Ziel menidurkan dirinya di kasur, sembari menatap langit-langit kamarnya. Tanpa mengetuk pintu, Keenan tiba-tiba masuk sambil membawa buku pelajarannya.
"Ngagetin aja lo, kak, untung gue gak punya sakit jantung juga." Ziel memegangi dadanya yang berdetak lebih cepat, sedangkan Keenan hanya tersenyum dan meminta maaf.
"Lo besok sekolah?" Tanya Keenan.
"Iya lah, masa iya mau bolos," jawab Ziel sambil mendudukkan dirinya.
"Lo yakin mau sekolah? Ntar kalo lo di sekolah tiba-tiba drop, gimana?" Keenan benar-benar sangat khawatir tentang adiknya sejak dia menemani Ziel Hemodialisa.
"Yakin lah, kalo kambuh mah berarti emang udah waktunya," Ziel menjawab dengan santai.
"Si babi di khawatirin malah santuy," Keenan menyentil kepala adiknya itu.
"Sakit, bego, keknya tadi khawatir banget eh sekarang malah nyentil kepala adiknya." Ziel mengusap-usap kepalanya.
~~~
Pagi telah tiba, matahari sudah muncul untuk memulai pekerjaannya yaitu menyinari dunia. Ziel terbangun karena alarm yang berdering nyaring, dia langsung mematikan alarm dan membuka jendela kamarnya.
Setelah mengumpulkan nyawa, Ziel pergi ke kamar mandi untuk membersihkan diri lalu memakai seragamnya. Tak lama ada suara yang setiap pagi selalu menyapa indra pendengarannya, suara pahlawan yang selalu datang disaat ia membutuhkannya, Papa.
"Adeeekk, turun! Sarapan dulu!" Tanpa menjawab panggilan Papa, Ziel langsung membawa tasnya dan turun menuju meja makan. Di sana sudah ada Papa dan Kak Keenan. Mama? Entah dia pergi kemana. Setelah genap berusia 4 tahun, mama meninggalkan keluarganya karena penyakit yang Ziel punya.
Setelah sarapan dan minum obat, Ziel diberi wejangan oleh Papa untuk tidak terlalu lelah agar tidak kambuh. Ziel menganggukkan kepalanya, lalu mencium tangan Papanya.
Ziel berangkat kesekolah bersama Keenan karena motonya sedang di servis, kalau boleh jujur Ziel lebih memilih berangkat bersama kakaknya daripada berangkat sendiri.
Sesampainya di sekolah, mereka berjalan menuju kelas masing-masing. Keenan kelas 12 dan Ziel kelas 11, kelas mereka memang hanya terpaut 1 tahun. Itu karena Ziel sekolah terlalu cepat, seharusnya sekarang dia baru kelas 10.
Di dalam kelas semua murid sudah memakai baju olahraga, sedangkan Ziel tidak memakainya. Dia benar-benar lupa jika hari ini ada pelajaran olahraga, seingatnya hari ini ada pelajaran bahasa Jepang.
Handphone nya berdering ada nama Keenan yang tertera pada panggilan tersebut, "Kenapa kak?" Tanya Ziel.
"Pake baju olahraga yang ada di loker gue, sandinya tanggal lahir gue," Ziel terkejut karena Keenan tau jika ia tidak membawa baju olahraga.
"Gue dikasih tau Wildan tadi, kan adeknya sekelas sama lo. Inget, jangan kecapekan," setelah mendengarkan perkataan terakhir kakaknya ia langsung mematikan panggilannya.
Saat berjalan kearah loker kakaknya, dia bertemu dengan seorang yang sepertinya tidak sekolah di sini, terlihat dari seragamnya yang terlihat sangat berbeda dari seragam yang ia kenakan sekarang. Orang itu berjalan mendekatinya.
"Ruang guru ada dimana ya?" Tanyanya, sepertinya dia murid pindahan.
"Ruang guru ada di lantai satu, di sebelah ruang ppdb," jelas Ziel.
"Makasih, boleh kenalan gak? Nama kamu siapa?" Orang yang didepannya ini mengulurkan tangannya pada Ziel.
"Jazziel," ia langsung menjabat tangan lawan bicaranya dan langsung melepasnya.
"Gue Mashaka, panggil aja Shaka," setelah berkenalan singkat, mereka pergi menuju tempat masing-masing. Ziel pergi ke loker kakaknya dan Shaka ke ruang guru.
Seusai mengambil baju olahraga dan ganti baju, Ziel berlari kearah lapangan indoor karena olahraga dilaksanakan di sana. Ziel terlambat karena terlihat semua murid sudah melakukan pemanasan, karena itu dia disuruh berlari mengelilingi lapangan sebanyak 5 putaran.
Di ketiga putaran Ziel masih merasa baik-baik saja, dengan gesit dia menambah kecepatan berlarinya hingga saat putaran ke lima tiba-tiba dadanya terasa begitu sesak hingga dia susah menghirup udara. Tapi dia tetap melanjutkan larinya hingga selesai, usai berlari ia langsung mendudukkan dirinya dan meluruskan kakinya sembari menghirup napas dalam-dalam untuk menghilangkan rasa sesak yang melanda dadanya.
Dari arah belakang ada seseorang yang membawa botol berisi air mineral, dengan senyuman yang merekah dia menghampiri Ziel yang masih duduk itu.
"Nih minum," ucapnya sembari menyodorkan air mineral itu. Ziel terkejut dengan munculnya orang itu, lalu ia menoleh kesamping dan terdapat orang yang ia temui saat akan pergi menuju loker kakaknya tadi.
"Lo lagi? Kok bisa disini?" Ziel bertanya-tanya.
"Gue sekelas sama lo ternyata, makanya gue disini," Ziel hanya ber-oh ria lalu mengambil air yang ada di tangan Shaka kemudian meneguknya hingga tersisa setengah botol.
"Haus banget kayaknya," ucap Shaka sambil terkekeh melihat Ziel.
"Menurut Lo? Disuruh lari keliling lapangan 5 kali, belum lagi gue sakit-sakitan," Ziel menjawab dengan nada yang tinggi karena kesal, sampai ia tidak menyadari jika ia mengatakan hal yang seharusnya tidak ia katakan kepada orang lain.
"Sakit-sakitan? Lo sakit apa emangnya?" Shaka bingung mengapa Ziel mengatakan itu, padahal Ziel terlihat sehat-sehat saja.
"Lupain aja, gue mau gabung mereka dulu," pamitnya. Ziel meninggalkan Shaka yang memiliki banyak pertanyaan dikepalanya.
To be continue...
Sunghoon as Mashaka Ardinata
KAMU SEDANG MEMBACA
Sahmura | Jake
FanfictionDua insan manusia yang dipertemukan oleh garis takdir. Yang satu ingin cepat-cepat mengakhiri hidup, sedangkan satunya ingin hidup lebih lama. Manusia memang diciptakan dengan ketidakpuasan, kurang lebih seperti kalimat "rumput tetangga lebih hijau...