INI PART 16
Sebelum baca mohon dilihat dulu ya part-nya soalnya cerita ini gak berurutan gais hehe, thank you 🙏🏻
----------------------------------------------------------
"Udah siap semuanya?" tanya Dzikri yang saat ini sedang membantu Daffa bersiap, sebab pemuda berusia 23 tahun itu sebentar lagi akan resmi menyandang gelar S.I.Kom -- Sarjana Ilmu Komunikasi -- di belakang namanya.Muhammad Daffa Agatha Bermundo, S.I.Kom.
Lihat! betapa kerennya pacar Dzikri yang satu ini. Memiliki wajah yang tampan, penghasilan yang menjanjikan, serta gelar yang begitu diidam-idamkan banyak orang.
Kelak, Dzikri yakin Daffa akan menjadi orang yang sukses, yang dapat berguna bagi orang banyak, yang dapat membanggakan keluarga serta kerabatnya.
Ah Dzikri jadi merasa sedih sekaligus terharu. Ini seperti Dzikri akan mengantarkan Daffa menuju gerbang kesuksesan.
Dzikri jadi teringat kisah mengharukan salah satu istri presiden pertama Indonesia, yakni Ir. Soekarno. Dalam perjalanannya mencapai kemerdekaan, Ir. Soekarno menikahi Bu Inggit sebagai istri kedua.
Bu Inggit selalu menemani Ir. Soekarno dengan sepenuh hati. Segalanya ia korbankan demi suaminya dan kemerdekaan Indonesia, bahkan ia dan kedua anaknya pernah di tahan Belanda mengingat ketiganya adalah orang terpenting dalam hidup Ir. Soekarno sehingga bisa menjadi kelemahan sang proklamator.
Namun, ketika kemerdekaan Indonesia sudah di depan mata. Ibarat berkunjung ke sebuah tempat wisata, mereka sudah tiba di gerbangnya, tinggal masuk dan menikmati keindahannya, takdir berkata lain.
Ir. Soekarno jatuh hati pada Fatmawati, teman putrinya sendiri, muridnya saat di sekolah.
Bu Inggit yang pada saat itu sudah menganggap Fatmawati sebagai anaknya pun menolak dimadu, maka dengan segenap kasihnya yang tulus Bu Inggit merelakan Soekarno memilih Fatmawati.
Sementara dirinya memilih pergi, menyimpan sendiri lukanya yang tidak pernah sembuh. Lalu untuk mengenang kisahnya bersama Ir Soekarno, Bu Inggit menulis sebuah buku berjudul, Ku Antar sampai ke Gerbang.
Dzikri menghormati kisah itu, namun dia tidak ingin menjadi seperti Bu Inggit yang dengan sukarela mengantar Ir. Soekarno menuju gerbang, namun ditinggalkan begitu saja.
Dzikri ingin menjadi satu-satunya yang berjalan disisi Daffa hingga akhir, hingga Daffa mencapai garis finish-nya.
"Hei kok bengong?" tanya Daffa saat melihat Dzikri yang tak kunjung berjalan ke arahnya padahal sebuah dasi hitam sudah ada ditangannya, ingin dipakaikan ke Daffa.
Dzikri seakan tersadar, ia kemudian buru-buru berjalan ke arah Daffa. Dengan cekatan ia merapihkan kemeja putih yang Daffa kenakan dan mengalungkan dasi hitam tersebut ke lehernya.
Ia melipat beberapa kali hingga dasi tersebut berbentuk segitiga sempurna, "Lu keliatan keren banget hari ini" puji Dzikri tulus, jarang-jarang Dzikri muji Daffa kan?
Ia memandang Daffa dengan bangga, tahu betul bagaimana Daffa berjuang untuk mendapatkan gelarnya. Siang malam mengerjakan skripsi, kadang sampai tidak tidur sama sekali. Belum lagi kalau dosennya minta revisi berulang-ulang kali.
Namun hari ini Daffa telah melewati semuanya. Ia telah membuktikan bahwa dirinya bisa. Daffa, memang layak untuk menyandang gelar tersebut.
Dzikri bangga, sangat. Meski itu artinya ada satu gap lagi antara dirinya dan Daffa, "Graduated boyfriend and uneducation boyfie" ujar Dzikri menunjuk Daffa dan dirinya secara bergantian.
KAMU SEDANG MEMBACA
Feeling Lonely
FanfictionDzikri udah pacaran sama Daffa hampir 1 tahun tapi hampir setiap hari Dzikri feeling lonely. Dzikri ngerasa Daffa gak bener-bener tulus sama dia, padahal Daffa ada disampingnya 24/7. Terkadang kita cuma butuh satu hal untuk bisa merasakan betapa bes...