00. Prolog

77 8 5
                                    

⚫ Happy Reading ⚫

Sebuah mobil mewah berhenti di depan sebuah cafe yang malam ini memang disewa untuk suatu urusan. Seorang gadis cantik dengan gaun hitam yang panjang menurunkan kakinya dari mobil sisi kiri.

Rambutnya digulung dan dihiasi jepitan bunga yang sangat cantik. Make up tipisnya tampak begitu pas di parasnya yang elegant.

"Sayang, have fun, ya," ujar seorang pria dari dalam mobil.

Gadis bernama Rhea itu tersenyum dan berjalan memutari mobil untuk menghampiri pria yang duduk di kursi kemudi.

"Kamu hati-hati, ya," pesan Rhea sembari mencondongkan wajahnya ke jendela mobil.

"Pasti dong," jawab pria bernama Abhi. Dia mengecup bibir Rhea sekilas, lalu melambaikan tangan sebelum menjalankan mobilnya.

Rhea dan Abhi sudah bertunangan bulan lalu, dan pernikahan mereka akan berlangsung setahun setelahnya. Di mata Rhea, Abhi adalah pria sempurna. Baik, romantis, humble, dan tentu saja mapan. Apa lagi yang Rhea butuhkan.

**

Suara dentuman musik menggema di dalam cafe, manusia yang ada di dalamnya sibuk ngobrol, makan dan minum. Adegan pelukan temu kangen menyambut kedatangan Rhea. Bertemu teman SMA-nya setelah sepuluh tahun, membuat Rhea merasa banyak yang berubah pada teman-temannya.

"Hi, Rhea, wellcome," sambut Anjani, sahabatnya sejak SMA hingga hari ini.

"Anjani, lo udah datang?" balas Rhea memeluk Anjani sekilas.

"Sudah dong, dari tadi gue nungguin lo," kata Anjani bersemangat.

Berdatangan satu persatu teman sekelas Rhea untuk menyapanya. Tak sulit bagi Rhea untuk menebak siapa yang benar-benar senang berjumpa dengannya setelah sepuluh tahun dengan yang hanya basa-basi.

"Lo sama Regan udah nikah belum?"

"O iya, gimana kabar Regan?"

"Dia masih bucin ya?"

Rhea sudah siap menghadapi pertanyaan seperti ini. Ya karena dulu hubungannya dan Regan sangat terkenal di SMA, semua orang tahu perkembangan hubungan mereka. Namun, sejak lulus semuanya berbeda, Rhea dan Regan putus setelah dua tahun lulus SMA.

Rhea sendiri tak pernah bertemu dengan Regan selama tiga tahun terakhir, perlahan kabar tentang pria itu hilang seperti terbawa angin entah ke mana.

"Gue udah bertunangan," sahut Rhea. Seketika membuat teman-temannya salah paham dan mengira Regan adalah tunangannya.

"Serius? Keren banget, Rhea."

"Bukan dengan Regan," lanjut Rhea membuat semua orang terkejut dan tampak kecewa. Ada juga yang cuma mengangguk, cukup tahu saja.

"Lalu dengan siapa?"

**

Seorang pria berjas abu-abu memasuki cafe yang sama, rambutnya yang berantakan terlihat sangat cocok dengannya. Dia tersenyum tipis ketika melewati para gadis yang dulu pernah mengaguminya saat SMA. Parasnya hari ini jauh lebih mengagumkan dan berhasil membuat para gadis meleleh.

"Beh, cogan kita dateng akhirnya, ke mana aja lo, Nyet?" sambut Arman ketika Regan bergabung.

"Udah punya anak berapa lo sekarang?" tanya Bery.

"Sepuluh," jawab Regan ngawur.

Mereka jarang bertemu selama lima tahun terakhir, mungkin hanya dua atau tiga kali. Tapi mereka masih sering kontakan sebagai 'sahabat selamanya'.

Regan membuka ponselnya, melihat pesan singkat dari Maya, sang kekasih.

'Sayang, jangan pulang terlalu malam ya, nanti kamu masuk angin,' pesan Maya.

Regan tersenyum membacanya. Siapa yang tak senang mendapat perhatian dari sang pacar?

"Eh, lo udah ketemu Rhea belum?" tanya Arman tiba-tiba.

Mendengar nama Rhea membuat otak Regan seketika bernostalgia. Bayangan-bayangan bahagia selama empat tahun terputar kembali di ingatannya.

"Dia cantik banget bre sekarang, bening banget mukanya," tambah Bery.

"Kayak air," sahut Arman yang seketika membuat Bery dan Regan meliriknya tajam.

"Nggak air juga, tolol!" Bery mengumpat kesal.

"Emang transparan," tambah Regan terkekeh.

"Sekarang gue tanya, air bening, nggak?" bantah Arman.

"Bening," jawab Regan dan Bery bersamaan.

"Terus salahnya di mana?"

Bery hampir saja melempar kepala Arman dengan gelas di tangannya. Untung ada Regan yang mencegah.

"Suka-suka dia lah," kata Regan.

Acara sudah berlangsung selama dua jam, semua orang mulai lelah. Termasuk Regan yang bingung menghadapi kedua sahabatnya yang sudah mabuk berat.

"Pesawat itu ngisi bensinnya di atas awan, Man," kata Bery dengan mata berkunang-kunang.

"Nggak ada, bensin kalau di atas awan bisa jadi hujan bensin di bawah sini," bantah Arman yang juga teler berat.

"Terus di mana pom bensin pesawatnya?"

"Di hatiku."

Regan beranjak pergi, menjadi satu-satunya yang masih normal sangat menyebalkan. Dia hendak mengambil cemilan, namun malah tak sengaja menabrak seorang gadis bergaun hitam yang sedang membawa beberapa gelas jus. Alhasil, jus di tangannya tumpah dan mengenai baju mereka berdua.

"O my god, gimana ini?" Rhea panik melihat gaun yang Abhi belikan tadi pagi terkena noda jus cukup banyak.

"Rhea?" panggil Regan.

⚫⚫ See You Again ⚫⚫

Huft. Akhirnya jadi juga up ke Wattpad. (Sebelumnya di fb)
.
.
Sebelumnya kenalin, aku Ayun Lutvi.
.
.
Emm. Gimana ya?
.
.
Aku ga bisa bikin kata sambutan. Gimana dong?
.
.
Ya udah, intinya jangan lupa baca bab 1 dst.
.
.
Sekian terima gaji🤗

NOW OR NEVER?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang