Hari ini, suasana restoran terasa hangat dan nyaman, dipenuhi aroma makanan lezat yang menggugah selera. Setelah menyelesaikan rapat yang cukup melelahkan, Gabriel tidak menyangka bahwa kebetulan membawanya bertemu dengan Fernan, teman baiknya yang sudah jarang terlihat akhir-akhir ini karena sibuk mempersiapkan pernikahan. Hingga keduanya pun memutuskan untuk makan siang bersama.
"Fauzan gimana? Baik-baik aja 'kan?" tanya Fernan dengan ekspresi khawatir, membuat sorot matanya bertanya-tanya tentang keadaan pasangan sahabatnya itu.
"Baik-baik aja." Gabriel menjawab dengan yakin, mengangguk pelan sambil tetap melemparkan senyum kepada Fernan.
Meskipun dalam hati Gabriel, ada kerisauan yang menggelitik, ia tetap berusaha percaya bahwa Fauzan akan baik-baik saja. Bagaimanapun, Fauzan adalah seseorang yang tangguh dan tidak mudah untuk menjatuhkan menantu kesayangan keluarga Darmawangsa itu.
Fernan menggigit bibirnya, seolah merenung. "Beritanya beneran rame banget, bahkan di sosial media banyak netizen yang cari tahu tentang mantan Fauzan."
Dengan perasaan campur aduk, Gabriel menghembuskan napasnya perlahan. Menjadi publik figur memang memiliki konsekuensi yang tak bisa dihindari, terutama ketika masalah pribadi diangkat ke permukaan oleh media dan perhatian publik.
"Kebanyakan orang lebih suka membahas kehidupan orang lain atau masalah orang lain, asal bukan mereka yang terkena masalah. Seolah publik figur cuma boneka buat menghibur kebosanan mereka," ujar Gabriel, ekspresinya serius.
Fernan tertegun sejenak, matanya memandang ke kejauhan. Dia merenungkan kata-kata Gabriel dengan cermat, merenungkan makna di baliknya. Setelah sesaat, dia mengangguk perlahan.
"Benar juga yang lu bilang, Gab," sahut Fernan, suaranya lebih pelan. "Kadang sulit untuk memahami mengapa banyak orang begitu terobsesi dengan urusan orang lain, terutama publik figur. Seolah mereka lupa bahwa di balik sorotan itu, ada manusia yang juga merasakan dan berjuang dalam kehidupannya sendiri."
Gabriel mengangguk setuju, matanya penuh pengertian. "Ya, seakan kita kehilangan hak untuk memiliki masalah pribadi atau emosi hanya karena kita publik figur. Padahal, sama seperti orang lain, kita juga berjuang menghadapi kesulitan dan ingin menjaga privasi kita."
Fernan menyentuh pinggiran gelasnya dengan jari-jari, mengalihkan pandangannya. "Ini juga mengingatkan gua sama rencana menikah dengan Khafi. Entah mengapa, berita itu justru mencuri perhatian orang dan mendapatkan banyak sorotan, seolah ini adalah hiburan bagi mereka."
Gabriel merasa empati terhadap perasaan Fernan. "Sulit memahami bagaimana sesuatu yang begitu pribadi bisa menjadi konsumsi publik begitu saja. Tapi yang pasti, we can't expect everyone to think the same way we do, and we can't control that, but we can control how we respond to the problem at hand."
KAMU SEDANG MEMBACA
Scandal
FanfictionPernikahan mereka hanya menjadi permulaan dari kisah yang penuh dengan liku-liku yang rumit. Gabriel Darmawangsa dan Fauzan Brawidjaya, yang sebelumnya terlihat begitu sempurna dan bahagia, mulai menghadapi masalah-masalah yang merongrong dasar hubu...