Namun jujur, laki-laki tadi membuat Moony tidak bisa menyangkal bahwa hatinya menari, pikirannya terpacu pada sorot pertama. Menciptakan pengalaman mendengar suara laki-laki yang begitu tegas dan keras hingga terdengar sampai ke telinganya sendiri meski dari kejauhan. Iya! Suara jelas, keras, tegas. Mungkin sebagian orang akan merasa sedikit risih, namun Moony? Itu favoritnya.
Malam pukul 09.03 hampir seluruh siswa keluar dari aula, ada yang asik berfotoan di luar, ada juga segera pulang ke rumah seperti Moony. Lusi temannya masih sibuk sebagai OSIS, jadi mau tak mau Moony pulang sendirian.
Moony berjalan di Koridor, pelan langkahnya dengan high heels lumayan tinggi, dress putih dipakai untuk memenuhi tema 'Monokrom' Prom Night. Langkah sepatu berlari terdengar mendekat, makin keras suaranya.
Brukk!
'Gevin!' Hati Moony bersuara ketika Laki-laki itu tidak sengaja menyenggol Pundak kanannya. Satu detik Gevin berhenti ditempat, kemudian Ia kembali berlari dengan kaki panjangnya, suara keras sempat bicara pada Moony.
"Sorry!" Katanya.
Mata Moony menatap punggung Gevin semakin menjauh. Sesaat matanya menoleh ke arah lantai, setangkai mawar putih tergeletak tepat di depan jari kakinya. Moony yakin pasti, Mawar milik Gevin.
Mulutnya terbuka ingin berteriak memanggil Gevin. Namun ketika matanya ke arah depan, Gevin hilang lagi. Singkat tubuh Moony berjongkok mengambil tangkai bunga mawar itu, lalu Ia berlari kecil keluar dari koridor. Berharap ia bertemu dengan Gevin. Jangan hilang lagi dari matanya.
Moony menoleh kesana kemari di bawah langit malam, lampu membantu bulan dan bintang menerangi setiap sisi sekolah. Lehaian rambut dan dress nya berkibar mengikuti arah angin malam.
Terkunci tubuh dan tatapannya pada Gevin yang sedang dikerumuni oleh tiga orang perempuan dan empat laki-laki. Salah satu Perempuan dress hitam selutut berfotoan dengan Gevin, lalu dua perempuan lainnya juga ikut mengantri untuk berfoto dengannya. Sampai akhirnya semua berkumpul dan mengambil foto bersama.
'Mungkin mereka teman sekelas Gevin' batin Moony menebak-nebak.
Kini Ia menunduk untuk melihat apakah bunga mawar milik Gevin masih utuh atau sudah layu. Mawarnya baik-baik saja. Hampir satu menit Moony berdiri di sana, Ia bingung harus diapakan mawar ini.
"Hey, itu punya gue." Suara berat mendekat. Moony baru menyadari Tiba-tiba Gevin ada di depannya. Gestur tubuh yang tegak, kurus, mata hitam tajam berkelip, suaranya lebih tenang, lembut dan volume lebih kecil dari yang pertama kali Moony dengar.
Ia mendongak, pertama kali yang dirasakan adalah...
Terpesona.
Moony berusaha membuyarkan pikirannya yang terpacu pada wajah tampan Gevin. "Oh! Ini... Tadi Mawar lo jatuh di depan gue." Jawab Moony dengan kalimat patah-patah. Gevin terkekeh melihat Moony gelagapan.
"Kenalin Gue Gevin Algaza. Panggil aja Gevin." Kata Gevin memperkenalkan dirinya. Ia mengulurkan tangan dan sempat-sempatnya Moony kebingungan, karena berfikir mungkin Gevin mengulurkan tangan untuk meminta Moony mengembalikan Setangkai Mawarnya.
"Bukan...Ayo kenalan, jabat tangan maksud gue" Ujar Gevin, terkekeh sekali lagi ketika Moony malah mengodorkan setangkai Mawar itu di tangan kanannya.
Moony menepuk jidatnya sendiri dan segera membalas jabatan tangan dari Gevin. "Kenalin Gue Moony. Moony Narendrana."
Gevin mengangguk seraya mundur satu langkah. "Bawa aja mawarnya. Btw gue anak MIPA 4" Ujarnya sekali lagi sebelum Ia berjalan meninggalkan Moony.
Moony hanya terdiam seperti paku yang menancap di dalam kayu. Ia berkedip cepat dan memiringkan kepalanya bingung. Jika tidak bermaksud mengambil bunga itu, mengapa Gevin datang dan ingin kenalan dengan Moony?
"Uuh yasudahlah, mayan dapet bunga dari cowo" Celetuk Moony. Ia terkikik sesaat sebelum handphone nya berdering dan segera mengangkat telepon dari Mamanya yang bilang bahwa Moony akan dijemput, ditunggu di depan gerbang sekolah. Lalu Moony cepat-cepat berjalan seraya memasukkan handphone ke dalam tas jinjingnya.
Moony menguap, kepalanya menoleh ke arah kaca mobil. Jalanan yang semakin sepi karena semakin larut. Lampu kuning dan putih setia menemani remang disetiap jalan.
"Mumu, gimana tadi Prom Night nya?" Tanya Meyli, mamanya Moony. Ia menoleh sejenak ke arah anaknya, lalu kembali fokus ke depan untuk menyetir, memperhatikan jalan.
"Mmm...Biasa aja ma" Jawab Moony apa adanya. Ia mendengus bosan menatap jalanan malam. Meyli hanya bisa geleng-geleng kepala dan tersenyum simpul. Ia sangat mengenali anaknya yang cuek dan sedikit bicara.
Moony terlihat diam, namun pikirannya dipenuhi oleh siswa baru itu. Gevin menjadi pengaruh besar bagi Moony saat Prom Night tadi.
Terlintas wajah Gevin di otaknya saat melihat ke arah kaca mobil kembali dan menatap jalanan samping. Moony mendengus lagi.
Tidak mengapa, besok mungkin Moony bisa lupakan Gevin. Lagipula sudah biasa bagi Moony melihat laki-laki ganteng selain Gevin.

KAMU SEDANG MEMBACA
GEVIN
Roman pour AdolescentsBagaimana jika lo mencintai cowok pecicilan, sekalipun tahu bahwa dia juga red flag? "Gue cinta sama lo Gev!! Setidaknya kasi kepastian buat gue." Ucap Moony sendu, ia mengharapkan tatapan permohonannya dibalas dengan sesuai. Namun sesaat Gevin han...