Behind the Page - 2

4.3K 750 83
                                    

"Udah dengar gosipnya belum?"

Di suatu pagi, di dalam lift yang sesak, obrolan itu dimulai. Dengan tatapan setajam elang, ekspresi yang mencekam, juga jarak yang akhirnya dikikis perlahan-lahan. Sebab konon katanya, semakin sempit ruang di antara mereka, semakin akurat pula informasi yang disampaikan.

"Gosip apa?" Dan pertanyaan tersebut adalah tanda bahwa informasi harus segera disampaikan. Berbagai pasang telinga yang ada di dalam lift tersebut mulai menajam.

"Gue denger berita ini dari anak-anak Myria." Si penyampai berita menyipitkan mata, lalu membuat reaksi seolah-olah kabar tersebut adalah sesuatu yang genting.

"Apa?"

"Katanya ..." Obrolan dijeda, supaya timbul situasi mistis. Ditambah sedikit lirikan tajam yang nampak lebih provokatif dibanding sebelumnya. Membuat para pendengar yang ada di sana merasa was-was.

"Katanya?" Yang lainnya menimpali tak kalah antusias.

"Dulu Pak Devian udah pernah nikah?"

Orang-orang yang ada di sana jelas melotot—terkejut bukan main. Sebab setahu mereka Devian masih melajang bahkan di umurnya yang sudah menginjak 38 tahun. Usia yang cukup matang bagi seorang laki-laki untuk menikah. Berita tersebut jelas mengundang kejanggalan. Karena setahu mereka, Devian sudah punya pacar. Patricia namanya. Putri bungsu keluarga Baskoro yang mengelola Dhanoe Hotel di wilayah Jawa dan Bali.

"Hah?"

Semua orang jelas memberi reaksi tak percaya. Pasalnya, Devian terkenal dingin dan antipati dengan orang luar. Mustahil dia sudah pernah menikah. Pun kalau sudah, pasti orang-orang veteran di kantor mereka pasti tahu tentang fakta tersebut. Sayangnya, tak ada yang membahas perihal rumah tangga Devian sampai detik ini.

"Nggak mungkin, ah! Kan Pak Dev pacaran sama Mbak Tricy."

"Awalnya gue juga nggak percaya, tapi kalian tahu gaun putih yang selalu ada di etalase Myria, kan?" Sontak, yang lainnya mengangguk serempak. "Itu gaun mendiang istri Pak Dev."

Semakin terkejutlah mereka. Jadi Pak Dev adalah seorang duda yang ditinggal mati istrinya?

"Istrinya udah meninggal?" tanya seorang dari mereka.

"Iya. Dia bunuh diri karena dapat tekanan dari Bu Kinan. Istri Pak Dev bukan dari kalangan atas, jadi Bu Kinan nggak setuju. Istri Pak Dev jadi depresi dan akhirnya—"

"Bunuh diri?" Desis tak percaya mengudara. Dengan tatapan penuh keprihatinan.

Di sudut lift yang sesak pagi itu, Radhit menghela napas panjang. Dulu sekali, berita seperti ini pernah beredar. Tetapi setelah bertahun-tahun lamanya tak terdengar, ternyata gagasan utama dari berita itu masih saja sama. Gosip yang mengatakan bahwa Devian diam-diam telah menikah dan istrinya yang tewas akibat bunuh diri. Dan entah kenapa setiap kali gosip tersebut beredar, hawa kantor perlahan-lahan berubah suram. Persis seperti momen-momen ketika Radhit nonton film horor Thailand sendirian di rumah.

Lalu di antara kerumunan pagi itu, Radhit yang semula menyimak di barisan paling belakang mulai bereaksi. Pria berjas abu-abu itu menyibak mereka. Dia menyelipkan tatapan tak kalah serius kepada para pegawai yang ada di sana. Setidaknya, dia harus menambahkan bahan gosip supaya lebih gurih.

"Dan kalian tahu di mana istrinya Pak Dev bunuh diri?" bisik Radhit, menyela si penyebar gosip yang kontan menatapnya sinis. Mungkin dia merasa tersaingi dengan keberadaan Radhit yang menyelinap secara tiba-tiba.

"Di mana?" Mereka jelas menyambut pertanyaan itu dengan antusias.

"Toilet perempuan di lantai tujuh," ujar Radhit. Lengkap dengan intonasi yang provokatif.

Behind the Page (ON HOLD)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang