― Aku dan Kamu

3.8K 334 240
                                    

di balik "aku kangen mama" part 13 ada apa?

cw// kinda 18+ (but not really)

***

Hega marah, tapi ngga tau kenapa dia harus marah dan kepada siapa emosi itu tertuju. Di tengah-tengah pikirannya sendiri udah sesak oleh banyak hal yang butuh diacuhkan, kini malah bertambah satu lagi yang ngga kalah penting. Cerita Jaffan tentang mendiang ibunya bikin Hega khawatir sama Radi, padahal tadi siang rasanya dia ikut seneng banget sahabatnya dapat karunia dari Tuhan. Namun, di sisi lain dia juga ngga bisa abai sama kalimat yang sempat dikatakan sang pacar awal tadi; “Mama meninggal karena aku.”

Maksudnya apa? Tiga belas tahun yang udah lewat ini, Jaffan mikir kayak gitu tentang dirinya sendiri?

“Kayaknya aku balik ke kamar aja, sempit juga ternyata, hehe.” Lengan sang leo undur dari pelukan sepihaknya — karena Hega belum keluar dari agenda merenung dan otomatis ngga sempat membalas. Dia baru sadar waktu Jaffan udah hampir duduk, lantas biji matanya amati sang pacar yang kayak buru-buru mau pergi. “Tadi ngotot mau di sini, sekarang berubah pikiran?” Tegur Hega, tapi cuma disambut cengiran sama Jaffan. Alhasil karena si gemini sejujurnya ngga begitu punya sabar, dia geleng kepala kilas dan tarik pergelangan tangan pacarnya biar balik lagi.

Duk!

Jaffan terlalu kaget, dia ngga siap, terus malah jadi kepentok dinding tepat di belakangnya karena posisi kasur Hega memang mepet tembok. “Ah--” Normal kalau refleks tangan bakal naik mengusap bagian yang kena benturan, tapi kali ini ada telapak lain yang lebih dulu melingkupi belakang kepalanya.

“Maaf ... sakit ngga?” Tangan itu milik pacarnya, sekarang agak khawatir kalau didengar dari caranya nanya. Gimana engga, tadi suara benturannya lumayan keras.

Jaffan lekat amati wajah Hega di hadapannya, dekat banget jarak antara mereka sekarang. Si cowok gemini masih sibuk mengusap belakang kepalanya, dan setelah itu baru pindah sentuh pipi serta rahangnya. “Jaf, jawab ... kamu diem aja ngga pusing, ’kan?” Sang leo terpaku menatap sepasang mata cokelat yang memancarkan aura hangat, lidahnya ngga ketemu kata, jadi dia cuma geleng aja untuk bilang kalau dia ngga apa-apa.

Sebuah helaan napas lega diembuskan oleh sang pacar, detik berikutnya wajah Jaffan terbenam dalam pelukan yang Hega beri.

“Tidur aja di sini, kamu ngga ganggu, kok.” Meski suaranya terkesan tenang, jantung si gemini berdetak keras waktu bilang begitu, dan Jaffan tau karena Hega tuntun dia untuk menelusup ke dadanya. Bunyi degupan dengan ritme yang teratur bertambah bisa didengar sama Jaffan, mengundang senyum terbit di bibir dan perasaan hangat menyelimuti relung hati. Lengannya naik membalas peluk, lumayan erat sampai-sampai Hega agak ngeluh, “Jaf, aku ngga pergi ke mana-mana, ngapain segitunya?”

Gelak tawa menyusul kemudian. Jaffan malu, sih, tapi mikir ulang ngapain malu, toh wajar kalau sama pacar saking sayangnya suka ngga sadar takut ditinggal. Dia benerin posisi peluknya, masih jadi little spoon yang ndusel sama Hega, tapi peluk balasannya lebih longgar sedikit.

“Sayang,” panggilnya, terus direspon hm sama Hega. Jaffan ngga langsung ngomong, melainkan ulang panggilan sekali lagi, “Sayang.”

“Apa?” Jawabannya berubah, cuma masih belum sesuai harapan.

“Sayang.” Di titik ini mestinya Hega sadar kalau si Adek keterusan masuk mode manja. Maka dia hela napas satu kali agak pelan biar ngga kedengeran, terus jawab, “Kenapa, Sayang?” Suara tawa kecil Jaffan mengalun setelah itu, bikin Hega ngga habis pikir sama kelakuan sang pacar.

[2] Best[L]ie | ft. NaHyuck (✓)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang