1| Perpisahan dan Pertemuan

582 144 69
                                    

Mari budayakan meninggalkan jejak!
Tolong vote+komen🤗

Content warning: mention of suicide

***

"Ayo kita akhiri ini."

Bagai tersambar petir, Kanaya menatap tak percaya pada kekasihnya.

"Apa? Coba ulangin. Aku nggak dengar." Suaranya bergetar.

Ferdinand memejamkan kedua matanya. "Ayo akhiri hubungan kita, Aya." ulangnya.

PLAK!

Kanaya memberikan tamparan itu tanpa berpikir dua kali. Sedangkan Ferdinand berjengit kaget. Meski begitu, lelaki itu tak marah. Kemarahan Kanaya adalah hal yang wajar. Dan dirinya memang pantas mendapatkan tamparan ini.

"BAJINGAN KAMU!" umpat Kanaya penuh amarah.

Ferdinand menunduk. "Maaf."

"AKU NGGAK BUTUH MAAFMU!" jeritnya.

"Aya, ini demi kebaikan kita. Tolong mengerti ...." Lelaki itu menggenggam tangan Kanaya sembari memohon.

"KEBAIKAN SEBELAH MANANYA? KAMU HANCURIN HATIKU, FER!!"

"Aya, Aya tolong dengerin aku dulu. Kalo kita nggak putus sekarang, kita berdua bisa mati." bisiknya frustasi. "Kita masih beruntung karena papa mertuaku nyerahin ke aku dulu buat nyelesain ini sendirian. Tolong Aya, tolong kerjasamanya." lanjutnya.

Kanaya menangis kencang. Kenapa hidupnya menjadi sekacau ini?

"KENAPA AKU? KENAPA HARUS AKU? AKU YANG KENAL KAMU DULUAN FER, AKU!! KITA YANG PACARAN DULU! KENAPA AKU YANG BERAKHIR JADI ORANG KETIGA??!!"

Ferdinand menarik Kanaya ke dalam pelukannya. Mencoba menenangkan wanita yang sangat ia cintai. Kanaya adalah satu-satunya wanita yang Ferdinand cintai selain ibunya. Dirinya memang lelaki bajingan yang bahkan tak mencintai istrinya sedikitpun.

"Maaf Aya, maaf. Maaf kalau semuanya jadi kayak gini." Lelaki itu turut menitikkan air matanya.

"LEPAS, LEPASIN AKU!!!" Kanaya meraung-raung.

"Aya ...."

"Kamu tau? Aku diusir dari rumah karena kamu! Tapi kamu yang aku perjuangin malah ngebuang aku kayak gini!!" bentaknya sembari menunjuk Ferdinand penuh permusuhan.

Ferdinand terbelalak. "Ya? Terus sekarang gimana?" sahutnya panik.

Kanaya menggelengkan kepalanya dengan lemah. Tenaga dan emosinya terkuras habis.

"Kamu nggak bisa tinggal di sini ... papa mertuaku bakal tau. Aku takut kamu kenapa-kenapa." ucapnya gusar.

Kanaya terkekeh sinis. "Kalaupun bisa, aku juga nggak mau tinggal di sini! Nggak sudi!!"

Rasa bersalah semakin menggerogoti hati lelaki itu. "Teman? Kamu tinggal sementara di tempat temanmu dulu ...." ujarnya mencoba memberikan solusi.

"Aku nggak punya teman. Satu-satunya temanku sekarang tinggal di luar negeri. Dan apesnya, kontrakku baru saja selesai sebulan yang lalu. Sekarang aku ragu bakal ada agensi yang mau rekrut aku setelah berita itu ... meski fotoku nggak jelas, tapi inisial namaku ...." jelasnya panjang lebar dengan tak semangat.

"Aya-"

"Nggak kusangka hidupku hancur karena lelaki brengsek kayak kamu."

"Aya ... kamu tau kan kalau aku cintanya cuma ke kamu. Tapi aku nggak punya kuasa, Ya. Aku cuma bisa nurutin orangtuaku ...." ucapnya lirih.

Epoch || Jeno-KarinaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang