BAGIAN 1

49 8 4
                                    

'' jangan pergi.'' Ia berucap lirih. Suara penuh harap itu terus terucap dari belah bibirnya. Tangannya masih terus bertaut dan airmatanya tak kunjung berhenti. Ia menyesal akan tindakannya terakhir kali. Andai manusia bisa memilih, ia tak ingin ucapannya itu menjadi kata terakhir yang ia lontarkan pada sosok yang kini tengah terbaring lemah diruang operasi.

''felix.'' Dia mengangkat kepalanya menoleh pada lelaki yang baru saja memanggilnya. Masih dengan suara yang terisak ia memeluk tubuh tinggi dihadapannya.

''chris, kak changbin... darah... aku salah chris... sem-semua salahku. D-dia sakit karna aku.''

''sssttt... bukan salah felix. Jangan menyalahkan diri sendiri,lix. Kamu tidak salah.'' Chris menepuk punggung felix lembut. Memberikan kata penenang untuk sepupunya yang menangis histeris. Kemudian membawa tubuh mungil itu duduk. Tangannya masih menggenggam jemari felix yang masih bergetar. Tak lama setelah itu, atensi mereka teralihkan saat dua orang berlari mendekat.

Suara tamparan kemudian mengisi ruang tunggu itu.

'' hyunjin. Apa-apan kamu?''

''kamu jahat, felix.'' Sosok yang diketahui bernama hyunjin itu, yang baru saja melayangkan tamparan apik dipipi felix menangis dengan amarah yang masih memuncak.

''hyunjin...aa-aku .. aku minta maaf.''

''kamu jahat,felix. Kenapa kak changbin harus bertemu orang sepertimu? Kenapa harus kamu?''

Jisung, sang adik, memeluk hyunjin erat. Matanya sayu, suasana kenapa jadi begitu pilu? Padahal sehari sebelumnya ia masih jelas sangat bahagia bersama kedua kakaknya.

'' kak changbin, ji. Dia akan baik-baik saja, kan? Aku belum siap kehilangan lagi jisung. Aku gak sanggup. Kak changbin jelas sekali bahagia malam itu. Dia bilang dia akan meluruskan semua masalahnya. Dia bilang dia akan menemukan bahagianya. Kenapa jadi seperti ini, ji?''

''ssst.. tenang,hyun. Tenang. Kak changbin orang yang kuat. Dia akan baik-baik saja. Percaya padaku, hyunjin.'' lagi, jisung mengeratkan pelukannya. ''Kita tak akan kehilangan untuk kesekian kalinya, tidak lagi.''lanjutnya lirih tanpa terdengar oleh hyunjin. Sungguh jisungpun sakit. Ia pun ingin menangis saat itu juga.

Bagaimana dengan felix? Dirinya terduduk lemah dikursi tunggu. Tatapannya kosong. Hyunjin benar. Ini semua salahnya. Andai saja ia memberi changbin kesempatan untuk menjelaskan semuanya. Andai saja ia tak membiarkan changbin kehujanan diluar rumahnya. Andai saja ia tak mengucapkan kata ''pergi'' untuk changbin. Felix benar-benar menyesali perlakuannya.

***

''kak bin, mau kemana?'' atensi hyunjin yang tengah menikmati popcorn didepan layar kaca teralihkan ketika melihat sang kakak menuruni anak tangga. Ia lihat kakak tersayangnya itu sudah berpakaian rapih dan tampak sekali terburu-buru. matanya berbinar jelas sekali bahwa kakaknya itu tengah berbahagia.

''felix pulang,hyun. Aku akan menemuinya. Akan kujelaskan semuanya. Aku tidak mau dia pergi lagi. Dia bilang dia akan memberiku kesempatan untuk menjelaskan kesalahpahaman ini.'' Tanpa menunggu balasan dari sang adik changbin pergi tergesa-gesa.

''kak... kak bin, ponsel kakak tertinggal.'' Suara jisung menginterupsi.

''aah.. terimakasih,ji. Aku pergi dulu.''

Kedua adiknya menggeleng. Sudah bisa mereka pahami bahwa apapun yang berhubungan dengan felix maka changbin akan lupa segalanya. Felix adalah dunianya. Sungguh kakaknya itu benar-benar mencintai felix.

''abang siapa sih ji itu?heran deh aku.''

''abang aku juga abang kamu hyun.''

''ji,apa menurutmu felix akan bisa menerima penjelasan kak changbin?''

''kuharap bisa. Kak changbin sangat mencintainya,hyun. Begitu juga dengan felix. Seharusnya ia mendengar alasan kak changbin.'' hyunjin menghela nafas kasar. Meletakkan popcornnya dan mematikan layar tv nya. Ia menghempaskan tubuhnya disofa sambil memejamkan matanya.

'' hiisshh.. rumit sekali hubungan mereka. Mereka yang menjalin hubungan tapi malah aku yang lelah.''

'' lalu bagaimana denganmu,hyunjin?''

''aku? Aku kenapa?''

''jangan berpura-pura hyunjin. Aku tau kau masih belum bisa merelakannya. Cobalah membuka hati hyunjin. Ia tak akan suka jika kamu terus menutup diri.'' Hyunjin kembali mendudukkan tubuhnya. Ia tatap jisung lekat. Yang ditatap masih santai memainkan ponselnya.

'' aku belum bisa,ji. Sekuat apapun aku berusaha bayangannya masih terus memenuhi fikiranku. Bagaimana aku bisa menerima orang lain jika dia masih menetap dihatiku?''

'' maafkan aku,hyun. Aku tak bermaksud...''

'' tak apa. Tak perlu khawatirkan aku jisung. Aku baik-baik saja. Percayalah.'' Jisung tersenyum miris. Ia tau bahwa hyunjin tidak baik-baik saja. Ia tau hyunjin masih sering menangisi kakaknya dimalam hari. Jisung mengerti bagaimana sakitnya kehilangan.

Pukul 08.30 malam, jam tangannya dilirik berkali-kali. Sudah lewat 30 menit dari janji yang ditentukan tapi sosok yang ditunggu tak kunjung datang. Apakah dia tidak akan datang? Ataukah dia benar-benar tak ingin mendengar penjelasannya dulu? Bagaimana jika ia benar-benar tak ingin lagi bertemu? Pikiran changbin jauh entah kemana. Sudah dua gelas kopi ia habiskan dan kini menyisakan setengahnya lagi. Benar, ia tak datang. Changbin menyerah. Tepat saat ia beranjak ingin meninggalkan tempat itu, sosok yang ditunggunya sudah berdiri dihadapannya.

''Felix.'' Yang dipanggil hanya acuh. Kemudian membawa tubuhnya duduk dikursi yang disediakan.

''Kufikir kau tak akan datang,felix. Terimakasih sudah datang. Ada banyak hal yang ingin ku jelaskan.'' Maniknya berbinar. Ia bahagia. Sangat bahagia. Setelah lebih dari dua bulan felix pergi akhirnya ia bisa menatap orang yang ia sayangi.

''Aku tak akan banyak bicara, changbin. Aku datang bukan untuk mendengar penjelasanmu. '' ia menyodorkan selembar kertas bertuliskan namanya. Tapi bukan nama changbin disebelahnya melainkan nama orang lain. Changbin benar-benar terkejut. Ada apa ini?

'' Dua minggu lagi. Kuharap kau datang changbin.''

''A-apa ini? Felix? Menikah? Kamu bercanda? Setelah menghilang lebih dari dua bulan kenapa tiba-tiba...''

'' Tidak ada yang tiba-tiba, Changbin.'' Belum selesai Changbin bicara. Felix memotong perkataannya. ''keputusanku sudah final. Aku mencintainya. Dia juga mencintaiku. Tak perlu lagi ada yang diperbincangkan.'' Felix pergi meniggalkan changbin yang masih terdiam. Ia benar-benar tak mengerti. Felix bilang mau mendengarkan penjelasannya. Kenapa malah memberinya undangan pernikahan?

'' t-tunggu. Felix tunggu. Setidaknya dengarkan penjelasanku. Kamu ingin pergi tanpa mendengar penjelasanku? Kumohon felix. Beri aku kesempatan meluruskan kesalahpahaman.'' Changbin menggenggam lengan Felix erat.

''lepas, Changbin. tak perlu menjelaskan. Pergi. Jangan lagi mencampuri kehidupanku. Pergi.'' Felix menepis lengan Changbin kuat kemudian meninggalkannya seorang diri.

***

Haiii... chapter pertama selesai. Pasti bingung ya gak ada angin gak ada hujan tiba-tiba masuk konflik. Mohon kritik saran dan koreksinya ya temen-temen. Bantu vote dan coment juga. Maaf kalo banyak typo bertebaran. Ikutin terus untuk chapter selanjutnya ya. Biar tau duduk permasalahannya dimana. Hehe.. alurnya bakalan maju mundur jadi pastikan kalian ikutin setiap chapternya. Sekian, kembali kasih..

Ttd

Kimmi

01 November 2023

LOST MEMORIES (Changbin) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang