7. Baikan?

1.7K 63 1
                                    

INI PART 7

Sebelum baca mohon dilihat dulu ya part-nya soalnya cerita ini gak berurutan gais hehe, thank you 🙏🏻

----------------------------------------------------------
Setelah keluar dari kos, Daffa berjalan menuju angkringan. Dia hendak memesan secangkir kopi susu dan beberapa cemilan untuk meredam emosinya.

Jika saja dia tidak ingat sudah berjanji pada Dzikri untuk mengurangi minum-minuman beralkohol, maka dengan senang hati Daffa akan pergi ke club sekarang juga.

Minum sebanyak yang dia mau, bergerak liar mengikuti alunan musik, merokok sepuasnya, dan melakukan hal-hal menyenangkan lainnya sampai ia lupa dengan masalah yang baru saja terjadi.

Tapi mau bagaimana lagi, Daffa sudah berjanji dan dia tidak ingin mengingkari janjinya pada Dzikri. Meski mungkin dia sudah mengingkari salah satu janjinya.

Bukankah dia berjanji untuk selalu melindungi Dzikri, membuat Dzikri bahagia? Lalu apa yang baru saja dia lakukan? menyakiti Dzikri, membuat Dzikri bersedih bahkan mungkin menangis?

"Shit gue gak bisa lari dari masalah" umpat Daffa saat tiba-tiba kemungkinan-kemungkinan buruk berputar di kepalanya.

Daffa memutar arah, tidak jadi ke angkringan. Ia memutuskan untuk kembali ke kos dan menyelesaikan masalahnya dengan Dzikri.

Hubungan mereka masih sangat baru, masih jalan enam bulan, masih seumur jagung, namun perasaannya untuk Dzikri tidak main-main.

Hanya pada Dzikri, Daffa merasakan perasaan yang mendalam. Sebelumnya, jika dalam hubungannya ada masalah Daffa akan dengan mudah mengatakan putus, tapi dengan Dzikri berbeda.

Bersama Dzikri, justru Daffa yang paling banyak merasa takut; takut Dzikri bosan, takut Dzikri muak dengan sifat temperamennya, takut kalau sewaktu-waktu dia kehilangan Dzikri.

Lu takut kehilangan bini lu, tapi lu bilang ke dia kalau lu bisa aja ninggalin dia sewaktu-waktu. Lu sehat Daf? -author

Enggak, soalnya gue udah terlanjur gila karena Dzikri -Daffa

Iyain aja biar cepet!

"Dzikri"

"Dzikri, lu dimana?"

Daffa memanggil-manggil Dzikri saat ia sampai di depan pintu kos yang masih terbuka, persis seperti saat tadi ia tinggalkan.

"Dzikri" lagi, Daffa memanggil namun tidak ada jawaban yang ia dapatkan.

Dengan langkah yang terburu-buru, Daffa masuk ke dalam kos dan mendapati Dzikri yang sedang meringkuk di atas kasur.

Penampilan pemuda itu tampak berantakan. Bajunya kusut dan rambutnya tidak tertata dengan rapi, terlebih saat ini tangannya terlihat sedang menjambak rambutnya sendiri meski dalam keadaan tertidur.

Memang tadi Dzikri tertidur saat dia mencoba mengalihkan rasa sakit hatinya dengan menjabaki rambutnya brutal, jadi wajar jika saat tertidur pun tangannya masih setia disana.

Jantung Daffa tiba-tiba berdenyut sakit melihatnya. Ia seolah bisa turut merasakan apa yang Dzikri rasakan.

"Gue brengsek banget"

Perlahan Daffa menghampiri Dzikri, dia mengambil tangan kekasihnya tersebut dan mengelusnya, melepaskannya dari rambut. Kemudian Daffa beralih mengusap pipi Dzikri yang memerah. Apa Dzikri tadi juga menampar dirinya sendiri?

Jika iya tolong ingatkan Daffa untuk menampar dirinya juga setelah ini sebab Daffa benar-benar brengsek, membiarkan kekasihnya kesakitan sendirian.

"Dzikri, sayang hei bangun yuk" Dengan penuh kehati-hatian Daffa menepuk pipi Dzikri berharap agar pemuda itu lekas bangun.

Feeling LonelyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang