chapter 1

165 13 0
                                    

"bang gue nebeng ya, sepeda gue bocor semalam." pinta seorang remaja berusia 16 tahun yang baru saja duduk akan sarapan pagi.

"Gak!!" Jawab lelaki yang memakai seragam SMA internasional gates scool atau sering di kenal dengan IGS dengan dingin tanpa menoleh.

"Ye elah, kan jalannya searah masak nebeng aja gak boleh." protes remaja yang tadi bernama Ravin bill austin.

"Bacot!" Sergah pemuda yang itu langsung berdiri dari tempat duduknya meninggalkan meja makan. Semua anggota memandang jengah interaksi kedua remaja itu.

"Pagi-pagi bikin mood gue ilang. Berangkat dulu mom, dad." Pamit Elvaro william abimana sambil menenteng tas dibahu kirinya.

Ravin yang merasa pelaku kericuhan terdiam sambil santai menikmati roti yang belum selesai ia habiskan.

"Vin, segera habiskan sarapanmu nanti diantar pak Jo ke sekolah," ucap momy Ardila wiliam pratiwi ibu 3 anak yang semuanya lelaki.

"Gak deh mom, nanti Ravin naik bis aja." jawabnya, membuat momy dan dadynya menggeleng kepala.

"Terserah kamu saja Vin, yang penting momy sudah berbaik hati menawarkan bantuan," ucap Dady Julian abimana wiliam.

Ravin tersenyum kecut, sekedar menebang aja abangnya sangat tidak suka meskipun itu searah apalagi mengajaknya main game bareng itu mustahil. Tapi wajar sih karena Ravin disini hanya sebagai anak yang beruntung bisa dirawat keluarga William.

Disekolah.

Ravin hampir saja terlambat karena dia harus menunggu bis yang melewati sekolahnya, sekolah Ravin dengan Alvaro memang berbeda tapi masih satu arah. Kalau Alvaro bersekolah di sekolah elit sedangkan Ravin bersekolah di sekolah ya yang biasa.

Di pintu gerbang Ravin bertemu sahabatnya Galang. Dia memakirkan motornya lalu menghampiri Ravin yang sudah berjalan dulu.

"Vin woy!!" teriak Galang supaya Ravin memelankan langkah kakinya. Ravin menoleh dak berdecak kesal. Galang berlari ke arah Ravin yang sudah berhenti.

"Gue gak budeg ngapain si pake teriak segala, gue tuh bosen selalu diteriakin orang lo pikir gue haji bolot." kata Ravin.

"Sorry njir gue cuma kaget aja, sepeda lo mana?" tanya Galang teman sekelas Ravin.

"Bocor semalam," jawabnya singkat sambil berjalan ke arah kelas mereka.

Bell berbunyi Ravin dan Galang mempercepat langkahnya, diselangi dengan berlari supaya mereka berdua tidak terlambat masuk kelas.

Ravin duduk satu meja bersama Galang, dibelakangnya sudah ada penghuninya yang termasuk sahabat Ravin juga, mereka adalah Rendra dan juga Dafa.

"Sumpah demi apa lo, gue jedag-jedug lihat bangku lo berdua kosong. Gue kira lo pergi tanpa ajak gue." kata Dafa lebay, sedangkan Ravin dan Galang memutar bola matanya malas menghadapi sahabat yang satu ini.

"Lo kira Ravin bakalan kek lo apa, bolos ya kagaklah." Kata Rendra yang duduk disebelah Dafa.

Ravin terkenal pinter dan nakal disekolah tapi kalau untuk masalah bolos dia akan mempertimbangkannya dua kali. Kenakalan Ravin sekedar mengerjai gurunya atau kalau disuruh gurunya tidak akan diterimanya dengan baik.

Berantem salah satu hobynya, maklum anak remaja sedang aktif-aktifnya. Kenapa Ravin tidak suka membolos karena dia akan merasa takut kalau sampai ada surat panggilan untuk orang tuanya.

Selang beberapa menit guru datang dan mereka semua memulai pelajaran.

"Ravin, sini." titah bu guru Jani yang terkenal super kalem dan lembut idaman anak-anak seantero sekolah.

keluarga penggantiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang