"El! Gue balik, ya!"
Kaelan mendengar pekikan itu. Ia lantas menggeleng-gelengkan kepalanya. Dari dulu gadis itu tak pernah berubah. Selalu berteriak saat akan pulang maupun saat baru masuk ke dalam rumahnya.
Kaelan segera menyelesaikan kegiatannya, kemudian keluar dari kamarnya. Dilihatnya ruang tamu yang sudah tak berpenghuni.
Ia melihat ke arah luar, mendung. Sebentar lagi pasti akan turun hujan. Kaelan tak ingin mengulangi kesalahan kedua kalinya. Ia langsung berjalan menuju mobil yang sudah terparkir di depan rumahnya, dan membawanya keluar dari rumah tersebut.
tinn,, tin,,
Mang Jajang yang mendengar itu langsung segera bergegas membukakan pagar untuk sang majikan.
"Den,," Sapa Mang Jajang yang dibalas senyuman ramah dari Kaelan. Meski begitu, ia masih mengenal sopan santun.
Baru saja keluar, hujan deras langsung mengguyur mobil yang dikendarai oleh Kaelan. Ia berkendara pelan, matanya menelusuri di sepanjang jalan. Hingga akhirnya, netranya menemukan seorang gadis yang sedang berlari-lari kecil, membuat Kaelan reflek menarik kedua ujung bibirnya.
Tinn,, tin,,
Gadis itu langsung menoleh ke arahnya, kemudian tersenyum lebar, seolah tak menyangka jika dirinya ada disini untuk menghampiri dia.
Gadis itu berbalik arah, kemudian berlari untuk menuju mobil Kaelan masih lumayan jauh dari jangkauannya.
Mata Kaelan terbelalak ketika melihat sebuah sepeda motor yang baru saja muncul dari sebelah kiri pertigaan,
"AWAS!"
Brakkkk
Kaelan buru-buru membuat seat belt nya dan keluar dari mobil tanpa memikirkan pakaiannya yang basah akibat terkena hujan.
"Aduhhh," Ringis Kalea sembari memegangi kakinya yang terluka.
"Woy, Mbak! Kalo jalan liat-liat, dong! untung kaga ketabrak ama saya." Protes seseorang berjaket hijau yang kondisinya juga sama seperti Kalea.
Ya, Kalea tidak tertabrak, hanya keserempet sedikit, sebab sang pengendara sepeda motor berusaha menghindarinya, hingga akhirnya mereka berdua jatuh secara bersamaan.
Kaelan mendirikan motor sang pengendara tersebut, kemudian menolong pengemudinya, baru ia menolong Kalea yang sudah menekuk wajahnya, bahkan disaat kondisi seperti ini pun, Kaelan masih menomorduakan dirinya.
"Lo ngapain si? bahaya tau, gak?" Cecar Kaelan kepada Kalea yang tengah menundukkan kepalanya.
"Udah, Bang, kaga ngapa-ngapa, motor saya juga kaga ancur ini. Mbak nya laen kali ati-ati ya, kan kalo mbaknya kenapa-napa jadi urusan, kita." Ucap sang pengendara motor dengan logat Betawinya.
"Maaf, Pak." Jawab Kalea dengan purau.
"Yaudah, dah, ini customer saya nungguin. Ngomong-ngomong, mbak mas nya tau alamat ini kaga?"
"Oh, ini lurus aja, Pak, terus nanti ke kiri."
"Yaudah, makasih yak. Mas, jangan diomelin pacarnya, laen kali di kekep, Mas, biar ora ngayap." Godanya sambil tertawa renyah.
"Bukan pacar."
"Kita ga pacaran!"Kalea dan Kaelan saling berpandangan kemudian keduanya langsung membuang muka.
'Belum, maksudnya.' Lanjut Kalea dalam hati.
-o0o-
"Awshh!" Kalea merintih kesakitan saat akan turun dari mobil Kaelan.
Mereka berdua baru saja tiba di rumah Kalea setelah menyelesaikan drama keserempet motor yang memakan waktu hampir 20 menit.
"Aduhh, anak bunda kenapa??" Salina keluar dengan terpogoh-pogoh menghampiri kedua insan yang datang dengan kondisi basah kuyup. Apalagi melihat kaki sang anak terluka.
"Bundaa..." Kalea merengek bak anak kecik sembari memeluk Salina. Kaelan yang melihat itu reflek membuang muka. Salting? entah, hanya Kaelan dan Tuhan yang tau apa maksudnya.
Mata Salina bertemu dengan Kaelan yang masih diam, sebab tak tahu harus melakukan apa.
"Kok kalian basah kuyup begini, sih? masuk masuk, nanti masuk angin." Ucap Salina sembari mendorong keduanya untuk masuk ke dalam rumah.
"Sekarang kalian basuh badan dulu, Kaelan pakai kamar mandi yang ada di kamar Kalandra aja, bajunya juga nanti pinjam punyanya Kalandra." Ucap Salina sesampainya di dalam rumah. Kalea langsung menurut, sedangkan Kaelan masih diam.
"Kenapa Kael?" Tanya Salina.
"Kamar Kalandra dimana, Tan?"
Salina tampak menepuk jidatnya sambil tertawa ringan. "Tante lupa. Itu di samping kamarnya Kalea, yang pintu hitam. Masuk aja, Kalandra masih di Semarang, jadi kamarnya kosong."
Kaelan mengangguk kemudian kepalanya menunduk sedikit, "Permisi, Tan."
Salina hanya membalas dengan anggukan. Setelah Kaelan pergi, Salina langsung menggelengkan kepalanya.
"Anak itu masih aja kaku, persis kayak Sherina."
-o0o-
"Awshh! sakit, Bun!"
"Lagian, ada-ada aja. Untung cuma keserempet, kalo sampe kamu ketabrak, Bunda gak akan ngebiarin lagi kamu kemana-mana sendirian."
Saat ini Salina tengah mengobati kaki Kalea di ruang tamu. Kaelan sudah kembali ke rumahnya setelah selesai bilas. Yang membuat Kalea bete adalah, ia baru menyadari jika sejak awal kecelakaan tadi hingga sekarang, tidak adanya ekspresi khawatir yang muncul dari Kaelan. Laki-laki itu bahkan tidak menanyakan apakah Ia baik-baik saja, atau apakah lukanya parah atau tidak. Sialan memang.
Kalea membencinya, tapi secara bersamaan, Kalea juga mencintainya. Dan sialnya, rasa cintanya Kalea lebih besar daripada rasa bencinya kepada Kaelan.
"Kamu masih suka sama Kael, dek?" Kata Salina tiba-tiba.
Salina menyadari ekspresi anaknya sejak tadi datang kerumah bersama laki-laki yang sering diceritakannya dengan penuh semangat, kemudian sekarang melihat ekspresi wajah Kalea yang sedikit murung. Salina penasaran.
"Aku capek, Bun."
"Kalo capek, ya, istirahat dulu."
"Aku capek, tapi aku gak bisa berhenti."
"Kalau Kaelan nyuruh kamu berhenti?"
"Aku akan berhenti mengejarnya. Tapi bukan berarti aku berhenti mencintainya."
—o0o—
Deep yaaa
menurut kalian, apakah suatu saat nanti Kaelan akan meminta Kalea untuk berhenti??Jangan lupa vote & komen!
KAMU SEDANG MEMBACA
Indah Pada Masanya
Teen FictionBagi Kalea, Kael itu rumit. Begitu banyak puzzle yang harus ia susun untuk memahami lelaki itu. Kael yang selalu menutup diri, Kael yang tidak mempunyai banyak teman, dan Kael yang selalu menolak kehadiran Kalea dalam hidupnya. Jika dulu Kaelan men...