Mari budayakan meninggalkan jejak!
Tolong vote+komen🤗Content Warning: mention of suicide
***
Kanaya berjalan dengan lemah menuju dapur—tempat lelaki itu berada. Sekali lihat, orang lain pasti tahu jika dirinya sedang dilanda kegugupan dan kegelisahan.
Demi Tuhan, hidupnya benar-benar berubah 180° dalam satu hari. Ferdinand brengsek!
"Duduk. Saya bikin nasi goreng. Kalau nggak suka, kamu bisa cari makan sendiri." ucapnya mengagetkan Kanaya yang sedang berdiri di pintu dapur.
"E ... nggak kok. G-gue suka." balas Kanaya gelagapan. Pantatnya sukses mendarat di kursi meja makan.
"HP saya?"
"O-oh, di kamar."
Lelaki itu meletakkan sepiring nasi goreng dan telur mata sapi di hadapan Kanaya yang linglung. Tak lama, dirinya menduduki kursi di seberang Kanaya dan memakan sarapannya dengan tenang. Tak mempedulikan Kanaya yang sedari tadi mencuri pandang padanya.
Lima menit kemudian, lelaki itu berdiri dan membawa piring kotornya untuk dicuci. Sedangkan sepiring nasi gorang di depan Kanaya masih utuh. Perempuan itu ingin berbicara, namun urung.
"Kamar mandinya di situ ya. Kalau nanti mau pergi, tolong pamitan dulu ke saya meski kamu nggak suka." ucapnya lagi.
"Eum anu ...."
Lelaki itu menghentikan langkah dan menatap Kanaya yang mengigit bibirnya. Perempuan itu terlihat ragu-ragu dan ia menyadarinya.
"Ada apa?"
"Gue ...."
Lelaki itu menunggu kalimat Kanaya dengan sabar.
"Gue ... boleh nginep lagi nggak?" cicitnya.
"Nginep lagi?" ulang lelaki itu.
Kanaya menganggukkan kepalanya.
"Bukannya kamu bilang semalam aja?" tanyanya.
"Gue ...." Kanaya bingung ingin membalas apa.
"Saya nggak tahu Mbak lagi kena masalah apa. Tapu mungkin kamu bisa minta tolong teman–"
"Gue nggak punya temen di sini." potong Kanaya langsung.
"Keluarga Mbak?"
"Gue diusir."
Lelaki itu menghela nafas panjang. "Mbak, berbuat baik memang harus dan itu bagus. Tapi saya juga menjunjung norma yang ada. Kamu perempuan dan saya laki-laki. Meski kita ada di Jakarta, bukan berarti saya bisa bebas membiarkan kamu tinggal di sini." jelasnya dengan pelan.
"Lo mau ngapa-ngapain gue emangnya?" sahut Kanaya. Kegugupannya menguap entah kemana. Dirinya kembali ke setelan awal.
Lelaki itu tak habis pikir. Kenapa ia harus bertemu dengan perempuan model begini?
"Enggak, kan? Lo nggak ngapa-ngapain gue tuh." lanjut Kanaya dengan percaya diri.
"Mbak, saya tetap laki-laki. Kalau kamu kelamaan di sini–"
"Lo sedia kondom aja. Jadi kalo khilaf–"
"MBAK!"
Kanaya berjengit kaget. Setengah tak percaya jika lelaki itu baru saja membentaknya.
"Jangan bentak-bentak gue!" balas Kanaya sengit.
"Makanya pergi. Pergi dari sini kalau nggak mau dibentak." balas lelaki itu tak mau kalah.
KAMU SEDANG MEMBACA
Epoch || Jeno-Karina
Fanfic[KARINA - JENO] Kanaya Adsila dihadapkan pada disituasi yang sulit. Kontraknya dengan agensi yang menaunginya habis, ia putus dengan kekasih hatinya dah yang paling parah, ia diusir dari rumahnya! Namun, kesialannya membawa Kanaya bertemu seseorang...