31. ANCAMAN SANG ANONYM ✔️

51 7 0
                                    


Hutan di sisi Barat

Scarlet berjalan dengan nafas terengah-engah. Peluh membasahi dahinya merasa lelah usai berjalan tak tentu arah dihutan ini. Dia menyeret langkah sambil berpegang pada pepohonan disana.

Haruskah aku meminta bantuan pada L?

Ck, itu terlalu konyol.

Dia pasti akan menertawkanku jika tahu aku tersesat.

Sial!

Scarlet menghela nafas, dia menunduk menatap pakaiannya yang begitu kotor. Apalagi bau anyir dari darah yang menempel amat menusuk hidungnya. Dia berdecak, rasanya ingin sekali pulang dan membersihkan diri. Namun sesaat dia baru teringat sesuatu.

Ah iya, Kaiser.

Apa dia masih dirumah sakit sekarang?

Kuharap dia tak melewatkan makan malam.

Gadis itu berpikir sambil terus berjalan. Beberapa detik kemudian dia mendengar suara derap langkah kaki yang kian mengeras. Dia kembali waspada menatap sekitar.

Siapa?

Mungkinkah anak buah anonym itu?

Tangannya bersiap mengeluarkan pisau yang ia simpan. Manik mata itu setia melirik tajam berusaha mencari arah datangnya musuh. Tak lama setelah itu, dari arah depan muncul sebuah bayangan dan disusul oleh bayangan lainnya.

Scarlet mengeluarkan senjata dan bersiap menyerang. Namun begitu tahu siapa yang datang, ekspresinya berubah datar bahkan terkesan bingung.

"Kaiser?" Dia bergumam lalu berlari menghampiri. Gadis itu sama sekali tak mengira akan bertemu dengannya ditempat ini.

Namun begitu Scarlet berdiri tepat didepan laki-laki itu, matanya melebar. Dia terdiam lama menatap kondisi Kaiser yang terbilang buruk. Pandangannya berubah khawatir. Jemarinya sampai bergetar saat meraba wajah laki-laki dihadapannya.

Sementara yang ditatap diam tanpa sepatah kata pun. Sama halnya seperti yang Scarlet lakukan, Kaiser meneliti gadis yang telah kotor dengan bercak darah. Lalu Rei yang berada disampingnya hanya bisa menyaksikan pertemuan tak terduga ini.

Selang beberapa saat dalam keheningan itu, atensi Scarlet teralihkan, menatap pundak Kaiser yang terus mengeluarkan darah. Dia melebarkan mulut tak percaya.

"Siapa yang melakukan ini?" Lirihnya.

"Mereka," laki-laki itu menundukkan pandangannya.

"Mereka siapa?" Scarlet bertanya dengan tangan yang mengepal kuat. Orang yang melihat pasti tahu jika dia sedang menahan emosi saat ini.

"Orang-orang suruhan Seraphin."

"Seraphin?" Scarlet memicingkan mata sambil menggerakan kepalanya menoleh menatap Rei yang telah lama ia abaikan. "Kau? Margamu Seraphin kan? Apa maksudnya ini?!" Intonasinya menajam.

Rei gelagapan, dia lantas menunjukkan gestur seolah meminta Scarlet untuk tenang. Dia tahu gadis dihadapannya ini mudah hilang kendali seperti Felix jika seseorang yang disayanginya terluka.

"Tunggu, aku akan jelaskan." Ucapnya dengan senyum kikuk. Lalu Rei dengan sigap mengatakan pada Scarlet tentang apa yang terjadi pada mereka dalam garis besarnya.

Scarlet mendengarkan dengan serius. Setelah Rei selesai bicara dia berdecak berhasil menangkap maksudnya. Gadis itu menggertakkan rahang menarik kembali pandangannya menatap Kaiser.

"Kemari, aku akan bantu mengobati lukamu." Dia menarik laki-laki itu untuk duduk dibawah pohon.

Kemudian Scarlet membantu Kaiser melepas bajunya demi melihat luka tembak itu lebih jelas. Ia memicingkan mata lalu mengambil pisau dan bersiap seperti dokter yang hendak mengoperasi seorang pasien. Kaiser dan Rei spontan melotot tajam menyaksikan.

OBSESSION: Under the Control of the Inferno ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang