melepaskan cekikikan nya, suga langsung menhampiri nya dan menghadiahi beberapa pukulan ke perut seokjin.

"Jadi kau yang membuat adikku sampai seperti ini?" ucap suga yang kembali memukul seokjin. "Jika iya, lalu?" seokjin menyunggingkan senyum smirk-nya.

"Aku tidak mengira jika kau akan bertindak serendah ini, seokjin!" umpat suga.  "Kau tidak akan habis fikir lagi jika kau mendengar nama satu orang lagi yang ingin mencelakai kalian juga" ucap seokjin sembari melirik ke arah ayah hoseok.

"Jika bukan kau siapa lagi seokjin, kau ingin membunuh adikku hanya untuk balas dendam karena kematian adik mu jungkook bukan?" ujar suga menarik kerah baju seokjin.

"Yaa, itu benar. Tetapi ada yang menginginkan lebih dari itu suga, akan aku beritahu" seokjin menggerakan tangan nya dan akan menunjuk ke arah ayah hoseok namun suga sudah melayangkan pukulan ke kepala seokjin. Alhasil seokjin tersungkur di depan ayah hoseok.

Suga mengambil pisau lipat yang ia simpan di balik jas-nya kemudian menarik seokjin untuk berdiri lalu di hadiahi sebuah tusukan dari suga.

"Kau bermain-main dengan orang yang salah!" ucap suga tersenyum smirk.

'Ternyata kau lebih percaya kebohongan daripada kenyataan' batin ayahnya.

Suga kembali menusuk seokjin sebanyak tiga kali, kini tubuh seokjin tersungkur di lantai. Darah mulai membasahi lantai, suga tersenyum smirk lagi kemudian memasukkan pisau lipat itu lagi ke dalam saku jas-nya.

Seokjin sudah tiada, suga hanya membiarkan mayatnya tergelak di lantai. Ayah hoseok sekarang bisa lega, akhirnya salah satu rencananya berhasil.

Membuat seokjin terbunuh oleh suga adalah rencana ayahnya. Memang kedengarannya agak sedikit tidak masuk akal, tetapi itulah kenyataan nya.

Sekarang suga duduk di samping hoseok dan mengecek kondisi adiknya, untung saja suga datang tepat waktu jika tidak maka tidak bisa di bayangkan bagaimana kondisi hoseok selanjutnya.

Memegang erat tangan hoseok yang seolah saling memberikan energi. "Ayo bangun hoseok, aku mohon bangunlah dan lihatlah aku sedang menunggu mu" ucap suga yang benar-benar terpuruk.

Ayahnya menepuk pelan bahu suga. "Aku harap hoseok segera bangun" ucapnya yang membuat suga sedikit kuat.

'Tuhan, aku ingin hoseok segera bangun. Aku mohon bangunkanlah dia, aku tidak bisa bertahan tanpa nya. Jangan biarkan dia mimpi terlalu lama, aku ingin dia bangun' ucapnya di dalam hati.

Doa suga sangat tulus, sehingga Tuhan mengabulkan doa-nya. Perlahan hoseok menggerakkan jari-jarinya kemudian perlahan membuka matanya.

Suga yang melihat hoseok mulai membuka matanya dan itu membuat suga senang, akhirnya Tuhan mengabulkan doa-nya.

"Biar aku panggil dokter" usul ayahnya. "Tunggu, apakah ayah lupa jika ada yang terbaring di lantai?" sahut suga yang menatap tajam ayahnya.

"Lalu apa yang harus aku lakukan sekarang?" tanya ayahnya yang sedikit bingung. "Bawa mayat itu ke dalam kamar mandi dan bersihkan darahnya, aku tidak mau ada yang mengetahui hal ini kecuali kita" Pinta suga.

"Apa yang kalian bicarakan?" lirih hoseok, suaranya sangat lemah. "Tidak ada hoseok, yang penting sekarang kau sudah sadar benarkan ayah?" sahut suga sembari memberi isyarat kepada ayahnya.

"Benar" ayahnya mengelus surai lembut hoseok.

"Kak kepala ku, aku merasa sangat pusing sekarang. Akh..." hoseok kembali merasakan pusing  yang sangat hebat. Hoseok memejamkan matanya, ayah hoseok langsung menekan tombol darurat yang berada di atas hoseok.

Kedengaran nya ini gila, jika ada yang tau bahwa di ruangan itu telah terjadi pembunuhan maka urusannya akan menjadi panjang. Tak butuh waktu lama seorang dokter datang di susul seoarang perwat. Suga dan ayahnya diminta untuk menunggu di luar.

****
Bersambung

Terima kasih semuanya,, sampai bertemu di chapter selanjutnya.

MY SWEET POSESIF BROTHER [completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang