Step Two: So Curious!

90 7 0
                                    

Hari pun mulai berjalan seperti biasa, dimana Hoetaek dan Jiwoong masih saja disibukkan dengan pekerjaan mereka. Setelah sebelumnya mereka diangkat menjadi pegawai tetap, Hoetaek dan Jiwoong mulai semakin sibuk. Bukan hanya itu saja, bahkan tempat duduk mereka sekarang juga sudah dipisah. Hal itu dapat dimaklumi karena Jiwoong dan Hoetaek sudah berbeda divisi sekarang.

"Hoetaek hyung," Panggil Jiwoong. Pada saat itu memang Jiwoong sedang berada di ruangan Hoetaek. "Malam nanti sibuk? Ada yang mau aku bicarakan denganmu." "Bicara tentang apa?" Tanya Hoetaek. "Biasa lah." Kata Jiwoong sambil tersenyum.

Hoetaek tentunya tahu apa yang dimaksud oleh Jiwoong. Pastinya ini menyangkut tentang Matthew.

"Oh, iya. Boleh. Sepulang dari kantor saja." Jawab singkat Hoetaek dan diangguki oleh Jiwoong. "Tapi sebelum itu, apakah aku boleh pulang sebentar ke rumah? Ada paketku yang baru sampai." Kata Hoetaek. "Tentu saja boleh. Mungkin juga aku bakal pulang dulu untuk mandi." "Kalau begitu kita pulang saja lah dulu. Aku juga mau sekalian beristirahat." Jawab Hoetaek kepada Jiwoong. Memang akhir-akhir ini Hoetaek merasa bahwa tubuhnya semakin rapuh. Hoetaek mulai berfikir, apakah dia sudah mulai tua?

 Hoetaek mulai berfikir, apakah dia sudah mulai tua?

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Woah, hyung! Keren." Seru Jiwoong sambil menatap Hoetaek senang setelah Hoetaek berhasil menggulingkan seluruh pin bowling sekaligus. "Aih, sudah biasa bagiku." Ujar Hoetaek. "Kau ingin main lagi?" "Tentu!" Kata Jiwoong bersemangat.

Malamnya, sepulang dari kantor, Jiwoong dan Hoetaek pergi ke pusat bowling untuk bermain disana. Mereka berdua memutuskan untuk bermain dulu sebelum pergi makan dan berbicara hal yang 'biasa-lah' (baca: Matthew) bagi Jiwoong.

Mereka pun memulai kembali permainan bowling itu. Berkali-kali Hoetaek mencetak strike dengan mudah, sementara Jiwoong selalu saja mencetak spare.

"Ya, Jiwoong." Panggil Hoetaek. "Mau bertaruh? Siapa yang berhasil mencetak strike terbanyak, maka dia yang akan membayar makan malam nanti." "Aniya, hyung. Aku sudah dapat menebak masa depan ku sendiri." Geleng Jiwoong sambil tertawa ringan. Maksud Jiwoong, ia tahu bahwa nantinya ia bakal kalah dan berakhir menghabiskan uang tabungannya untuk malam ini.

"Aniya, aniya. Bakal aku ajari terlebih dahulu." Kata Hoetaek. "Akan ku ajari bagaimana bisa terus mencetak strike." "Benarkah?" Tanya Jiwoong dan diangguki cepat oleh Hoetaek. "Baiklah kalau begitu." Lanjut Jiwoong.

Setelahnya, Hoetaek benar-benar mengajari Jiwoong bagaimana cara untuk mencetak strike dengan mudah, menurut versi Hoetaek sendiri tentunya. Dan setelah beberapa kali mencoba, akhirnya Jiwoong pun dapat melakukannya.

"Aku baru tahu bahwa ternyata itu sangat mudah..." Gumam Jiwoong. "Mudah kan? Jadi bagaimana, kita mulai saja permainannya?" Tanya Hoetaek dan diangguki setuju oleh Jiwoong.

Dan pada akhirnya, mereka pun memulai taruhan itu. Semuanya berjalan dengan lancar, dan tentu nya kalian juga tahu siapa yang menang.

Benar, Kim Jiwoong.

Bukan hanya kalian saja yang terkejut, Hoetaek juga begitu. Seketika Hoetaek merasa menyesal karena telah membantu Jiwoong sebelumnya.

Dan malam itu diakhiri dengan makan malam bersama, yang disponsori oleh Hoetaek. Jiwoong cukup berterima kasih kepada Tuhan karena telah membantunya tadi, beserta dengan Matthew karena Jiwoong selalu menyebut nama Matthew disaat ia ingin melempar bola bowling itu.

"Gak seru, ah." Kesal Hoetaek disaat mereka makan. Malam itu mereka memutuskan untuk makan Korean BBQ saja.

"Gomawo hyung~ Akhirnya aku bisa makan-makan yang enak malam ini." Ujar Jiwoong sambil tertawa melihat wajah Hoetaek yang cemberut. "Ya, ya. Selamat makan ya anak kecil." Jawab Hoetaek kepada Jiwoong. Jiwoong pun tertawa dibuatnya, ia suka melihat Hoetaek kesal seperti sekarang.

Hoetaek dan Jiwoong makan dengan tenang, sebelum pada akhirnya Hoetaek dikejutkan dengan pesan yang dikirim oleh Keita melalui direct message.

Hoetaek dan Jiwoong makan dengan tenang, sebelum pada akhirnya Hoetaek dikejutkan dengan pesan yang dikirim oleh Keita melalui direct message

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Hah?!" Seru Hoetaek sambil terkejut. "Hyung! Ada apa?" Tanya Jiwoong. Jiwoong juga ikut terkejut mendengar seruan dari Hoetaek tadi. "T-tidak ada." Geleng Hoetaek. Ia yang masih terkejut pun kembali membalas pesan Keita.

 Ia yang masih terkejut pun kembali membalas pesan Keita

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

'Wah, benar kan dugaanku.' Gumam Hoetaek dalam hati. Ia semakin yakin bahwa Jay dan Jongwoo pasti ada menyembunyikan sesuatu kepada mereka semua.

"Kau tahu? Jay dan Jongwoo serumah sekarang." Kata Hoetaek kepada Jiwoong. "Oh, benarkah?" Bingung Jiwoong. Seingatnya, rumah Jay dan rumah Jongwoo tidak sama.

"Iya, mereka baru saja memutuskan untuk tinggal bersama. Aku mendapat infonya dari Keita." Lanjut Hoetaek. "Baguslah kalau begitu, hyung. Kudengar dari Matthew, katanya mereka berdua juga sedang dekat ya?" "Iya, sih." Gumam Hoetaek. "Tapi, mengapa mereka harus menyembunyikan itu? Kurasa tidak akan menjadi masalah jika mereka benar-benar sedang menjalankan hubungan spesial." "Mungkin mereka bakal beritahu nanti." Kata Jiwoong. "Aku berfikir mungkin mereka sengaja tidak memberitahukan hubungan mereka karena mereka mungkin juga tidak ingin seseorang tahu." "Siapa?" Tanya Hoetaek ke Jiwoong. "Entahlah. Mungkin saja ada yang suka dengan Jongwoo atau Jay?" Lanjut Jiwoong sambil mengendikkan bahunya tidak tahu.

Pernyataan dari Jiwoong tadi benar-benar membuat Hoetaek berfikir keras. Siapa diantara mereka yang menyukai Jay atau Jongwoo?

KamJayWoo!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang