Jalanan kota masih ramai pengendara motor ataupun mobil, tak terkecuali remaja penumpang taxi yang masih mengenakan seragam sekolah. Ia menatap keluar kaca mobil, bagaimana bisa ia melupakan masa lalunya jika ia bertemu orang yang memiliki kesamaan dengan masa lalunya. Apa mungkin Tuhan sedang memberinya karma karena telah mengabaikan masa lalunya yang sedang diambang kematian tanpa ada rasa ingin menolongnya? Mungkin saja.
Tak terasa taxi yang ia naiki sudah sampai di kediamannya, rumah bernuansa abu-abu putih itu tampak elegan dengan lampu emas yang menghiasinya. Dilihatnya pintu rumah yang masih terkunci rapat itu membuatnya mendesah pelan, lagi-lagi ia harus sendirian di rumah.
Jika dulu akan ada yang menyambutnya dengan senyuman lebar dengan tangan yang dilebarkan layaknya ingin memeluk orang yang masuk rumah, sekarang yang menyambut hanyalah kesunyian dan kesendirian. Tak dipungkiri, ia sangat sedih akan hal itu.
Shaka memang tidak menolak saat orangtuanya menyuruh ia untuk pindah sekolah, tapi untuk pindah rumah, Shaka sangat-sangat menolak. Karena hanya di rumah ini satu-satunya kenangan tentang saudaranya berada, meskipun hanya ada kenangan buruk didalamnya.
Shaka berjalan kearah dapur untuk meneguk segelas air putih, di ingatnya lagi pertemuan antara dirinya dengan Jazziel pagi tadi.
Apa Tuhan benar-benar mengirimkan pengganti Masnaka? Apa Ziel menjadi perantara Shaka pada Naka? Apa dengan ini Shaka bisa menebus kesalahannya pada Naka?
Setelah mandi Shaka langsung memasak makanan untuk dirinya sendiri, jika dulu makanan sudah siap di meja makan sekarang ia harus menyiapkan sendiri. Shaka memang suka menyendiri, tapi ia tidak suka kesendirian.
Saat Shaka menikmati masakannya, tiba-tiba ada dering telepon yang mengganggu. Dilihat lah siapa yang menelepon, di layar hanya tertera nomor yang tidak dikenal. Shaka menjawab panggilan dari nomor yang tidak dikenal itu.
"Halo?"
"Halo, ka. Gue Ziel," ternyata yang meneleponnya adalah Ziel, mereka memang sempat bertukar nomor, tapi Shaka lupa belum menyimpan kembali nomor Ziel.
"Oohh gue kira siapa, nomor lo belum gue save soalnya." Ucap Shaka disertai kekehan kecil.
"Besok sepulang sekolah ada acara gak?" Tanya Ziel dari seberang sana.
"Gak ada, kenapa?"
"Mau nemenin gue ke Dufan, gak?" Suaranya sedikit mengecil.
"Boleh, nanti gue kerumah lo."
"Thanks, ya." Panggilan diputuskan sepihak oleh Ziel.
Shaka menyelesaikan makannya dan mencuci alat makan yang ia pakai barusan, ia pergi ke kamar untuk menyiapkan buku pelajarannya besok. Shaka merebahkan tubuhnya di kasur, ponsel yang ia simpan di meja belajar kembali berdering. Ia bangkit dari kasur untuk mengambil ponselnya itu, dilihatnya siapa yang menelpon. Lagi-lagi nomor yang tak dikenal, tapi ia yakin jika itu bukan Ziel, karena nomornya sudah disimpan beberapa saat yang lalu.
"Halo?" Shaka mengangkat teleponnya, setelah menunggu beberapa saat tetap tidak ada jawaban dari seberang sana.
"Halo? Saya matikan, ya?" Ucap Shaka memastikan.
"Jangan dimatikan, aku akan memberi informasi penting untukmu." Ucap orang yang diseberang sana.
Setelah mendengar informasi dari orang misterius itu, mata Shaka seketika membelalak lebar. Ia terlihat sangat terkejut dengan informasi itu, setelah itu sambungan telepon terputus. Shaka yang masih terkejut hanya bisa melamun, lalu merebahkan tubuhnya dan pergi ke alam bawah sadarnya.
To be continued...

KAMU SEDANG MEMBACA
Sahmura | Jake
FanfictionDua insan manusia yang dipertemukan oleh garis takdir. Yang satu ingin cepat-cepat mengakhiri hidup, sedangkan satunya ingin hidup lebih lama. Manusia memang diciptakan dengan ketidakpuasan, kurang lebih seperti kalimat "rumput tetangga lebih hijau...