21. HUKUMAN ✔️

78 6 0
                                    

Mansion

Plak!

Sebuah tamparan keras mendarat mulus dipipi kanan Rei. Seorang wanita paruh baya yang menjadi pelaku menatap dengan tajam. Jelas sekali dia sedang marah saat ini.

"Sudah saya bilang kamu harus berhati-hati!" Tukasnya dengan intonasi meninggi.

"Kita sudah menjaga rahasia ini selama bertahun-tahun lamanya. Tindakanmu itu, apa kau berniat menghancurkan semuanya!? Bagaimana bisa kau sangat ceroboh, Rei!" Nafasnya memburu saat dia selesai berteriak.

Sementara laki-laki itu masih diam sambil merasakan pipinya yang panas akibat tamparan ibunya. Dia tak mengerti kenapa ini harus dialaminya.

"Rasanya mama mau gila!" Ucap wanita itu kemudian membanting sebuah vas bunga ke lantai.

Beberapa maid yang mengintip keributan yang terjadi turut merasa sedih. Pasalnya ini menjadi yang kesekian kali Rei mendapat kekerasan dari orang tuanya.

"Cukup!" Rei membuka bicara, dia meneguk ludah menatap tajam sang ibu dengan kilatan amarahnya.

"Sampai kapan kita seperti ini? Sampai kapan aku harus tersiksa karena keegoisan kalian?" Dia menyambung sambil berusaha tuk berdiri.

"Tidakkah kalian paham bahwa setiap hari rasanya seperti neraka bagiku? APA KALIAN PERNAH PEDULI SEDIKITPUN?" Teriaknya frustasi.

"Sakit. Lebih sakit dari tamparan yang sering mama berikan. Terkadang Rei berpikir untuk mengakhiri hidup saja, tapi bodohnya itu nggak sanggup Rei lakukan." Buliran air mata mulai meluruh saat kata perkata keluar dari mulutnya.

"Banyak orang terobsesi dan mengidamkan keluarga kita. Mereka bilang bahwa kita adalah keluarga yang harmonis. Tapi nyatanya malah jauh dari kata tersebut. Semua yang Rei rasakan hanyalah keegoisan, keserakahan, dan kekerasan."

Sementara sang Ibu yang mendengar kalimat barusan memejamkan mata seraya mengepalkan tangan, merasakan emosinya yang terus mendidih.

"APA SEKOLAH MENGAJARKANMU UNTUK BERBICARA SAMPAH!?" Sentaknya langsung memberikan tamparan keras membuat putranya tersungkur kebawah.

"Mama yang sampah!" Rei membalas seraya mengusap pipinya yang terasa nyeri.

"Dasar anak nakal!" Wanita itu kemudian menoleh, menatap asisten pribadinya. "Siapkan ruangan itu sekarang juga!" Titahnya.

"Baik, Nyonya." Jawab sesosok laki-laki berjas hitam dengan tubuh jangkung.

"Pada akhirnya tetap menggunakan cara itu?" Rei melirih tersenyum miris.

"Kamu yang memaksa mama untuk mengambil tindakan ini." Ucap wanita itu meredakan gejolak emosi yang dirasakannya.

"Menurut mama, apa arti seorang anak?"

"Tutup mulutmu dan berhenti bertanya!"

Rei langsung tertawa garing. "Apa itu
maksudnya mama tak pernah menganggapku sebagai anak?" Dia tersenyum miris. Terasa lebih masuk akal mengingat perlakuan yang diterimanya selama ini.

Sang ibu berdecak dan mengabaikannya. Dia menatap sekeliling dan menginterupsi para maid untuk mendekat. "Bantu dia bersiap-siap." Ucapnya yang langsung mendapat anggukan.

Sementara Rei mendesis kesal saat para maid itu mulai memegangi tangannya dan memaksanya pergi. "Jika ucapanku benar, LALU KENAPA AKU DILAHIRKAN?!" Teriaknya menatap sang ibu dari kejauhan.

"REI MENYESAL HADIR DALAM KELUARGA INI!"

"KALIAN SEMUA JAHAT! DASAR IBLIS!"
______

SMA Caveesh

OBSESSION: Under the Control of the Inferno ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang