Hawa dan Humaira

21 1 0
                                    

Suara umi memasak terdengar berisik hingga ke kamar Hawa dan Humaira. Dua kakak adik yang nampaknya masih terlelap, lupa bahwa hari ini adalah hari Senin. Jadwal mereka untuk berpuasa Sunnah.

Derikan pintu terdengar perlahan dari kamar Ilyas. Kakak laki-laki paling pertama dikeluarga ini. Ia berjalan menuju kedapur dengan mengucek ngucek matanya. "Umi masak atau lagi demo. Nggak nyantai banget sih"

"Ah kamu, adik adik kamu. Kalo udah begadang susah bangun sendiri. Harus dibangunin terus. Masih jam tiga pagi udah bikin jengkel aja. Dengerin ya, apalagi kamu. Laki laki itu bakalan jadi imam" jawab umi ketus.

Ilyas hanya menghela nafas sembari berjalan menuju kamar adik adiknya yang ternyata dikunci. Dia mengetuk ngetuk pintu tersebut, jika saja ia memberitahu umi. Akan lebih banyak lagi omelan yang harus ia dengar.

Ilyas hampir hilang kesabaran, karena tak kunjung dibuka. Ia memutuskan menyuruh Abi saja yang membangunkan dua anak perempuan nya.

"Abi, abi, abi" kata ilyas sambil mengetuk pintu kamar abi. "Iya nak? Ada apa" jawab abi. "Itu bi, maaf bangunin adek-adek dong bi, Ilyas mau bangunin mereka kamar mereka dikunci, kalo Ilyas yang bangunin mereka gak akan dibuka, kalo abi yang bangunin mereka pasti bangun dan bukain pintunya." kata Ilyas. " Abi pun pergi menuju ke kamar dua anak gadisnya yang belum bangun.

Saat sampai didepan kamar mereka, ternyata Hawa dan Humaira sudah bangun dan bergegas keluar kamar. "Eh baru aja mau abi bangunin, tapi kalian udah pada bangun ternyata" kata abi. "Iya bi soalnya suara dari dapur berisik banget, terus Humai inget hari ini kita harus sahur buat puasa sunnah." jawab Humaira.

Akhirnya mereka pun pergi ke dapur dan menuju meja makan untuk sahur bersama. Setelah sahur, mereka bergegas mengambil wudhu dan siap-siap untuk melaksanakan sholat subuh berjamaah dirumah.

"Sana kamu dulu mandi" kata Hawa yang masih tiduran menggunakan mukena setelah shalat subuh.

"Yang ada juga kakak duluan baru adeknya. Gimana sih." Timpal humai

"Aku mah cepet mandinya. Kamu kan lama bisa umroh dulu" Hawa kembali menimpali.

"Mandi aja jadi perkara. Sana dua duanya mandi. Kamar mandi kan ada dua. " Umi mendengarkan obrolan dari anak gadisnya, karena pintu terbuka dan tidak dikunci.

"Humai humai. Disuruh mandi duluan aja lama, harus banget ya nunggu sampe kena semprot umi" Hawa membuka mukena nya dan mengambil handuk.

"Yaudah sih teteh. Ini Humai juga mau mandi"

Humaira pun selesai mandi dan sudah siap menggunakan seragam sekolah. "Teh hawaaaa, udah siap belomm? Ayo kita berangkat sekolah" ajak Humai kepada Hawa. "Iya ayo-ayo teteh udah siap" jawab Hawa.

Hawa dan Humaira biasanya berangkat berbarengan. Searah Abi menuju kantor, namun karena tadi abi harus lebih cepat berangkat. Maka Hawa dan Humaira disuruhnya naik angkutan umum saja

Sekolah Hawa dan Humaira satu yayasan yang berarti ada dalam satu bangunan yang sama. Maka tidak heran teman Hawa maupun teman Humaira tahu bahwa mereka kakak beradik

Sekolah berjalan seperti biasanya. Pelajaran pertama kedua hingga istirahat, keduanya sering terlihat seperti tidak saling mengenal dan sibuk dengan geng nya masing masing.

Hari sudah mau sore, tapi Ilyas masih diam dirumah, didepan laptop kesayangannya. Jarinya sibuk mengutak-atik tuts keyboard, matanya fokus sampai sampai umi memanggil tidak terdengar.

"Astaghfirullah Il. Kamu ini kenapa? Umi minta tolong daritadi."

Ilyas yang mengerjap, sadar akan kehadiran umi dibelakang nya langsung menoleh. "Kenapa mi?"

"Kamu bilang kenapa aa? Ini udah jam berapa? Kamu emangnya ngga akan jemput adik adik kamu?"

Ilyas menepuk jidat nya dan ikut ikut mengucap. "Astaghfirullah...Ilyas lupa mi"

Sesaat sebelum mengambil jaket, handphone umi berbunyi. Tak salah lagi, Hawa yang menelpon, anak itu memang tidak sabaran. "Apa Hawa? Umi udah nyuruh aa buat jemput kok"

"Ini Humai Umi, teh Hawa mah lagi jajan baso ikan"

"Ohh, kenapa may?"

"Kata teteh, a Ilyas ngga perlu jemput. Kita mau ke rumah temen teteh dulu"

Umi mengiyakan "kabarin aja, telpon umi lho!" Humai segera menjawab iya, lalu telepon ditutup.

"Il. Nggak perlu.." Umi baru saja hendak berbicara

"Udah tahu" Ilyas langsung menimpali

"Tahu apa?"

"Tahu Sumedang"

"Il, nanti umi beliin ya"

"Nggak mi. Becanda doang. Il ngga perlu jemput mereka sekarang kan, mereka mau kerumah temennya Hawa."

"Si Humai SMS kamu juga?" Umi penasaran

"Enggaklah umi. Orang umi tadi angkat telpon di loundspeaker. Ya jelas il denger"

"Jangan di biasain nguping lho il. Masih mending ini telepon umi sama humai. Kalo orang lain bisa marah"

Ilyas hanya mengangguk-ngangguk saja. Malas beragumen dengan umi.

Teteh & AdekTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang