.
******
.
hembusan napas kasar dari lelaki dengan freckless dipipi lolos untuk kesekian kalinya. ia tengah duduk dibangku taman memandangi jendela sebuah bangunan didepannya. ia sejajarkan kakinya kedepan menangkup wajahnya dengan telapak tangannya yang mungil. lelaki itu - felix, sudah berjam-jam menunggu di luar dengan udara dingin sebagai temannya. setelah aksi kemarahan hyunjin tadi ia tak diperbolehkan untuk sekedar melihat wajah dari seseorang yang pernah menjadi bagian dari bahagianya.
''felix..'' seseorang berkulit putih pucat mengalihkan perhatian felix dari jendela. lalu kemudian berjalan mendekat dengan dua cangkir kopi ditangannya.
''bagaimana dia? apa dia baik baik saja?'' pertanyaan konyol memang. bagaimana bisa seseorang yang baru saja mengalami kecelakaan dan terhempas sejauh 2 meter bisa baik baik saja?
'' operasi berjalan lancar, lix. tapi changbin masih belum sadar.'' jawaban chris tentu sedikit membuat resahnya mereda. ''kamu pulang dulu ya. udara disini dingin. aku akan coba membujuk hyunjin nanti supaya memperbolehkanmu menjenguk changbin.'' felix tampak berfikir. sungguh ia masih ingin disini menunggu changbin sadar. belum sempat ia memberi jawaban chan sudah lebih dulu menggenggam tangannya menyuruhnya untuk segera pulang. raut wajah chan yang memang sudah pucat itu kini menjadi semakin pucat. ia sangat lelah, selama ini memang chan lah yang selalu menjadi penengah bagi hubungan felix dan changbin. berstatus sebagai sepupu felix, chan tak ingin felix menderita sebab saat ini hanya chan lah yang felix miliki setelah kehilangan kedua orangtuanya dalam sebuah kecelakaan.
dua lelaki tengah berada diruangan yang sama dengan aroma khas obat-obatan yang menusuk penciuman. hyunjin masih memandang wajah sang kakak yang terbaring lemah di depannya. airmatanya ia tahan dipelupuk dengan harapan agar yang lebih tua tak sedih jika bangun nanti.
'' kak bin, betah banget sih tidurnya. bangun dong. kakak ga kasian apa sama aku. aku kesepian tau. kakak kapan bangun? aku kangen. apa yang sebenernya terjadi malam itu kak? kenapa kakak bisa kayak gini? aku... a-aku.. aku takut kehilangan kakak.'' tak sanggup lagi hyunjin tahan airmatanya jatuh begitu saja. sedang di sudut lain tanpa sepengetahuan hyunjin seorang menatapnya iba. menatap hyunjin dan changbin secara bergantian. hatinya ikut teriris melihat hyunjin menangis seperti itu. ingin memeluk hyunjin namun ia terlalu kalah dengan keegoisan dan rasa bersalahnya. kemudian memutuskan untuk meninggalkan tempat persembunyiannya.
*****
jisung berjalan cepat menyusuri lorong rumah sakit. beberapa menit yang lalu ia mendapat kabar bahwa hyunjin sempat pingsan sesaat setelah keluar dari ruangan sang kakak. sejak kecelakaan yang changbin alami lantas membuat jadwal makan dan tidur hyunjin menjadi tak beraturan. hal itu tentu membuatnya kelelahan dan berakhir kehilangan kesadarannya.
'' maaf, hei... tunggu sebentar..'' jisung menghentikan langkahnya saat seseorang meraih tangannya dan menyodorkan selembar foto padanya.
'' barangmu terjatuh.'' lanjutnya lagi. kemudian berlalu pergi meninggalkan jisung dengan tatapan yang sulit diartikan. jisung pikir lelaki itu sepertinya sudah cukup lama dirumah sakit ini sebab dengan santainya berkeliaran dan bercanda dengan para perawat padahal masih mengenakan pakaian rumah sakit dan infus yang masih terpasang pada tangannya.
jisung tatap lembaran foto miliknya yang sempat terjatuh tadi. lalu menatap kembali si lelaki berambut hitam itu kemudian menyimpannya dan beranjak meninggalkan tempat itu. hampir saja lupa penyebab dirinya terburu buru sebab ingin melihat keadaan sang kakak -hyunjin.
KAMU SEDANG MEMBACA
LOST MEMORIES (Changbin)
FanfictionSebuah penyesalan selalu datang diakhir cerita. jika saja manusia bisa menebak apa yang akan terjadi dimasa depan maka ia akan berhati-hati dalam bertindak dan berkata-kata. Siapa yang bisa menebak alur sebuah asmara? Bukankah kita hanyalah tokoh d...