25. UPAYA YANG SIA-SIA ✔️

64 7 0
                                    


Cittt

Scarlet menghentikan kendaraannya dan segera turun. Dia kemudian berjalan cepat menaiki gedung kosong yang memiliki 15 lantai itu. Begitu sampai di area rooftop, nyatanya tak ada siapapun. Dia mengumpat karena kalah cepat. Orang itu pasti sedang melarikan diri sekarang.

Drap

Drap

Drap

Kakinya kembali berlari turun dengan mata yang siaga menatap sekitar. Saat dia sampai dilantai dasar, Scarlet mendengar sesuatu dari balik dinding. Dia langsung mengeceknya. Gadis itu lalu berjongkok, menatap jejak kaki dengan seksama.

Ukurannya cukup besar.

Mirip sepatu laki-laki.

Dia kemudian berdiri menatap kakinya, membandingkan ukuran sepatu yang dia kenakan. Kira-kira hanya setengah dari jejak kaki tersebut. Bisa ia asumsikan bahwa orang ini memiliki postur tubuh yang kekar.

Scarlet meneguk ludah, antara takut dan tertantang, yang mana malah memunculkan sunggingan senyum disudut bibirnya. Dia lantas mengikuti arah kemana jejak kaki itu pergi.

Krsskkk

Suara barusan menggerakkan atensi Scarlet menatap area menuju gunung yang berada tepat disisi kanan tubuhnya. Disana, dia melihat sekelebat bayangan yang berlari masuk ke dalam hutan. Decihan keluar dari mulutnya sebelum akhirnya Scarlet berlari menyusul.

Lantaran jalur yang dilalui berupa tanjakan,  itu membuatnya kesulitan. Tapi dengan memanfaatkan pohon dan bebatuan sebagai pegangan, gadis itu berhasil melewatinya. Hanya saja, rintangan tak berhenti disitu saja.

Sekarang, terlihat cuaca perlahan meredup. Awan menggelap dengan hembusan angin yang lumayan kencang. Beberapa kilat mulai menyambar disusul oleh hujan yang turun membasahi bumi.

Scarlet mengumpat kesal. Jika kondisinya begini dia jadi kesulitan melihat. Ia merasa alam pun tak berpihak padanya saat ini. Dia kemudian menundukkan kepala menatap tubuhnya yang sudah basah.

"Mau bagaimana lagi?" Gumamnya lalu mengangkat kepala dan meyakinkan diri bahwa dia bisa melewati ini. Detik itu juga, Scarlet langsung mengambil langkah dan melanjutkan larinya. Beberapa kali dia terpeleset karena akses jalan yang licin dan bergelombang.

Hingga jalur tersebut membawanya kembali pada sebuah tanjakan. Tak ada akses lain untuk menuju keatas selain jalan ini. Scarlet mengerang frustasi dan terpaksa memanjat untuk yang kedua kali.

Bruk

"Sial!" Dia mengumpat kesal usai terjatuh sebab batu yang dipegangnya terlalu licin. Selain basah oleh air hujan, sekarang tubuhnya kotor dengan tanah.

"Dia membuatku kesulitan. Awas saja, akan kupersulit juga untuknya menuju kematian!" Gerutunya sambil menegakkan diri. Gadis itu kemudian berlanjut melakukan percobaan lagi, dia merangkak, melawan rintangan yang ada.

Setelah bergelut kurang lebih 10 menit, dia akhirnya berhasil. Begitu sampai diatas dia langsung mengambil nafas banyak-banyak sambil berjalan lunglai. Tak dipungkiri, usaha barusan cukup menguras tenaga apalagi ditengah cuaca yang buruk seperti ini.

"Kau pengecut ya!? Selalu bersembunyi seperti kucing yang ketakutan!" Dia berteriak. Saking kerasnya, suaranya terdengar jelas diderasnya hujan. Gadis itu meneguk ludah seraya meneliti sekitar. Berharap sang anonym terpancing oleh kalimatnya.

Tapi tentu saja hasilnya nihil. Alih-alih menunjukkan diri, Scarlet malah tak merasakan pergerakan dari orang itu. Dia berdecak dan memutuskan untuk kembali berlari. Niatnya memprovokasi berujung gagal.

OBSESSION: Under the Control of the Inferno ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang