2| Menginap

466 118 30
                                    

Mari budayakan meninggalkan jejak!
Tolong vote+komen🤗

***

Kanaya menganga di tempat.

Sedikit banyak ia menyesali keputusannya untuk menginap di tempat karyawan itu malam ini.

Kanaya memang bukan putri konglomerat, tetapi hidupnya sangat berkecukupan sejak ia lahir ke dunia. Melihat rupa tempat tinggal si karyawan membuatnya menghembuskan nafas berulang kali. Ah tidak, lebih tepatnya ia sudah menunjukkan keengganan sejak motor si karyawan bergerak memasuki kawasan pemukiman yang yah, bisa dibilang cukup buruk untuknya. Kanaya benar-benar tak percaya jika tempat-tempat seperti ini menjadi bagian dari ibu kota tercinta. Kenapa ia baru tahu? Ah ralat, Kanaya bukan tidak tahu, ia hanya tidak peduli selama ini.

"Kenapa? Menyesal? Mau balik aja?" Rupanya lelaki itu sadar.

Kanaya sedang berperang di dalam benaknya. Keputusan apa yang harus ia ambil?

Nggak papa, nggak papa. Cuma semalam aja, batinnya.

"Kenapa harus balik? Cepet, bukain pintu." balasnya sok tenang.

Lelaki itu mengedikkan bahinya lantas bergerak mengambil kunci. Ia membuka pintu dan mempersilahkan Kanaya masuk. Pandangan perempuan itu mengedar. Benar-benar rumah sederhana yang sempit. Rumah ini tak memiliki banyak perabotan. Kanaya memejamkan matanya saat pantatnya menduduki sofa di sana.

Keras banget, sih!, keluhnya dalam hati.

Alisnya terangkat naik saat lelaki itu menyodorkan dua lembar pakaian kepadanya.

"Apa?"

"Mbak nggak mungkin tidur pakai itu, kan?" tanyanya balik.

Kanaya mengiyakan dalam hati. Rok selututnya akan menyulitkannya dalam menjemput mimpi. Tapi masalahnya tidak hanya di situ saja.

"Pake kaos sama celananya elo banget?" ujarnya sangsi. Lagi-lagi menunjukkan keengganan.

"Enggak mau juga nggak papa." sahut lelaki itu tak acuh.

Karena tak ada pilihan lain, Kanaya terpaksa menerimanya.

"Silahkan ganti di kamar saya." Lelaki itu menunjuk sebuah pintu di hadapan mereka.

Kanaya bangkit dan melangkah menuju kamar itu. Saat pintu tertutup lagi-lagi ia menghembuskan nafas kasar.

"Gue beneran nggak nyangka ada orang yang tinggal di rumah sempit begini ...." gumamnya pelan.

Dengan nelangsa, Kanaya melihat dua potong pakaian yang diberikan lelaki itu. Kaos dan celana training itu sedikit lusuh saat ia merabanya. Lagi-lagi dengan keterpaksaan, dua potong pakaian itu sudah menempel di tubuhnya.

"Kalau mau butuh apa-apa, bisa ke dapur atau kamar mandi. Tinggal jalan lurus ke belakang aja, kok." ucap lelaki itu saat Kanaya keluar dari kamar.

Iye, tau. Kanaya mengangguk. "Btw, lo ngapain?" tanyanya heran.

"Kamar satunya udah lama nggak dipakai. Perlu waktu buat bersihin. Jadi malam ini Mbak tidur di kamar saya aja. Biar saya tidur di sini." ujar lelaki itu sembari meletakkan bantal dan selimut di sofa.

"Wah, good boy nih ceritanya?" ledek Kanaya. "Tapi makasih ye,"

Lelaki itu menatapnya datar. "Saya nggak tega nyuruh perempuan tidur di sofa meski saya ingin." balasnya kalem.

Kanaya mencibir. Saat ia akan berjalan memasuki kamar, sesuatu menahannya. Kanaya berbalik dan menatap lelaki itu yang sudah berbaring dengan penuh makna.

Epoch || Jeno-KarinaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang