Ternyata Gevin Gila

14 2 0
                                    

Jam menunjukan pukul 11 siang. Bel istirahat berbunyi di seluruh sekolah. Semua aktivitas berjalan seperti biasanya namun melelahkan dan membosankan. Kebanyakan siswa pergi ke kantin untuk mencari makan siang ataupun hanya sekedar mau jajan.

Begitupun Moony memutuskan untuk pergi ke kantin sendirian. Di sekolah ia selalu pergi sendiri karena semenjak temannya, Lusi disibukkan dengan tugas-tugas sebagai OSIS.

Moony berjalan dengan santai di Taman sekolah sehabis membeli roti coklat dan minuman susu di kantin. Ia menikmati desiran angin yang menghembus dari berbagai arah.

Ia mengigit roti. Di gigitan pertama, lidahnya tidak langsung bertemu dengan selai coklat didalamnya hingga beberapa gigitan kemudian coklat yang lumer berhasil dicecap oleh indra perasanya, Moony menikmati roti coklat itu.

Gevin berlari dari arah barat dengan loncatan-loncatan kecil. Rambutnya semakin terbang ke kebelakang ketika angin menerpa wajahnya, dahinya yang berkeringat terpampang dengan jelas.

Moony menyipitkan matanya berusaha menerka-nerka siapakah orang yang mendekat ke arahnya. Namun setelah menemukan jawabannya, Ia mendengus sambil terus menatap Gevin mendekat dengan wajah sumringahnya. Dan Moony mengalihkan fokusnya pada apa yang digenggam oleh Gevin di tangan kanannya.

"Sepatu siapa yang lo bawa?" Tanya Moony penasaran dengan mulut yang masih dipenuhi dengan roti coklat. 

"Nih ambil, buat lo" Ucap Gevin dengan enteng seraya menyerahkan satu sepatu yang entah dimana pasangannya, nafasnya masih tak beraturan setelah berlari tadi.

Moony menaikan alisnya menatap sepatu yang kini ia pegang, kemudian beralih ke arah Gevin yang sedang menyeka keringat dan menyengir jahil. Lagi-lagi Moony berfikir keras pada setiap kejutan yang di berikan Gevin. Kejutan ampas yang selalu membuat Moony kesal dan bingung. Entah sepatu siapa yang Gevin ambil dan sepertinya meminta agar Moony mempertanggungjawabkan kelakuannya.

"Aelahh itu sepatu gua!!" Ujar seorang laki-laki, tangannya bertumpu pada lutut lalu napasnya juga terengah-engah seperti Gevin berlari tadi. Rendi namanya, dia berdiri dihadapan Moony dan Gevin. 

"Balikin woi! Gile lu ye Gevin" Rendi berjalan ke arah Moony seraya merampas sepatu itu dengan kasar. 

Gevin tertawa terbahak-bahak ketika wajah Rendi semakin memerah karena emosi yang meluncur keluar. Gevin terus mengejek Rendi dengan juluran lidah menyebalkan. Tak kuasa menahan kesal, Rendi melempar sepatunya ke arah Gevin, Ia dapat menghindar dan berlari. Sedangkan Rendi mencoba menangkap Gevin. 

"Derita lo Ren!!" Ucap Gevin. Mereka terus kejar-kejaran hingga suara dan tawa mereka semakin memudar di balik punggung yang kian menjauh lalu hilang.

Moony hanya geleng-geleng kepala menyaksikan kalakuan mereka berdua. Gevin selalu datang dan merusak waktu berkualitas milik Moony.

Istirahat akan berakhir 10 menit lagi, namun Moony masih duduk di kursi taman sekolah, sendirian. Jarinya asik bermain game di handphone nya. Sesekali ia mengumpat dan berdecak di kala permainannya kalah. Moony suka main game, bahkan ia banyak mempunyai grup gamers agar dimudahkan untuk mencari tim dalam game yang ia mainkan.

"Moon!! Gevin Moon, tolongin coy!!" Ucap Rendi. Laki-laki itu tiba-tiba muncul lagi di hadapannya. Namun Moony tidak terlalu memfokuskan diri pada Rendi, otaknya masih ingin memenangkan game.

"Kenapa?"

"Gevin ditonjok, sekarang dia di lapangan. Nanti gua ceritain secara lengkap"

Seketika Moony menoleh ke arah Rendi. Ia sedikit kaget dengan pernyataan itu. Gevin baru saja bercanda ria tadi, tapi kenapa sekarang Ia malah bertengkar?

"Terus? Kenapa lo bilangnya ke gue?" Ucap Moony seakan-akan tidak peduli. Jauh di dalam hati nya, ia menyimpan sedikit rasa khawatir. Bagaimana bisa orang seperti Gevin memulai semua pertengkaran itu.

"Mungkin lu bisa menghentikan Gevin, lu lagi deket sama dia kan?"

"Ha? Deket? Kita baru aja kenal--"

Moony belum sempat menyelesaikan kalimat, tangannya kini ditarik oleh Rendi.

"Gua panik Moon! Lu harus nolongin Gevin"

"Aelah Ren, cupu banget lo" Ucap Moony mengejek Rendi yang sungguh terlihat panik.

Rendi berjalan cepat ke arah Lapangan basket, di ikuti oleh Moony di belakang. Berjalan cepat membuat jantungnya berdegup kencang. Semakin berdegup setelah melihat kejadian itu secara langsung.

Gevin dan Lybran sedang bertengkar sengit di tengah lapangan basket. Moony membelalakan matanya ketika melihat siapa yang bertengkar dengan Gevin.

Lybran, adalah kakak kelas yang paling terkenal karena keangkuhannya di sekolah, laki-laki itu adalah atlet basket sekaligus ketua dari club basket yang cukup kejam dengan junior maupun anggota seangkatan nya.

Salah satu Kejadian yang beberapa kali terjadi ketika Lybran memukuli junior nya jika tim mereka kalah dalam pertandingan. Lybran merasa dirinya berhak, karena tidak dapat di sangkal bahwa Ia pemain basket yang sangat hebat. Timnya Tidak pernah kalah jika ia ikut serta dalam sebuah pertandingan.

Mengingat hal itu membuat Moony merinding seketika, tadinya ia bertekad untuk melerai pertengkaran Gevin, namun setelah mengetahui bahwa lawannya adalah Lybran, Moony memilih untuk diam sampai guru BK datang. Pantas saja Rendi ketakutan lalu tidak berani melerai mereka berdua. Karena lawannya adalah Lybran.

"Lo murid baru tapi belagu!" Ucap Lybran dengan suara yang keras. Sekali lagi Ia memukul wajah Gevin dengan tangan mengepal.

Gevin semakin memanas, tanpa ragu Ia maju dan berusaha memukul Lybran balik.

"B*ngsat!" Pukulan Gevin berhasil mengenai perut Lybran saat lengah. Lybran sedikit tersentak dan menyeringai tanpa diketahui alasannya. Hal itu membuat Gevin bingung dan menaikan alisnya.

Semua siswa yang melihatnya merasa ketakutan dan khawatir. Khawatir dengan Gevin yang sama sekali tidak tahu siapa itu Lybran.

"Sini maju lo!" Ucap Gevin. Sedangkan Lybran hanya mengangguk namun sudut bibirnya terangkat.

Tiba-tiba Pak Jaya, Seorang guru BK datang menghampiri mereka dan berhenti untuk melihat apa yang terjadi. Dengan satu teriakan berhasil membuat mereka berhenti bergulat.

Pertama, Pak Jaya menatap ke arah Lybran lalu kini tertuju pada Gevin.

"Gevin!!" kata Pak Jaya dengan tegas.

"Ikut saya ke BK!"

"Kenapa cuman saya pak?"

"Ikut saya ke BK sekarang!!!" Decak Pak Jaya mengulang kalimat perintah sebelumnya. Gevin masih memasang tampang kerasnya sembari mengekori Pak Jaya dengan enggan menuju BK.  Semua mata tertuju pada Gevin yang malang. Lalu mereka bubar ke arah masing-masing.

Hanya Moony yang masih terdiam. Moony menatap Lybran dan akhirnya Gevin. Ia merasa bersalah karena tidak melakukan sesuatu untuknya. Moony berusaha memanggil Gevin dengan mulutnya yang beku.

Sebelum Moony, Gevin sudah terlebih dahulu menoleh ke arahnya. Luka lebam di pipi kiri dan darah di sudut bibirnya tidak menghalangi senyuman Gevin untuk Moony.

Moony semakin mematung, sekali lagi karena Gevin. Ia berjumpa dengan perasaan yang sama sewaktu pertama kali Gevin menatapnya. Moony hanya bisa tersenyum kikuk, namun matanya menunjukkan kekhawatiran.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Sep 02, 2023 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

GEVINTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang