chapter 13

125 8 0
                                    

"belum sadar bang?" tanya Leon pada sang kakak yang sedari tadi memperhatikan remaja yang sedang terlelap dalam tidurnya.

Zev menggelengkan kepala pelan, tangannya sibuk menggenggam tangan Ravin yang bebas infus.

"Sebenarnya baby kenapa bang?" tanya Zef, mendengar pertanyaan itu seketika raut wajahnya berubah.

"Dokter brengsek itu menyuntikan obat yang membuat Ravin jadi drop, dengan kata lain Ravin dijadikan objek untuk obat barunya." jelas Zev.

Leon yang mendengar itu pun terkejut, pantesan tadi wajahnya pucat padahal kemarin saat dia menjaganya sudah jauh lebih baik.

"Sepertinya dia mau main-main dengan kaluarga Gates bang." Seringai Leon mulai keluar.

"Eughhh"
Leguhan itu keluar dari mulut mungin sang Remaja yang sedang ditunggu-tunggu.

Dengan pelan Ravin membuka kedua matanya, menelisik ke arah samping ada dua orang laki-laki.

Satunya sedang duduk disamping ranjangnya sambil menggenggam tanganya erat, yang satunya sedang berdiri memandangi wajahnya.

"Apa yang kau rasakan baby?" tanya Zev mulai khawatir lagi.

"Udah baikan," ucapnya lirih.

"Makan dulu ya,"

"Enggak, RAVIN MAU PULANG." teriak Ravin, entah dapat kekuatan dari mana dia tiba-tiba bisa berteriak setelah mengamati  ruangan kalau dia berada di rumah sakit lagi.

"Hay apa yang kau katakan, kamu masih sakit baby." kata Zev menenangkan adik angkatnya.

"Bodo, yang penting gue mau pulang, gue mohon gue mau pulang hiks." Akhirnya tuh bocah nangis juga.

"Hey jangan menangis oke besok pagi kita pulang."
"Enggak besok-besok tapi mau sekarang." rengek Ravin membuat Zev tidak bisa menolak keinginan Ravin yang sedang menunjukan wajah manisnya.

"Besok ya dek." kali ini Leon turut menenangkan Ravin.

"Enggak hiks, mau pulang sekarang hiks," ucap Ravin dengan tangisannya.

"Ya udah kita pulang." Zev menghela nafasnya dan sekarang dia mengambil alat-alat dokter untuk memeriksanya.

Ravin tersenyum penuh kemenangan, meskipun dia tahu tubuhnya belum 100 persen pulih, setidaknya maaghnya udah membaik.




"Belum pulang juga?" tanya seorang lelaki paruh baya pada istrinya.

"Belum sayang, makin lama memang makin kurang ajar dia."

"El, apa kamu gak lihat Ravin kemana?" tanya Jordan saat anaknya Elvaro melintas di depannya.

"Terakhir El lihat dia itu 3 hari yang lalu dad, dia ada di pinggi jalan sambil meminta tolong untuk diantarkan pulang, tapi El tolak."

"Terus sekarang kamu gak tahu dia dimana sayang?" Tanya Ardila.

"Gak perduli mah, mau mati juga El gak perduli."

"Bukan begitu El, lusa dady ada pertemuan bisnis kalau ada Ravin papa bisa dengan mudah mengajak kolega papa bekerja sama, kamu tahu kan maksud dady "

"Ya terus gimana lagi, sekarang dia gak ada disini."

"Cari El masih ada waktu dua hari lagi." titah Jordan pada anaknya.

"Gak mom, El gak ada waktu ngurusi anak pungut itu." Kata El lalu berlalu pergi dari hadapan mereka.

"Mau kemana kamu El."
"MAIN MOM!" teriak El yang sudah berada di pintu utama.


Ravin dan Leon sudah ada di mobil bersama, Zev masih di rumah sakit karena ada jadwal operasi.

"Tidur aja nanti kalau sudah sampai abang bangunin." suruh Leon yang melihat Ravin menguap, wajahnya masih pucat tapi memang dasar Ravin itu batu.

Leon ingin membelai kepala Ravin tapi dengan cepat dia menghindar sehingga tangannya tidak jadi mengenai kepala Ravin.

"Jangan sentuh, "gue masih perjaka." gumam Ravin lirih.

Leon pun terkekeh, dia sesekali memandangi Ravin yang duduk di sampingnya. Sedangkan Ravin sendiri matanya fokus ke luar jendela.

'keluarga aneh.' batin Ravin tak berapa lama dia pun tertidur di dalam mobil.

######
Satu jam kemudian mobil mereka sudah sampai di depan masions Gates. Leon memakirkan mobilnya di garansi dia menatap wajah teduh Ravin yang masih tidur.

"Dek, bangun sudah sampai." Leon membangunkan Ravin, sebenarnya dia tidak ingin mengganggu waktu tidurnya tapi kalau tiba-tiba Leon menggendongnya dan membawanya masuk yang ada tuh anak marah-marah.

"Dek." Barulah panggilan kedua Ravin mulai terbangun menunjukan tanda-tanda kehidupan.

"Ini dimana?"

"Di masions abang."

"Kog kesini, pulang ke masion gue aja. Gue gak mau ngrepotin kalian."

"Mau turun atau abang gendong sekarang."

"Ck iya-iya."

Ravin dan Leon turun dari mobilnya, terlihat tubuh Ravin yang hampir oleng kesamping. Tapi saat dia dibantu Leon Ravin malah marah.

"Ah gue bisa sendiri," ucapnya, melepaskan genggaman tangan Leon yang ada di lengannya.

'Kog banyak sekali mobil ya, memang sebanyak itu ya mobil orang kaya' batin Ravin.

'ah perasaan dari tadi gue jalan kenapa gak sampai-sampai, mana kepala gue makin pusing. Pen nangis aja rasanya kalau gak pingsan, tapi jangan deh nanti dibawa lagi ke rumah sakit.' batin Ravin menggerutu.'

Selang beberapa menit tiba-tiba tubuh Ravin seperti melayang, ternyata ada seseorang yang sedang menggendongnya.

'ah siapa lagi orang ini, ngapain gendong gue gini sih. kalau aja gak sakit gue hajar ni orang.' kembali Ravin membatin.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jul 24 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

keluarga penggantiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang