Entah apa yang membuat pagi ini matahari seakan bersinar lebih terang dibanding pagi sebelumnya. Padahal kemarin sore hingga subuh tadi hujan mengguyur dengan deras nya membasahi setiap sudut kota.
Namun lihatlah kini sang mentari sudah bersinar kembali dengan terang membuat seisi kota merasakan hawa lembab dan dingin yang menusuk, meski begitu silaunya mentari membuat sedikit rasa hangat di tubuh siapapun.
Seorang pemuda berparas tampan dengan manik merah seindah permata ruby itu menarik napas panjang dan menghembuskannya dengan kasar.
Hidup menanggung beban berat di pundaknya membuatnya merasa lelah untuk sekedar menarik napas dan menghembuskannya.
Pemuda bernama Halilintar atau yang kerap disapa hali ini, beranjak keluar dari dalam kamarnya untuk sarapan bersama adik-adiknya.
"pagi kak Hali tidur mu nyenyak semalam?" sapa taufan di ambang pintu kamarnya
"hmn" hanya jawaban singkat dengan arti yang tak begitu jelas untuk dimengerti oleh sang adik beda 5 menit nya itu
"mau ke bawah kan? Bareng aja kak" taufan kembali dengan ocehannya menarik paksa sang kakak kebawah.
"PAGI SODARA-SODARA KU SEKALIAN" sapa taufan berteriak heboh saat mereka sampai ke bawah
"kak ayo sarapan" ajak gempa yang masih fokus menata sarapan di dalam piring dan bekal mereka masing-masing
Mereka semua segera mendudukkan diri mereka sendiri ke atas kursi, Doa makan mereka ucapkan sebelum memakan sarapan mereka.
Keluarga mereka terasa lengkap meski tiadanya ayah dan ibu yang mengurus mereka.
Sarapan pagi ini terasa lebih damai dan tenang dibanding pagi sebelumnya, entah itu karena ttm yang diam atau memang sudah seperti ini.
"aku siap yey" seorang pemuda berusia 15 tahun dengan manik hijau emeraldnya bersorak senang saat ia menjadi yang pertama menyelesaikan sarapan pagi ini
"thorn curang" tuduh sang kakak yang berusia 16 tahun kepada sang adik
"loh kak blaze kali yang curang" tak terima dirinya disalahkan thorn kembali melempar tuduhan untuk sang kakak
"salah, kalian berdua tuh yang curang" nah loh Taufan kok malah ikut ikutan tingkah adik-adiknya ini
"kalian bertiga diam!" perintah keluar dari mulut Gempa membuat yang lain menelan saliva mereka dengan kasar
"yang sudah selesai piring nya letak di westafel ya" ucap gempa lembut, lalu ia beranjak pergi mengambil barang yang tertinggal dikamarnya
.~[DANDELIONS ]~.
matahari yang bersinar dengan teriknya, membuat hawa siang ini terasa panas menusuk kulit dan membuat semua orang menjadi gerah dan haus
Siapapun yang berlalu lalang pasti sesekali akan berteduh di bawah pohon-pohon yang rindang agar setidaknya kulit mereka tidak hangus terpanggang sinar sang mentari
Pukul 14.35 adalah waktu anak-anak SMA untuk pulang dari sekolah. Banyak dari mereka yang langsung berjalan kaki pulang atau bergegas membalap kendaraan mereka menuju ke rumah.
Halilintar pemuda dengan mata yang tajam ini sedang berjalan kaki untuk pulang kerumah. Hondanya sengaja ia titipkan pada sang adik kembar pertamanya. Katanya sih untuk menikmati angin jalan, kebetulan sekali adiknya itu tidak membawa honda nya pagi tadi.
Rumah nya juga berjarak tidak terlalu jauh dari rumah sekolah. Tapi tujuan hali sendiri adalah bukan pulang kerumah, melainkan ke makam ke dua orang tua nya yang tidak jauh dari sekolah hanya memerlukan waktu 10 menit untuk sampai kesana.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dandelion's
DiversosHalilintar Angkara Yernalta(big bro) Apa rasanya jadi anak pertama yang menanggung banyak beban dan kehidupan adik adiknya seorang diri, ketika bahu kalian harus sekuat baja tapi sebenarnya rapuh, banyak keluh kesah yang sebenarnya ingin diluapkan...