4| Adaptasi

420 98 23
                                    

Mari budayakan meninggalkan jejak!
Tolong vote+komen🤗

Guys, Anarghya dibaca Anargia ya wkwk atau Arya aja udah😅

***

Mereka masih berpelukan. Lebih tepatnya, Kanaya masih memeluk leher Anarghya dengan erat.

"Lo penyelamat gue. Makas–aw" Kanaya memekik ketika lelaki itu mendorongnya tiba-tiba.

"Jangan peluk-peluk orang sembarangan." tegurnya.

Kanaya mendecih. "Cih, sok suci banget."

Anarghya tak menghiraukan decihan itu. Raut wajahnya kembali serius. "Saya ijinin kamu tinggal di sini dengan beberapa syarat. Tolong dengarkan baik-baik."

"Ya." jawabnya acuh tak acuh.

"Yang pertama, kamu wajib menjaga kebersihan rumah ini. Nanti kita bagi tugas buat pekerjaan rumah. Yang kedua, tolong jaga sikap dan perkataan kamu selama tinggal di sini. Jangan asal sentuh-sentuh saya kayak tadi." jelasnya dengan tegas.

Kanaya hanya menggumam tak jelas.

Tatapan Anarghya semakin tajam. "Tolong patuhi."

"Iya iya, gue denger kok." Kanaya memutar kedua matanya malas.

"Buat makan, kamu nggak perlu bayar. Tapi kamu nggak boleh protes sama apa yang saya masak. Kalo kamu nggak suka, kamu bisa masak sendiri atau beli." ujar Anarghya. "Kamu bisa masak, kan?" tambahnya.

"Bisa." jawab Kanaya langsung. Masak air sih, lanjutnya dalam hati.

"Kamu bisa tidur di kamar satunya setelah dibersihkan. Sekarang, kamu tidur di kamar saya lagi kayak semalem."

"Tidur sama lo?" tanyanya tanpa disaring.

Anarghya memejamkan matanya dengan sabar. "Saya rasa kamu belum terlalu tua untuk lupa sama apa yang saya bicarakan sebelum ini." sarkasnya.

"Gue nanya beneran perasaan. Lagian tidur di sini beneran tidur ya, bukan macem-macem. Jangan mikir mesum lo!" balasnya membela diri. "Gue cuma kasian aja sama lo yang tidur di sofa." imbuhnya.

Anarghya menghela nafas untuk kesekian kalinya malam ini. "Jangan dipikirin. Udah, sekarang tidur." perintahnya.

"Kok ngatur?" tantang Kanaya dengan nada penuh ejekan.

Anarghya menggeram. "Kamu–"

"KABUUUUURRRRRRRR"

Kanaya berlari ke kamar sembari tertawa keras.

Anarghya kembali menghela nafas panjang. Dirinya berharap, keputusannya dalam mengijinkan perempuan itu untuk tinggal sementara di rumahnya tidak salah.

***

Kanaya terbangun dari tidur pulasnya dengan rasa lapar yang menggerogotinya. Ia berjalan setengah sadar menuju dapur. Netranya menjumpai punggung kokoh seorang lelaki yang tengah sibuk di depan kompor.

"Good morning. Masak apa hari ini, sayang?" Kanaya memeluk pinggang kekasihnya dengan erat. Tak lupa ia membenamkan wajahnya di bahu lebar sang kekasih. Meski sibuk, kekasihnya selalu datang ke apartemennya hampir setiap pagi. Menyiapkannya sarapan karena Kanaya sama sekali tidak bisa memasak. Sebentar ... kekasih ya? Kanaya lupa jika mereka sudah berpisah. Itu berarti ....

"AW!" Sebuah sendok mendarat di keningnya. "SAKIT!"

Pelukan itu terlepas. Anarghya menatapnya dengan datar. "Biar kamu bangun dan sadar seratus persen."

Epoch || Jeno-KarinaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang