Mata yang Indah

499 44 26
                                    

Tubuh Masrur membeku seketika, ia tak dapat mengatakan apa-apa, sementara ayah Ara masih menatapnya dengan tajam.

"Bisakah, aku berbicara dengan Masrur si pemilik Mata yang Indah ini berdua saja?" Ucap Ayah Ara.

"A.. ayah, kau mengenalnya?" Ucap Ara gugup, Ayahnya itu lalu mengalihkan pandangannya pada putrinya.

"Ya Ara, tapi kurasa ini bukan urusanmu.." Jawab Ayahnya itu dingin, Ara menundukkan kepalanya.

"Ma.. Maaf.. Ayah.." ucapnya pelan.

"Sekarang, boleh kalian semua meninggalkanku berdua dengan Masrur?" Ucapnya dingin

"Tidak!" Tolak Maxim tegas.

"Kau mencurigakan, kita tak bisa membiarkan kau melakukan sesuatu pada teman kita!" Lanjutnya lagi.

"Ya! Itu benar! Aku dan Aisurisu takkan meninggalkannya!" Sahut Alfhan.

"To... tolong.. tinggalkan kami..." ucap Masrur pelan, seketika semua menatapnya.

"Apa maksudmu.. Masrur?" Tanya Larius.

"Ayah Ara ini.. ia mengetahui tentangku dan mataku, bahkan aku sendiri tak mengetahui mengapa aku memiliki mata aneh ini, mungkin saja.. dia bisa memberitahukanku tentang ini..." ucap Masrur pelan.

"Masrur..." gumam Maudy pelan.

"Tolonglah, kalian semua..." mohonnya.

Maxim menghela nafas panjang.

"Baiklah, kami tunggu diluar, jika terjadi sesuatu, kami akan langsung membantumu.." ucap Maxim sambil berlalu keluar ruangan itu.

"Err.. Larius, bantu aku membawa tubuh tuan Iru ini keluar.." ucap Alfhan setengah berbisik.

"Ah, iya.." jawab Larius langsung menghampiri Alfhan dan membawa tubuh Iru keluar.

Ami dan Maudy tanpa berkomentar apa-apa langsung keluar diikuti Ara di belakangnya.

Ara menutup pintu itu, namun sebelum pintu itu benar benar tertutup, ia dapat merasakan ada sesuatu yang aneh di ruangan itu.

Masrur menatap pria yang ada dihadapannya walau ia masih merinding hebat.

"Apa.. apa yang kau lakukan padaku sebenarnya? Darimana mata ini kudapatkan? Kenapa kau mengenalku?" Tanya Masrur bertubi-tubi.

Pria itu tanpa berekspresi hanya menatapnya.

"Sebelum kau tanya pun, aku sudah akan menceritakannya.." ucapnya dingin.

Masrur terdiam, siap untuk menyimak ceritanya.

"Asal kau tahu saja, mata milikmu itu hanya dimiliki oleh keluargaku, clanku, clan Serenity..."

Masrur membelalakan matanya.

"Ma.. maksudmu aku ini.. termasuk clan Serenity?" Tanya Masrur.

Pria itu menggelengkan kepalanya.

"Tidak.."

"30 tahun yang lalu, aku ikut berperang bersama para Hero Season dalam melawan bangsa Gruman.."

"Namun, seperti yang kau lihat, bahkan Ami Fukora tidak mengenaliku lagi.."

"Saat itu, clan Serenity merupakan bagian dari Samurai Ninja, satu-satunya clan murni Samurai yang ada di Samurai Ninja..."

"Setelah kami menang, hampir semua clan Serenity terbunuh di perang itu.."

"Saat itu hanya ada aku dan kedua adikku yang tersisa.."

"Aku ditunjuk sebagai ketua clan yang baru setelah pamanku yang merupakan pemimpin sebelumnya terbunuh di perang itu.."

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jul 06, 2015 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Story of Rufial 2 : The Rufial ForceTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang