2

418 53 9
                                    

"Shhh... Kepala aku kok pusing banget ya?”  perlahan mata bak rubah itu mulai terbuka menampilkan gemerlap bintang disana, menatap langit-langit berwarna putih di atasnya.


" Apa aku udah ada disurga ya... kira-kira kapan ya ayah sama ibu mau jemput Renjun? apa Renjun susul aja kali ya?"batinnya.

Renjun memutar kepalanya, disana ada meja nakas dan foto dirinya...

Fotonya...? Whatt!!!


Apa ini memang tempat yang disiapkan Tuhan untuknya ughh kasurnya empuk.


Tapi tunggu, ada yang aneh dengan fotonya, ahh iya sejak kapan ia berpakaian sebegini nyentriknya, ala-ala anak pang jamet, iyuhhh dengan tindikan sana-sini, ia yakin jika ia tidak pernah memakai atribut menyakitkan dan merepotkan seperti itu.


Lalu kepalanya ia bawa kearah yang berlawanan, seketika matanya membola melihat seogok manusia tidur disebelahnya jika ini adalah sebuah manga ia yakin matanya sudah keluar menglinding sampai mengelilingi dunia.
Tanpa blas kasih ia menendang manusia disebelahnya dengan keras, membuat buntalan itu terjatuh dengan tidak elitnya.


"AAAAKHH"


"YAKKK, BANG REN, BASTARD BANGUNIN ORANG YANG MANUSIAWI NGAPASIH? GUE TAU LO PASTI MARAH GUE TIDUR DIKAMAR LO, TAPI KALO NGAK GUE YANG NGURUSIN LO TELER KEMARIN SIAPA HAH? NGAK TAU TRIMAKASIH, GINI-GINI GUE ADEK LO, WALAUPUN KEK DAKJAL SAMA KEK LO SETAN LO"



"A-aku" Eh tunggu ia baru saja, bicara? Ehh tempat ini dimana, eoh dan siapa dia baru saja memanggilnya bang Ren, adiknya? Ia putra tunggal ngomong-ngomong.



"Malah ngebug, elah bang, tau ah pokoknya lele marah, lele aduin ya ke mama, papa, kalo anak ganteng nya ini dihajar sama abang jeleknya" Ucap chenle dengan wajah songgong miliknya, ia yakin nanti kakaknya ini akan di jewer habis-habisan sama mama Win, heh berani sekali abang dakjalnya ini, dengan kesal yang masih tersisa di umbun-umbunnya, ia berjalan dengan kaki yang dihentak-hentakkan dan membuat suara nyaring seperti lumba-lumba itu terus memanggil sang mama.




Renjun, masih dalam keadaan linglung, rambut yang sedikit memanjang itu ia tarik-tarik. Mencoba mengingat-ingat saat-saat ia terjatuh dari tangga itu apa yang ia lakukan? Kenapa ia sampai disini.




Buntu, iya buntu tidak ada yang ia lakukan, ia hanya berpikir mati saat itu.




"ARGHHH" Frustasi jika harus begini ia butuh sesuatu yang bisa menenangkan dirinya.




Dengan langkah gontai tungkainya ia bawa kearah yang ia yakini adalah kamar mandi.





Selesai dengan acara membersihkan diri dan menenangkan diri dalam bak mandi berisikan air hangat dan busa-busa tebal beraroma vanila dan buah-buahan, hmm nyaman.





Saatnya berganti baju, baru saja tangannya membuka pintu berwarna putih dengan ukuran 5 kali lipat tubuhnya, mulut nya dipaksa untuk ternganga.





"Astaga"





Semua adalah baju bermerek dan yang paling pasti itu bukan stayl seorang Prak Renjun, semua rata-rata bajunya berwana hitam dan putih, bukan itu yang sebenarnya yang menjadi masalahnya tapi aksen gambar pada baju itu terlihat seperti, err jamet.





Yang ia temukan dan layak yang ia pakai adalah kemeja berwarna baby blue dengan dalaman berwarna putih polos dan celana jeans ketat berwarna abu-abu. Setidaknya ini jauh lebih mencerminkan dirinya, maksudnya kalem dan simpel.





BLUE NIGHT (Jaemren) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang