Gabriel menyadari bahwa terkadang, seseorang yang terlihat kuat di luar memiliki beban yang sangat berat di dalam hatinya. Fauzan, dengan terampilnya sering menipu setiap orang dengan senyuman manisnya, padahal seringkali menangis dalam diam, menyembunyikan perasaannya yang hancur lebur sendirian. Tawanya yang begitu lebar, tidak bisa menyembunyikan betapa Fauzan seringkali merasa kesepian.
Bersama dengan Fauzan membuat Gabriel mulai memahami betapa kompleksnya Fauzan sebagai individu. Baginya, Fauzan seperti baja yang siap menghadapi segala masalah, namun sebenarnya, dia hanyalah manusia biasa yang memiliki pemikiran berlebihan, kekhawatiran, rasa kecewa, dan perasaan kalut yang tak terlihat oleh orang lain. Gabriel belajar untuk menghargai sisi-sisi tersembunyi dari Fauzan yang tidak diketahui oleh banyak orang di luar sana.
Gabriel tidak akan menerima kata maaf dari orang-orang yang dengan sengaja menyakiti Fauzan dan membuat pasangannya merasa sedih serta kecewa.
Mungkin Fauzan bisa memberikan belas kasihan, namun Gabriel benar-benar serius dengan ucapannya tentang siap menghancurkan siapapun yang mencoba menyakiti Fauzan.
Dengan lembut, Gabriel bertanya, "How's your day, Baby?" sambil memberikan kecupan ringan di pipi Fauzan. Senyum Fauzan muncul, meskipun terkekeh, sebelum ia masuk kedalam pelukan Gabriel.
Gabriel bisa merasakan beban emosional yang dipikul Fauzan. Dia tahu bahwa hari ini adalah hari yang sulit bagi lelaki mungil itu. Bahkan di wajah manisnya, Gabriel bisa melihat jejak lelah dan kekecewaan yang mendalam. Sungguh, Gabriel ingin memberikan kebahagiaan yang Fauzan begitu berhak dapatkan, dan ia siap berada di sampingnya dalam setiap saat, baik senang maupun sedih.
Saat acara berakhir, Gabriel memutuskan untuk memberi Fauzan ruang yang ia butuhkan. Ia memahami bahwa terkadang Fauzan mungkin tidak ingin berbicara atau dibantu. Jadi, Gabriel hanya memilih untuk mengamati dari jauh, menjaga Fauzan dengan cermat, dan siap melindunginya dari potensi bahaya.
"Capek," keluh Fauzan dengan nada manja. Kepalanya mencari posisi yang nyaman di dalam pelukan Gabriel, mencari kehangatan dan dukungan yang selalu ada dalam dekatnya. Gabriel membalas dengan memeluknya erat, memberikan rasa aman yang Fauzan butuhkan tanpa banyak bicara. Mereka berdua tahu bahwa dalam kehadiran satu sama lain, mereka menemukan ketenangan.
"Mau ice cream sayang?"
Fauzan menggelengkan kepalanya, ia hanya butuh sosok Gabriel. Semuanya lebih baik karena ada Gabriel berada disisinya.
"Do you want to eat something better than ice cream?" Tanya Gabriel lagi yang mengundang tanda tanya dibenak Fauzan.
Dengan alis yang terangkat karena bingung, Fauzan pun bertanya, "Apa?"
Gabriel mendekat, berbisik pelan dengan matanya yang penuh gairah, "My lips."
Suara kekehan Fauzan yang menggema di ruangan tersebut, membuat suasana menjadi lebih ceria dari sebelumnya, membawa mereka ke masa - masa yang begitu menyenangkan. Lelaki mungil itu menepuk pelan dada Gabriel yang kini sedang tersenyum jahil.
Mata Gabriel terpaku pada bibir merah muda yang telah menjadi candunya sejak pertama kali ia merasakannya, tak pernah sekalipun ia merasa bosan saat merasakan kelembutan bibir itu. Fauzan selalu menjadi manusia paling indah yang pernah ada di mata Gabriel, dan tidak ada yang bisa menggantikan tempat istimewa yang dimilikinya di hati Gabriel. Baginya, Fauzan adalah bintang yang selalu bersinar paling terang di langitnya, selamanya.
Dengan perlahan, ibu jarinya menyentuh bibir lembut Fauzan, meraba kelembutan yang selalu ia rindukan setiap harinya. Hingga jemarinya jatuh di tengkuk Fauzan, lalu menghapus jarak di antara mereka, menutup matanya sebelum memagut ranum itu dengan lembut. Mereka tenggelam dalam ciuman yang penuh dengan hasrat, hati mereka berbicara dalam bahasa yang hanya mereka berdua yang mengerti, menciptakan ikatan yang semakin kuat dan tak terpisahkan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Scandal
FanfictionPernikahan mereka hanya menjadi permulaan dari kisah yang penuh dengan liku-liku yang rumit. Gabriel Darmawangsa dan Fauzan Brawidjaya, yang sebelumnya terlihat begitu sempurna dan bahagia, mulai menghadapi masalah-masalah yang merongrong dasar hubu...