1. Mau Ngejauh.

21 1 1
                                    

Malam semakin larut, Sean mati matian menahan rasa dingin di sekujur tubuhnya saat hujan terus menghujani nya dengan begitu deras. Hanya satu yang ada di pikiran nya, yakni saudara kembarnya yang katanya masuk ke rumah sakit karena masalah di hajar seseorang. Saat masuk ke dalam, semua pandangan tertuju ke arah Sean sehingga dia perlahan berjalan dan bertanya pada seorang suster berponi dimanakah letak ruangan saudaranya.

"Mas baik baik saja?." Tanya suster itu khawatir ketika dia melihat kondisi Sean yang kedinginan dan gemetar.

"Ya, dimana r-ruangan Sae?." Tanya Sean gemetar.

Usai menunjukkan ruangan Sae, buru buru Sean melangkah ke ruangan itu dan melihat Sae yang masih pingsan dengan perban yang menempel di wajah dan luka memar di lengan nya. Perlahan dia masuk dan meletakkan tas nya di sofa dan duduk di sebelah Sae.

"Sae, bangun. Ini gue, Sean." Ucap nya berharap agar Sae cepat sadar.

Tangan Sean masih gemetar menahan dingin, namun ada seseorang yang tiba tiba menyelimutinya dan mengoleskan minyak kayu putih ke leher Sean. Mata hazel Sean tertuju ke arah seseorang itu, dia tersenyum bak malaikat begitu manis dan menghangatkan suasana.

"Dokter, Septian?." Gumam nya kemudian bersin.

"Sean, kenapa kamu tidak menghubungi saya agar saya bisa jemput kamu? Kalo kamu hubungin saya, kamu tidak akan basah seperti ini." Jelas Dokter Septian.

"Gapapa dok, udah biasa kok main hujan hujan kayak gini, lumayan masa kecil terobati." Jawab Sean sambil tertawa.

Dokter Septian menghela nafasnya.

"Dimana papa kamu?." Tanya nya.

Sean berhenti tertawa, nafasnya tercekat seakan akan dia tidak tau harus menjawab apa pada pertanyaan Dokter nya itu.

"Ya dokter tau sendirilah papa kayak gimana, si paling sibuk dan ga pernah ada waktu buat anaknya." Tukas Sean.

Dokter Septian terdiam sejenak, kemudian duduk di sofa dan menatap kedua anak kembar itu.

"Andai saja kalian anak saya, saya pasti akan berikan kasih sayang pada kalian bahkan lebih dari cukup." Batin Dokter Septian.

Sean tidak berbicara apapun dan hanya diam dan masih menunggu kesadaran Sae. Tak lama, kedua mata Sean menutup dan tertidur dengan keadaan tangan nya masih menggenggam erat tangan Sae. Dokter Septian yang melihatnya pun prihatin, dia berdiri dan menghampiri Sean dan membangunkan nya.

Sean terbangun, dia menoleh.

"Sean, saya ada baju ganti di lemari, pakai saja." Ucap nya sambil memegang pundak Sean.

"Gausah dok, ntar seragam Sean juga bakal kering."

"Sean." Dokter Septian menatapnya penuh harapan.

Sean menarik nafasnya. "Ya dok." Jawab nya.

Sean bangkit dari kursi dan pergi menuju ruangan Dokter Septian untuk mengambil baju ganti sementara Dokter masih di ruangan Sae untuk mengawasi.

Saat Sean memakai baju ganti, dia melihat sebuah foto yang terpaku di dinding. Sean mengamati foto itu dan dia senyum nya sedikit muncul di bibir.

"Dokter Vivi." Gumam nya.

Wanita itu telah tutup usia saat usia nya baru menginjak 27 tahun tepat di hari ulang tahun pernikahan nya dengan Dokter Septian. Sean buru buru keluar dari ruangan dan kembali ke ruangan Sae.

"Dokter? Gimana Sae?." Tanya Sean saat sampai di ruangan Sae.

Dokter Septian tersenyum dan menoleh, tampak jika Sae sudah sadar namun ada yang salah. Tatapan Sae tampak begitu benci kepada Sean, karena tidak mau ikut campur dalam permasalahan keluarga, Dokter Septian memutuskan untuk keluar dan membiarkan kedua saudara ini bicara hanya berdua saja.

Between Us.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang