-001-

24 7 0
                                    

Hujan deras mulai membasahi aspal kota yang sudah lama tak diguyur hujan. Sebagian orang meneduh di bawah atap ruko-ruko dan sebagian melanjutkan perjalannya menerjang hujan deras, entah urusan apa yang mengharuskannya.

Seperti Kalea yang saat ini sedang meneduh dibawah halte yang berada tepat di depan sekolahnya. Ia tak mengira jika hari ini akan turun hujan. Suasana SMA SASTRA WIJAYA sore itu sudah sepi. Kalea pulang lebih lama karena terlalu asik bergaul dengan buku di perpustakaan. Hingga tak sadar, waktu sudah hampir malam.

Supir yang biasa menjemputnya sedang pulang kampung, sehingga Kalea harus menaiki kendaraan umum seperti bus. Namun sudah hampir setengah jam, tak ada satupun kendaraan yang lewat. Memesan kendaraan online pun tak ada yang mau menerima, mungkin karena hujan, dan tujuannya yang lumayan jauh.

Satu nama terlintas di otak Kalea. Walau ia tau akhirnya akan sia-sia, namun apa salahnya mencoba?

Ia menelpon seseorang yang belakangan ini tak kunjung menampakkan diri di hadapannya. Kalea rindu, namun apa daya dirinya juga tengah disibukan dengan berbagai macam kegiatan di sekolah.

Dering pertama tak ada tanda-tanda akan dijawab, dering kedua pun sama. Hingga pada deringan ke-lima, suara yang beberapa hari ini ia rindukan pun terdengar.

"Halo, El?" Kalea bersuara sedikit kencang sebab suara hujan yang lumayan keras.

"Hm?" Deheman dari seberang sana.

"Can you pick me up?? disini hujan deras, gue pesen ojol gak ada yang nyangkut."

"Disini juga hujan. Lagipula gue sibuk. sorry,"

tutt... tutt.. tutt..

Kalea menghembuskan nafasnya kasar. Hari sudah mulai gelap, namun hujan tak ada tanda akan mereda. Mau tak mau ia harus menerjang hujan itu dengan mengandalkan dirinya sendiri. Meski ia tau resikonya, apa boleh buat?

Ia menyimpan handphonenya ke dalam tas yang sudah dibalut oleh jas hujan tas, kemudian berlari menyusuri jalan yang tergenang oleh air sembari menadangi kepalanya dengan tas.

Jarak dari sekolah ke rumahnya adalah 3KM, biasanya tak terasa jauh, namun sekarang rasanya seperti jauh sekali.

JDARRR!!

"AAA!!" Kalea terjatuh dari larinya sebab terkejut oleh suara petir yang begitu keras. Ia menangis. Dilihatnya langit semakin gelap, dan lampu-lampu di jalanan pun mulai menyala.

Hingga satu titik lampu kendaraan terlihat oleh netranya, dilihatnya kendaraan itu berjalan ke arahnya. Dan tepat. Mobil berwarna hitam itu berhenti di depan Kalea.

"Kale!"

o0o

"Jayden Alfarizi?"

"Hadir bu,"

"Kaelan Sharga Juanda?"

"Hadir,"

"Kalea Claudia Hiranya?"

Hening...

"Kalea Claudia Hiranya?" Ulang guru itu sekali lagi.

"Sakit, Bu!" Ujar sekretaris kelas yang mengurus absensi kelas tersebut.

"Sakit? Perasaan kemarin lagi semangat-semangatnya belajar di Perpustakaan." Ucap Bu Astrid yang sudah mengenal dekat Kalea.

"Kebanyakan belajar kali bu, jadi pusing." Canda seseorang yang kemudian disauti oleh seseorang lagi.

"Bukan. Dia sakit karena kemarin hujan-hujanan pulangnya. Katanya sih karena gak ada yang jemput." Ucap Aretha selaku teman sebangku Kalea.

"Bukannya rumahnya dekat sama Kaelan? Kael, kenapa gak bareng Kalea?" Tanya Bu Astrid kepada Kaelan.

"Ga tau, Bu." Jawab Kaelan yang kebalikan dari faktanya.

"Sok-sokan ga tau, padahal lo nya aja yang nolak buat anterin Kalea." Celetuk Jayden yang sudah hafal kelakuan temannya.

Sedangkan Bu Astrid hanya menggelengkan kepalanya. "Lain kali jangan seperti itu, El. Sesama teman itu harus saling membantu. Saya ngerti permasalahan kalian berdua, tapi laki-laki sejati tidak akan membiarkan seorang perempuan kesusahan. Ingat, ya, El?"

"Iya, Bu." Jawab Kaelan agar Bu Astrid tidak membahas lebih lanjut tentang perempuan yang dimaksud.

"Baik, lanjut. Marshell Danuarta?"

o0o

"Udah enakkan badannya?" Tanya Salina kepada sang buah hati.

"Udah, Bun." Jawab Kalea diiringi senyuman tipisnya.

"Temen kamu nunggu dibawah tuh," Ucap Salina lagi.

"Siapa? gak mungkin Kael kan?"

Salina menggeleng, "Yang kemarin nolongin kamu."

Walau merasa sedikit kecewa, sebab tak ada kekhawatiran dari laki-laki yang ia tunggu kabarnya. Namun meski begitu, Kalea tetap berterima kasih kepada orang yang kemarin menolongnya dan membawanya pulang kerumah.

Kalea pun keluar dari kamarnya dan melangkah menuju ruang tamu dimana orang tersebut berada.

"Hai, Al!"

-o0o-

Halloo!!!
Bagaimana chapter pertamanya??
Masih penasaran??
Masih mau lanjut??

Jangan lupa vote & komen di chapter ini dan jangan lupa follow juga biar gak ketinggalan ceritanya!!!

see you in the next chapter!!

Indah Pada MasanyaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang