Miles From Normal - Jihan

Chapter 9 - the sun has set...🔞

NC-17/mature for violence.

Seungcheol hanya ingin posisinya dalam Klan Hong diakui dan diberi kemudahan hidup sebagaimana mestinya.

Sebagai anak pertama dari Hong Daehyun, ia merasa dirinya lebih berhak ditunjuk sebagai penerus Klan Hong, setelah Daehyun. Ia seolah mengabaikan fakta bahwa dirinya adalah anak di luar ikatan pernikahan atau bahwa orang tuanya tidak pernah menjadi mate. Ketika usianya 17 tahun, ia pernah meminta 'haknya' itu pada kakeknya -- kakek Jisoo juga -- tapi ditolak mentah-mentah. Ia diusir bak binatang liar dan diancam agar tetap merahasiakan identitasnya.

Ia pikir ia akan menunggu hingga kakeknya tutup usia untuk kemudian menuntut haknya lagi. Sialnya, bahkan setelah pria tua itu meninggal dan Daehyun menggantikannya sebagai ketua Black Dragon, kesempatan itu tak pernah menghampirinya. Keberadaannya tetap tidak diakui. Ia tidak percaya jika orang dengan banyak koneksi dan sumber daya seperti Daehyun tidak bisa mencari tahu tentang dirinya, darah dagingnya sendiri.

Mendatangi Daehyun langsung juga sangat berisiko; bayangkan jika ada pria asing yang tiba-tiba mengaku sebagai putranya, di hadapan Daehyun dan para pengawalnya. Itu hanya akan mempersingkat masa hidupnya. Dari situlah bibit-bibit kebencian tumbuh makin kuat dalam hati Seungcheol. Alpha itu merasa sangat sakit hati dan tidak terima, apalagi ibunya juga meninggal dalam keadaan tidak bahagia dan serba kekurangan.

Ia membuat rencana besarnya, yang diawali dengan memanfaatkan Jeonghan untuk bisa mendapat informasi tentang pergerakan Jisoo. Setelah setahun penuh mengobservasi Black Dragon dan Klan Hong, ia menyimpulkan sesuatu yang sangat penting. Ia akhirnya tahu titik lemah Jisoo adalah Jeonghan, omega dan teman masa kecil yang dicintainya. Ia bisa menyerang dan membunuh Jisoo di waktu yang tepat dengan memancingnya menggunakan Jeonghan.

Ia menyewa dua orang untuk berpura-pura menjadi sepupunya agar Jisoo salah paham dan memperburuk hubungannya dengan Jeonghan. Rencananya terbukti berhasil dengan merenggangnya hubungan di antara mereka. Lebih baik lagi, ia juga berhasil membuat Jeonghan benar-benar jatuh hati padanya. Harus ia akui, Jeonghan sempat membuatnya goyah. Ia hampir merasa iba pada sang omega yang terlihat tulus memiliki perasaan padanya. But the show must go on.

Sudah begitu banyak tenaga dan pikiran yang dicurahkannya untuk rencana ini, perasaan Jeonghan menjadi tidak berarti lagi.

**********

Jisoo telah tiba di alamat yang diberitahukan oleh Seungcheol.

Rumah di hadapannya terlihat agak menyedihkan serta jauh dari pemukiman lainnya. Bisa dibilang, bangunan itu lebih mirip bekas gudang. Dari luar saja tampak mencurigakan, ia tak habis pikir mengapa Jeonghan mau saja diajak ke sana. Jeonghan mungkin sudah dibutakan dengan rasa percayanya pada Seungcheol, dan bedebah itu malah memanfaatkannya. Jisoo mengepalkan kedua tangannya erat hingga jemarinya memutih -- ia berusaha meredam amarahnya agar tidak bertindak gegabah.

Ia mengobservasi sekitarnya dan tidak melihat sniper atau semacamnya. Kemungkinan besar... Seungcheol menunggu di dalam bersama teman-temannya. Dengan asumsi tersebut, ia menarik dan menghembuskan napas panjang, sambil otaknya berputar mencari akal. Tujuannya hanya satu; menyelamatkan Jeonghan. Dan jika bisa, mengeliminasi ancaman di masa depan -- dengan kata lain, membunuh Seungcheol. Ponselnya kembali bergetar, ia lalu mengangkat panggilan itu.

Rupanya Seungcheol sudah mengetahui kedatangannya dari kamera CCTV tersembunyi, dan pria itu ingin Jisoo tahu bahwa dia mengawasi Jisoo dari dalam. Minghao menyiapkan senjata favoritnya, M24 rifle, ketika Jisoo diminta untuk masuk ke dalam bangunan itu seorang diri. Tentu saja ia dan Wonwoo melarang bosnya itu, kemudian memintanya kembali ke mobil. Sudah jelas itu adalah sebuah jebakan, sama saja dengan menyerahkan diri untuk mati.